Mia mulai mencoba membuka matanya, meski berat namun dia berusaha sekuat tenaganya. Pandangan matanya masih agak buram, mungkin karena efek seharian tidur dalam pengaruh obat yang diberikan oleh dokter agar dia benar-benar istirahat. Leukimia kronis yang sudah hampir setahundiderita Mia kini tengah beraksi lagi. Sekuat tenaga Mia mencoba melawan penyakitnya, namun sepertinya kini dokter sudah pasrah. hidup Mia kini hanya mengandalkan keajaiban Tuhan saja.
Dipandangi sekelingnya, ada Edo kakanya, Meli adiknya dan Vikar anak semata wayang dari perkawinannya dengan Raga yang telah kandas 3 tahun yang lalu.
Vikar memegang tangan ibunya lembut, seolah takut menyakiti tangan yang dialiri infusan itu, Mia tersenyum.Â
Tiba-tiba pintu ruangan terbuka, Batara masuk bersama Putri, anak perempuannya. Setelah menyalami Edo dan bicara sebentar, akhirnya Batara meminta izin untuk bicara berdua saja dengan Mia.
"Mi.." lirih Batara memanggil kekasihnya, dikecupnya kening wanita yang sangat dia cintai itu.
Mia mengedipkan mata, "makasih Tara" sahutnya.
"Mi, hari ini aku melamarmu, maukah kau menikah denganku?" Batara terbata mengucap lamaran itu, Mia kaget, seketika matanya berlinang.
Batara mengusap air mata Mia, diciumnya telapak tangan Mia.
"Dua hari yang lalu, aku sebenarnya sudah bicara dengan Putri soal ini, Puji Syukur dia mau menerimamu untuk jadi pendampingku Mi" jelas Batara "Dia juga sudah aku ceritakan bahwa sejatinya kau adalah perempuan pertama yang mendiami hatiku, cinta kita pernah bersemi jauh sebelum aku mengenal ibunya, hanya sayang percintaan kita waktu itu belum beruntung, maka itu Putri mau menerimamu jadi pendampingku Mi, tuk menggantikan mendiang mamanya, bahkan dia mendoakan kita agar bahagia Mi"
"Benarkah itu Tara? aku tidak sedang bermimpi kan?" tanya Mia. Â "Tapi keadaanku .." ragu seketika menyelimuti hati Mia, dia merasa ajal sudah mendekat dan dia takut Batara akan kecewa.
"Sssttt... kau akan sehat Mi, lalu kita berdua akan bahagia bersama anak-anak" papar Batara, memberikan semangat pada kekasihnya. Dalam benak Batara, mimpi sewaktu mudanya akan terlaksana, yaitu menikahi kekasih pertamanya itu.