Mohon tunggu...
Selsa
Selsa Mohon Tunggu... Administrasi - blogger

aku wanita biasa

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Pariban dari Jawa

27 Maret 2016   21:40 Diperbarui: 28 Maret 2016   05:35 313
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

[caption caption="ilustrasi gambar : Gilang Rahmawati"][/caption]

 

"Ayolah mak, tolong Ucok!" rengek Ucok pada mamaknya yang tengah menghitung hasil penjualan kelapa..
"Ucokku, usiamu baru 20 tahun, masih banyak waktu nak cari istri" jawab mamak Ucok. "Lagian kalau kau meminang gadis Jawa itu, gimana nasib paribanmu, apa kata tulang kau nanti?"
"Ah mamak, aku nggak cinta paribanku, aku cinta Sasha mak, anggap saja dia pariban dari Jawa mak. Abang Herri aja suruh menikah dengan pariban ya mak" Ucok masih terus merengek, dia tahu mamaknya akan luluh dengan rayuannya, sebab dia adalah anak kesayangan mamak.

"Ah kau, mana ada pariban dari Jawa, kau bikin aturan sendiri, sudah pernah kan mamak jelaskan bagaimana tentang pariban ini" mamak Ucok tertawa kecil sata mendengar Ucok bilang paribar dari Jawa.Dia maklum anak-anaknya lahir dan besar di Jakarta jadi soal adat leluhur tidak begitu paham dengan baik.

"Iya sih mak , aku tahu, tapi aku sangat mencintai Sasha, mak, kami pacaran sudah setahun lebih"

Ucok bertemu dengan kekasihnya itu saat Sasha tinggal bersama  tantenya yang bertetangga dengan keluarganya. Sejak pertama jumpa baik Sasha maupun Ucok sudah merasa saling jatuh cinta, Akhirnya mereka pun berpacaran setelah 3 bulan saling mengenal. Kini usia pacaran mereka sudah setahun lebih, Ucok merasa sudah cukup mengenal Sasha dan ingin segera melamarnya. Toh usahanya membuka kios parutan kelapa sudah mulai menunjukkan hasil yang bagus, rasanya telah cukup untuk modal berumah tangga dengan Sasha. Dia juga sudah punya tabungan untuk biaya pernikahan sederhana dengan Sasha.

"Ah kau ini, minta sama bapakmu sana, nanti mama ikut keputusannya" akhirnya mamak Ucok menyuruh anak tercintanya meminta ijin ke bapaknya. Meski dia tahu si bapak pasti akan mengijinkan anaknya meminang gadis Jawa itu. Bapak Ucok pernah mengutarakan bahwa dia senang melihat gadis Jawa yang tinggal di sebelah rumahnya itu.

Ucok pun segera mendekati bapaknya yang tengah membetulkan mesin pemarut kelapa.

"Pak" panggilnya perlahan. 

"Hmmm" sahut bapaknya.

"Bisa tolong Ucok pak?".

"Tolong apa nak? kalau bapak mampu ya bapak tolong kau"

"Ucok mau menikahi Sasha pak, tolong lamar dia  secepatnya, sebelum dia pulang kampung"

"Oh gitu, bapak sih boleh saja nak, kau menikah dengan Sasha itu, tapi gimana mamak kau? dia pasti gak enak sama tulang kau kalau gak jadi nikah sama pariban.

"Mamak tadi suruh aku bilang ke bapak dan dia ikut keputusan bapak" jelas Ucok.

Si bapak diam, memikirkan bagaimana bicara dengan saudaranya kalau Ucok akhirnya akan melamar  gadis Jawa itu dan membatalkan rencana menikah dengan paribannya.. Bapak Ucok sudah cocok dengan Sasha, namun kelihatannya istrinya kurang suka sama Sasha, mungkin karena Ucok anak kesayangan, jadi takut kasih sayang Ucok akan berpaling darinya.

"Tunggu beberapa hari nak, bapak mau bicara sama tulang kau ya?". Ucok senang mendengar jawaban bapaknya, dan dia berharap bapaknya akan mengusahakan yang terbaik buatnya.

**

Seminggu kemudian, Ucok berniat menemui Sasha, gadis pujaan hatinya yang kini sudah bekerja di luar kota. Mereka berjani bertemu setelah Sasha pulang kerja.

Setelah menunggu hampir 30 menit di kedai dekat tempat kerja Sasha, akhirnya bertemulah sepasang manusia yang tengah mabuk cinta itu.

