***
"Mia, kamu cinta aku kan?" Tanya Batara setelah dokter Pras pamit.
"Dengan segenap jiwa raga sayang" jawab Mia.
"Kalau kamu mencintai aku, boleh kan nurut sama aku Mi?"
"Hmmm ya Tara, apapun maumu, asal jangan disuruh ke rumah sakit " jawab Mia, seolah dia tahu arah mana pembicaraan Batara.
Batara tersekat, dia tak mampu bicara apa-apa lagi.
"Tara, aku sangat mencintaimu, tapi rasanya waktuku sudah tidak lama lagi, aku ingin tetap berada di sini sampai maut menjemputku, aku ingin di rumah ini, aku ingin berada dipelukanmu" Mia menggigit bibir bawahnya untuk menekan kesedihannya.
"Mia, please jangan berkata begitu, hari-hari kita masih panjang, tuh kebun mawarnya belum kamu sentuh" Batara mencoba mengalihkan kesedihan Mia.
"Maafkan aku Tara, aku belum sempat urus kebun mawar itu"
"Nggak papa Mi, masih banyak waktu, makanya kamu harus sehat agar mawar-mawar itu bisa tersentuh tanganmu"
"Tara... kelak dari surga, aku akan merawatnya, juga merawat cinta ini agar selalu ada untukmu, seperti kamu merawat cintamu untukku selama ini, maafkan segala kesalahanku dulu ya Tara?" tangis Mia tersendat.