"Maaf bang, nunggu lama ?" sapa Sasha, sambil tersenyum mesra.

"Gak papa, apalah arti waktu 30 menit buat nunggu kamu say" jawab Ucok.

"Hayah mulai gombal si abang" Sasha tersenyum malu.

"Kamu mau minum apa?"

"Nggak bang, aku baru saja minum kok"

"Ya dah kita pulang ke kost kamu aja ya?"

"Ya bang"

"Aku mau ngomong sesuatu Sha, tapi jangan di sini ya? kita ke kost kamu aja" Ajak Ucok setelah dia membayar minumannya.

** 

Mereka berdua berboncengan menuju kost Sasha, namun saat melewati kebun karet Ucok menghentikan motornya.

"Kok berhenti bang, kan bentar lagi nyampai kost?" tanya Sasha.

"Kita duduk-duduk di kebun ini dulu yuk?" ajak Ucok. Dia berjalan ke tepi sungai yang ada di sebelah kebun karet itu. Sementara Sasha mengikuti kekasih hatinya tanpa banyak tanya lagi. Lalu dia duduk di samping Ucok  yang kini sibuk menyalakan rokoknya.

"Abang jangan banyak merokok " Sasha memperingatkan kekasihnya itu.

"Ya cuma satu sayang" rujuk Ucok.

"Ya dah kamu mau ngomong apa bang?"

"Eh kamu jadi berhenti kerja dan pulang kampung ya sayang?"

"Ya sih rencananya gitu bang, nenekku sedang sakit, aku gak tega, aku mau merawatnya dulu, aku berhutang budi padanya, dia yang mengasuhku sejak kecil" 

"Hmmm ya ok deh kalau itu yang ingin kamu lakukan, aku dukung sepenuhnya. Untuk masalah kita, gini sayang, kemarin aku dah bicara sama mamak dan bapak tentang hubungan kita dan juga hubungan dengan paribanku" Ucok memulai pembicaraan seriusnya.

"Lalu apa keputusan abang?" Sasha khawatir mendengar berita buruk, sebab dia tahu mamak Ucok tidak suka sama dia. Tapi dia pasrah andai keluarga Ucok tidak mau menerima dia sebagai menantu. Apalagi Ucok punya pariban yang masih tinggal di Medan sana.

"Yah setelah kami berunding dengan tulang lewat telepon, akhirnya aku memutuskan mau menikah dengan paribanku" jawaban Ucok membuat Sasha sedih,meski sebelumnya dia sudah menebak bahwa akan sulit mempertahankan hubungan cintanya dengan Ucok kerena ada kendala dari keluarganya.

Ucok memandang Sasha, di rengkuhnya tubuh Sasha yang mulai terisak.

"Aku harus menikah dengan paribanku Sha, jangan sedih "

"Gimana aku nggak sedih bang?" tangis Sasha makin keras, tak dihiraukannya para pengumpul sadapan karet yang berlalu dihadapannya dengan pandangan keheranan.

"Sha nggak usah nangis" bujuk Ucok."Senyumlah!. kamu jelek kalau nangis gitu ah" lanjutnya sambil mengusap air mata Sasha.

"Kapan abang menikah?" tanya Sasha setelah bisa menguasai diri.

"Secepatnya Sha, abang dah gak bisa nunggu lebih lama lagi" Jawaban Ucok bagaikan pisau yang menusuk hati Sasha, segera dia beranjak dari tempat duduknya berniat pergi, baginya sudah jelas percintaannya dengan Ucok akan segera kandas.Namun tangan Ucok sigap menarik Sasha. Karena belum sepenuhnya berdiri, Sasha tubuh Sasha limbung dan jatuh tepat dipangkuan Ucok. Kini tubuh mungil Sasha berada dalam dekapan Ucok.

"Sayang mau kemana?" tanya Ucok masih mendekap tubuh Sasha

"Lepaskan aku bang!" Sasha meronta, mencoba melepaskan dekapan tangan Ucok.

"ya aku lepaskan tapi bilang dulu mau kemana?"

"Aku mau pulang, tak ada guna lagi aku di sini bang, bukankah percintaan kita akan berakhir?" kembali Sasha terisak.

Ucok makin mempererat dekapannya. " Kamu belum mendengar semua penjelasanku sayang.."

"Sudah cukup, aku gak mau dengar penjelasan abang lagi, toh abang mau meninggalkan aku, abang mau menikah dengan pariban " tangis Sasha makin menjadi.

"Heh siapa yang bilang mau meninggalkan kamu? Aku cinta kamu sayang, cinta sampai mati" 

"Tapi abang mau menikah dengan pariban kan?"

"Ya benar aku akan menikah dengan paribanku, pariban tercinta" kelakar Ucok.

Mendengar kata Ucok, makin sedihlah Sasha. 

"Gimana sih abang? katanya cinta aku, katanya gak mau ninggalin aku, tapi abang mau menikah sama pariban" kata Sasha sewot.

"Kamu benar sayang, aku akan menikah dengan paribanku, dan aku akan mencintaimu sampai akhir hidupku" jawab Ucok, dan kini Sasha terheran dengan jawaban itu.

"Kok gitu sih bang? aku gak mau jadi perusak pernikahan abang dengan pariban nantinya" jelas Sasha.

"Dengarkan dulu cinta..." pinta Ucok, " aku memang mau menikah dengan paribanku, karena aku sangat mencintai paribanku itu"

"Sudah cukup bang, aku mau pulang ke kost, aku pulang sendiri, tidak perlu abang antar" Sasha sudah tak ingin mendengar kata-kata Ucok tentang paribannya. Dia sangat sedih karena merasa perasaannya dipermainkan. Ucok bilang dia mencintainya tapi kenyataannya mau menikah dengan paribannya, bahkan bilang sangat mencintai paribannya itu.

Dengan setengah berlari Sasha menuju jalan raya,namun Ucok menahan langkahnya.

"Dengarkan aku dulu Sha"

"Nggak, aku gak mau dengar lagi bang" pekik Sasha.

"Minggu depan aku keluargaku mau ke rumahmu"

"Buat apa?".

"Melamarmu".

"Hah! apa maksudmu bang?" kini keheranan menyelimuti hati Sasha.

"Ya, aku akan melamarmu sayang, maukah kau menikah denganku?" pinta Ucok, dia mengeluarkan kotak kecil tempat perhiasan, dikeluarkan sebuah cincin. Perlahan disematkan cincin itu di jari manis Sasha.

"Ucok" Sasha tak bisa menahan keharuan.

"Kamu belum jawab aku sayang, bersediakah kau menikah denganku?" ulang Ucok.

"Yes I do " jawab Sasha, "tapi benarkah ini bang? kamu tidak bergurau kan?" tanya Sasha.

"Tidak sayang, aku serius, keluargaku akan segera menemui keluargamu"

"Tapi, kamu tadi bilang mau menikah dengan paribanmu?" hati-hati Sasha bertanya.

"Ya aku akan menikah dengan paribanku, dan kamu itu paribanku sayang" canda Ucok sambil mencium kening Sasha.

"Ah kamu bikin aku jantungan aja bang" protes Sasha "Lagian mana boleh aku disebut pariban, aku bukan anak tulangmu kan?" 

"Hehehe ya sayang, mamakku juga protes waktu aku bilang kamulah paribanku, karena dalam adat Batak menyebut pariban juga ada aturan tertentunya, tapi apapun itu bagiku kamu tetaplah paribanku, pariban dari Jawa, calon istriku" penjelasan Ucok membuat lega hati Sasha.

"Terus bagaimana dengan keluarga paribanmu bang? tanya Sasha.

"Syukurlah mereka mau mengerti sayang, meski awalnya ada kekhawatiran dariku, namun setelah bapak dan mamak bicara denga tulang, mereka mau mengerti, kamu sih aku belum memberi penjelasan lanjut sudah nangis duluan"gurau Ucok

"Kamu jahat sayang, ngerjain aku" Sasha pura-pura marah.

"Tapi kamu suka kan sayang?" gantian Ucok mencandai Sasha "Nggak nangis lagi?"

"Hmmm ogah ah males nangisin abang" jawab Sasha manja. "yuk pulang bang, hari dah sore, besok aku masih harus kerja sebelum mengundurkan diri, mau selesaikan tugas dulu" ajak Sasha.

Merekapun meninggalkan kebun karet dengan suka cita. Kebahagiaan terpancar dari wajah keduanya. Sebab cinta yang selama ini mereka semai akan segera menuju pelaminan. dan semoga tidak terpisahkan oleh badai kehidupan.

 

 

*PK, 27316*

tulang=saudara lelaki dari ibu

 

 

 

 

 

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun