Mohon tunggu...
Selfi Nurcholifah
Selfi Nurcholifah Mohon Tunggu... Administrasi - Selfi Nurcholifah

---we can be the greatest team---

Selanjutnya

Tutup

Drama

Drama Segitiga Bermuda

24 Oktober 2017   21:11 Diperbarui: 24 Oktober 2017   21:48 1480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sinopsis

Dikisahkan bahwa ada dua orang anak, kakak beradik yang bernama Komo dan Ashilla. Mereka terjebak dalam pusaran masalah yang begitu sulit. Ashilla dan Komo ternyata bukan anak kandung dari kedua orang tua yang telah mengasuh mereka selama ini. Lalu mereka kabur dan mencari orangtua mereka yang sebenarnya. Akankah Ashilla dan Komo berhasil menemukan kembali orangtua kandung mereka? Atau pusaran masalah yang lain akan menyeret mereka menuju segitiga bermuda.

Tokoh dan Penokohan

  • Ashilla:

Berparas cantik dan berbadan kurus dengan tinggi standar. Dia bersifat cepat jengkel dan selalu manja kepada kakak nya, tetapi setelah mengetahui bahwa ibunya yang asli telah meninggal, sifatnya berubah menjadi baik dan rajin (berumur 11 tahun).

  • Komo:

Dia selalu memakai topi kemanapun dia pergi dan mengenakan kaos kesukaannya warna merah. Badannya tinggi dan berat badannya sedang. Dia bersifat lebih dewasa dan sangat sabar sekaligus penyayang (berumur 15 tahun).

  • Ayah Angkat:

Berbadan besar tinggi dan kejam. Matanya selalu melirik-lirik. Pemilik pasar di seberang jalan di dekat rumah mereka.

  • Ibu Angkat:

Bersifat sabar dan baik hati.

  • Fatimah:

Orang suruhan ayah tiri Ashilla dan Komo untuk membunuh ibu kandung mereka. Berumur 35 tahun.

  • Slamet:

Penjual baju di pasar milik ayah tiri mereka. Slamet selalu berteriak untuk menawarkan baju nya.

  • Dunia dan akhirat:

Kakak beradik penjual baskom yang juga berjualan di sekitar pasar milik ayah tiri Ashilla dan Komo. Dunia dan akhirat, nama lengkap mereka yang sebenanrya adalah Ahmad Duniasa dan Akhmad Irwan Attamami. Mereka berdua anak dari Bapak Slamet Samari, dimana beliau adalah seorang penjual baju.

  • Orang --orang:

Orang --orang di sini bertugas berjalan dan bertanya harga pada pedagang di pasaran.

  • Teman Ashilla:

Suka mengejek orang dan senang bila melihat orang lain menderita. Muncul sekali pada babak I.

  • Ibu Teman:

Baik dan menasihati anaknya. Hanya muncul sekali pada babak I

  • Orang lewat:

Sangat suka mengomentari orang dan menggosipkan orang. Hanya muncul pada babak I.

 

 

 

Babak I

Semua pencahayaan dihidupkan dan tata panggung telah siap. Untuk babak pertama tata panggung diatur hanya satu bagian saja yakni dalam perjalanan yang cukup ramai setelah pulang sekolah dan terdapat satu kursi untuk tempat duduk di taman. Komo dan Ashilla berjalan berdua di jalan. Komo menjemput adiknya yang masih berada di sekolah dasar. Saat di jalan Ashilla selalu diejek oleh teman-temannya karena setiap pulang sekolah ia tidak pernah dijemput oleh orang tua mereka, baik itu ayah maupun ibunya.

Komo              : "Bagaimana pelajaranmu hari ini? Apakah menyenangkan atau malah membosankan?"

Ashilla             : "Sangat menyenangkan kak, tadi aku diajarkan cara-cara menggambar. Ini dia   gambarku, Kak. (membuka tas lalu menunjukkan hasil menggambarnya kepada Komo)

Komo              : "Wah, bagus sekali. Tampaknya kamu ada bakat menggambar, ya.

Teman Ashilla : "Ibu, lihat Ashilla. Mengapa setia pulang sekolah dia tidak dijemput ibunya? Selalu saja ia dijemput kakaknya. Apa jangan-jangan dia tidak memiliki ibu? Hahahahha. (mentertawakan Ashilla)

Ibu Teman      : "Ssssttt.Tidak boleh seperti itu. Ibu tidak pernah mengajarkan itu kepadamu.     Jangan ulangi lagi, Nak." (menasehati anaknya sambil berjalan)

Ashilla             : "Kak, aku kesal sekali dengan mereka. Mengapa setiap pulang sekolah pasti selalu diejek? Aku tidak mau orang lain mengejekku bahwa aku tidak memiliki ibu." (marah)

Komo              : "Tenanglah, masih ada kakak yang selalu menjemputmu ketika pulang sekolah. Anggap saja aku sebagai ibu. Mudahkan?"

Ashilla             : "Siap kak. Hheheh." (tertawa kecil)

Komo              : "Ayo kita duduk dan istirahat dulu Shil. Kakak ada jajan lho. Kamu mau tidak? (mengajaknya duduk)

Ashilla             : "Kalau masalah makanan tentu saja aku mau, Kak."

Orang lewat    : "Kalian kok makan di sini? Seperti anak hilang saja. Tidak ada ibu, tidak ada ayah yang ada hanya makanan ringan dan sebotol air saja. Apakah orangtua kalian tidak khawatir? Atau kalian tidak punya orangtua? Oopss, Maaf sengaja. Hahahah" (cewek yang selalu mengejek orang)

Komo              : "Maaf, sebaiknya anda segera pergi dari sini dan jangan pernah kembali di hadapan kami berdua. Kalau ingin berkomentar silahkan di panggung saja jangan kepada kami. Kami tidak suka jika anda, orang yang tidak saya kenal, tiba-tiba mengejek kami sedangkan kami tidak memiliki salah kepada anda." (mimik wajah mulai marah)

Orang lewat    : "Dasar anak tidak punya ibu." (menunjukkan wajah sombong)

Ashilla             :  Kak, sebaiknya kita segera pulang dari sini. Aku tidak mau mendengarkan celotehan dari para pejalan yang lewat." (memberi saran)

Komo              : "Baiklah." (berwajah kesal)

Mereka lalu berjalan gontai menuju rumah mereka. Pencahayaan dimatikan dan tirai ditutup.

 

 

 

Babak II

Ketika tirai dibuka, semua pencahayaan dinyalakan secara bersamaan dan panggung diatur menjadi 2 bagian. Bagian pertama untuk kamar Ashilla dan bagian kedua untuk ruang keluarga. Di kamar Ashilla terdapat foto-foto yang terdapat di atas meja serta jam beker berwarna merah. Di bagian ruang tamu terdapat kursi dan meja. Di tengah meja terdapat vas bunga dan beberapa lembar koran harian.

Di sabtu pagi, ayah Ashilla dan Komo bercerita kepada istrinya sambil membaca koran dan ditemani secangkir teh buatan istrinya. Kemudian istrinya duduk di sampingnya dan ingin menceritakan segala rahasia yang telah lama mereka pendam. Di sisi lain, Ashilla sedang tidur di kamarnya, yang terletak di sebelah ruang keluarga. Sedangkan Komo baru saja mandi sambil membawa handuk di lehernya.

Ibu Angkat      : (memasuki panggung sambil membawa secangkir teh) "Bapak, ini tehnya nya. Hati-hati jangan diminum dulu, tehnya masih panas". (kemudianduduk di samping suaminya)

Bapak  Angkat : "Hmm.Letakkan saja di situ." (memasang wajah cuek sambil membaca koran)

Ibu Angkat      : "Bapak, sampai kapan kita akan membohongi mereka? Karena sesungguhnya kebohongan itu akan nyata terbongkar." (sambil membereskan meja)

Bapak Angkat            : (berbicara melihat ke istrinya sambil menurunkan sedikit korannya dan juga kacamata yang di pakainya)"Tenang saja buk, mereka masih anak-anak, mau kita bohongi maupun tidak, sama saja mereka tidak akan mengerti. Walaupun mereka nantinya akan menjadi dewasa dan paham akan masalah seperti ini, tetapi mereka tidak akan pernah tahu tentang kebohongan ini dan jangan biarkan mereka mengetahuinya." (berkata dengan nada tinggi dan keras).

Tidak disangka-sangka bahwa Komo telah selesai mandi, lantas Komo mendengarkan pembicaraan mereka. Namun, Komo masih bingung apa yang sebenarnya terjadi pada kedua orang tuanya.

Ibu Angkat     : "Pak, kita harus mengembalikan mereka pada orang tua kandung mereka. Sampai kapan kita akan bermain drama ini? Bagaimana perasaan bapak kalau terpisah dari orangtua?" (berbicara sambil melipat koran-koran yang berserakan di meja)

Bapak Angkat : "Jatah yang diberikan orangtua mereka kepada kita itu belum selesai buk, Ashilla dan Komo harus sampai memiliki pasangan masing-masing untuk bebas dari hutang ibunya. Hutang ibunya belum lunas dibayar ke kita. Oleh karena itu, jangan sampai mereka kabur atau pergi untuk mencari orangtua mereka". (melempar koran nya lalu berdiri dan pergi dari ruang keluarga)

Ibu Angkat      : "Tapi pak...hihhhhh. Jadi orang kok kerjaannya marah-marah saja! Kalau stroke baru tahu rasanya." (mengomel sambil duduk).

Kemudian, Komo berjalan santai memasuki panggung sambil meyeka rambutnya yang basah karena baru saja keramas dan keluar dari kamar mandi. Komo berpura-pura tidak mengetahui apa yang orang tua mereka baru saja bicarakan. Lalu, Ashilla juga baru saja terbangun dari tidurnya dan meminta makanan karena sangat lapar. Ashilla masih mengenakan baju tidur dan kemudian berjalan menuju ruang tamu dan duduk bersama kakak dan ibunya.

Komo              : "Selamat pagi Ibu!" (sambil meyeka rambutnya yang basah karena baru saja keramas)

Ibu Angkat      : "Ppp...aaggi, Kom. Kamu darimana? Apakah kamu tadi di belakangku, Nak? Atau dari mana?" (menjawab dengan gugup dan bingung dengan wajah yang cemas dan khawatir)

Komo              : "Aku baru saja mandi bu, mengapa wajah ibu begitu cemas?" (masih menyeka rambut dan wajah nya)

Ibu Angkat      : "Oh, tidak Kom, ibu hanya sedikit cemas memikirkan Ashilla belum bangun dari tadi". (sambil tersenyum gugup)

Ashilla             : (keluar dari kamar tidurnya kemudian berjalan ke ruang keluarga) "Ibuuu!! Aku sangat lapar, apakah ada makanan?" (memecahkan suasana khawatir pada ibunya)

Ibu Angkat      : (menghembuskan nafas lega) "Sudah ada, Shil. Mandi dulu saja, setelah itu makan ya. Komo makan dulu sana kamu kan sudah mandi."

Ashilla             : (Menganggukkan kepala) "Hmm."

Komo              : (meminum teh ayahnya karena sangat haus)"Iya bu, sebentar."

Ibu Angkat      : (mengingatkan Komo)"Hei Komo itu teh milik ayahmu. Jangan diminum, nanti dia marah. Haduh, bagaiman ini? Lagipula kamu mengapa minum teh yang di sini?" (kebingungan)

Tiba-tiba ayah datang untuk menanyakan tentang teh yang belum diminumnya tadi.

Ayah Angkat  : (berjalan mendekati ibu dan Komo)"Ibu, dimana teh ayah?

Komo              : (melihat ayahnya, lalu segera meletakkan cangkirnya di meja)

Ayah Angkat  : (melirik kearah Komo)"Oo, jadi kamu yang meminum teh ayah ya. Awas kamu ya." (berlari mengejar Komo)

Komo              : (berlari sambil menengok ke ayahnya)"Maaf yahh." (berteriak)

 

Babak III

Kemudian lighting dipadamkan perlahan dan tirai ditutup. Semua barang-barang diambil dan dirombak. Panggung masih dibagi menjadi 2, tetapi bagian sebelah kiri hanya diberi ruang yang cukup sempit daripada ruang yang disebelah kanan. Sebelah kiri panggung digunakan untuk teras rumah Komo dan Ashilla, sisi sebelah kiri digunakan untuk pasar.

Keesokan paginya yaitu di hari Minggu, si Komo mengajak Ashilla pergi dari rumah itu untuk mencari orangtua mereka yang sebenarnya. Namun, langkah kabur mereka diketahui oleh ayahnya. Ayahnya tengah mengintip dari jendela atas rumah mereka.

Ashilla             : "Kakak kita mau kemana? Aku takut ayah dan ibu mengetahui kita di luar rumah. Kakak kita mau kemana kak? Cepat jawab aku kak." (sambil menarik tangan kakaknya dan sesekali menengok ke belakang)

Komo              : (menggendong tas disatu pundak nya) "Ssssttttttt. Jangan keras-keras Shil, nanti kita ketahuan. Jadi, kita harus pergi dari rumah ini Shil. Karena rumah ini tidak aman bagi kita untuk kita tempati. Sekarang kamu masuk rumah dan ambil tas sekaligus baju-baju kamu ya, tapi jangan sampai mereka melihat kita. Cepatlah!" (menasihati Ashilla)

Ashilla             : "Tapi mengapa kita harus pergi kak?" (sambil terus bertanya)

Komo              : "Sudahlah, jangan banyak pertanyaan. Lekas ke atas."

Lalu Ashilla berlari memasuki rumahnya dan menjalakan misi dari kakaknya. Tidak lama kemudian Ashilla keluar dari rumahnya. Namun, ayahnya mengetahuinya dan hanya melihat dengan kecurigaannya.

Komo              : "Ayo cepat kita pergi dari sini."

Akhirnya mereka berjalan dan terus berjalan menyusuri pasar milik ayahnya. Mereka menengok kemana-mana mencari orangtua mereka. Tetapi, mereka baru ingat bahwa mereka tidak tahu nama dan wajah ibunya.

Pada bagian ini, sisi sebelah kiri (bagian teras rumah) lighting dimatikan dan lighting hanya menyala pada sisi kanan (bagian pasar). Di bagian pasar sudah terdapat pedagang- pedagang. Yakni Slamet, Dunia dan Akhirat serta satu pedagang jajan-jajan kecil seorang emak-emak berusia sekitar 35 tahun.

Slamet             : "Mas, mbak mari bajunya dipilih...dipilih...murah meriah. Ayo mas hari ini sedang ada sale untuk kemeja ini. Dari seharga 80.000 kini mas bisa mendapatkannya dengan harga 85.000." (sambil menentengkan bajunya dan sambil tersenyum kepada Komo)

Komo              : "Loh, pak katanya sale, tetapi mengapa harganya malah menaik?" (memasang wajah bingung)

Slamet             : "Lha, memangnya sale itu apa to mas? Hheheh maaf mas saya tidak tahu. Saya hanya tahu kata-kata itu dari tetangga saya mas. Katanya berjualan dengan cara ini mendapat untung banyak." (menundukkan wajah dan tertawa kecil)

Komo              : "Saleitu diskon atau potongan harga pak, jadi harga baju yang bapak tawarkan kepada saya harus lebih murah daripada harga yang asli, Pak." (sambil duduk didekat bapak Slamet)

Slamet             : "Oo jadi ngono to. Jadi, beli tidak ini mas bajunya? Heehehe." (mengaggukkan kepala)

Setelah lumayan lama bercengkrama, Dunia dan Akhirat menawarkan dagangannya.

Dunia &Akhirat: "Kom...Kom...Kom. Kommmmm." (berteriak kemana-mana)

Komo              : "Wah, bentar pak tampaknya ada yang memanggil saya." (sambil pamit izin menuju suara panggilan)

Dunia & Akhirat: "Komm. Baskom...yo baskom nya mas mbak."

Komo              : "Loh, mas tidak memanggil saya?" (bertanya)

Dunia &Akhirat: "Tentu tidak lah, kami menawarkan dagangan kami. Baskom." (sambil memarken dagannya)

Lalu Ashilla mendekat ke kakaknya setelah dari pedagang jajanan kecil yang dijaga oleh seorang wanita.

Komo              : "Eh, mas-mas ini namanya siapa ya? Kok sangat menyebalkan sekali ya tampaknya." (memasang muka marah)

Dunia              : "Nama saya Dunia. Lengkapnya Ahmad Duniasa. Hahahhah." (tertawa terbahak-bahak dan akhirnya terbatuk, lalu minum air yang berada di botolnya)

Akhirat            : "Nah, kalau saya namanya Akhmad Irwan At- Tamami, disingkat menjadi Akhirat. Baguskan nama saya. Hahaahah (menaik turunkan alis)

Dunia& Akhirat: "Jadi, kami adalah Dunia Akhirat. Nah, yang jual baju tadi itu bapak saya Pak Slamet. Jadi, kalau digabungkan nama kita menjadi sebuah doa yang sangat berarti. Slamet Dunia dan Akhirat. (mengacungkan jempol lalu duduk lagi)

Slamet             : "Ya, Betul sekali."

Komo dan Ashilla sempat melongo mendengar nama mereka.

Dunia              : "Mas dan mbak ini namanya siapa dan mau kemana to sebenarnya? Kok saya lihat-lihat dari tadi hanya berjalan berputar-putar di depan lapak saya dan bapak saya."

Komo              : "Nama saya Komo." (menjulurkan tangan kepada Dunia dan Akhirat)

Ashilla             : "Nama saya Ashilla" (menjulurkan tangan kepada Dunia dan Akhirat)

Komo              : "Kami mencari orang tua kami, tetapi kami tidak tahu nama dan wajah orang tua kami. Sudah lama kami tidak berjumpa dengan orang tua." (duduk di depan lapak Dunia dan Akhirat)

Tiba-tiba ayah beserta dengan ibunya datang ke pasar untuk mencari mereka berdua.

Ayah Angkat  : "Kalian mengapa di sini? Siapa yang menyuruh kalian kabur dari rumah. Hei kamu cepat bawa mereka pulang." (muka marah dan berteriak keras lalu meyuruh istrinya untuk membawa mereka pulang)

Lalu, ibunya mengajak mereka pulang dengan lemah lembut. Setelah mereka pulang, ayahnya lalu memberitahu kepada penjual di pasar untuk tidak membantu mereka mencari ibu kandungnya.

Ayah Angkat  : "Ada tujuan apa mereka datang ke sini? Katakan padaku sekarang." (dengan nada yang sangat marah ayah berbicara ke pada mereka)

Para Pedagang: "Mencari orang tua kandung mereka, Pak." (menunduk)

Ayah Angkat  : "Kalian semua tidak boleh membantu mereka mencari orangtua mereka, apalagi sampai memberitahu ibu mereka. Mengerti!!" (sangat marah)

Para Pedagang : "Iya pak mengerti. Maafkan kami pak." (sambil menundukkan kepala)

Lantas ayah mendekati salah seorang pedagang wanita yang bernama Fatimah. Sang ayah bertujuan untuk membunuh ibu kandung mereka. Lalu ayah menyerahkan sebuah foto ibu mereka dan memberi alamat rumahnya. Setelah itu, ayah memberikan sebungkus uang yang masih terbungkus rapi. Akhirnya, wanita itu setuju, namun masih terdapat wajah keraguan yang tampak pada wajah wanita itu.

Ayah Angkat  : "Hei, kamu saya kasih tugas untuk membunuh wanita ini. Saya kasih uangnya sekarang juga pokoknya harus berhasil dan gunakanlah caramu sendiri untuk membunuhnya. Jangan lupa datang ke tempat yang telah saya rencanakan untuk membahas rencana pembunuhan ini. Mengerti!!(menyerahkan sejumlah uang)

Fatimah hanya mengangguk saja tanpa mengucapkan sepatah kata. Akhirnya, ayah pulang dan meninggalkan pasar. Orang --orang di pasar pun mulai berbincang-bincang.

Slamet             : "Parah sekali orang itu. Sudah tua kerjaannya hanya marah-marah saja. Ingin rasanya aku menampar mulutnya yang selalu berbicara pedas dan tak waras. Ckckckckckk (mengelus-elus dada sambil berbincang kepada pedagang yang lain)

Akhirat            : "Uwes lah pak, tidak usah memikirkan orang tua itu. Lebih baik bapak dagang baskom bersama kami daripada berdagang baju tetapi tidak ada yang mau beli. Hahaaha (membereskan dagangan)

Pencahayaan dimatikan dan tirai ditutup pelan-pelan.

Babak IV

Panggung disetting menjadi 2 bagian lagi yakni ruang keluarga dan ruang tersembunyi. Di ruang keluarga telah berkumpul ayah, ibu, Ashilla dan Komo. Ayah memarahi mereka sambil mondar-mandir dan menggenggam foto ibu kandungnya yang telah ditunjukkan tadi kepada Fatimah. Ashilla menangis dipelukan ibunya karena dibentak-bentak oleh ayahnya. Namun, Komo malah terfokus pada foto yang digenggam oleh ayahnya. Komo mulai bertanya-tanya, siapakah orang yang ada di foto itu? Pikirannya mulai terbayang tentang ibu kandungnya. Karena dia melihat bahwa terdapat kemiripan diantara Ashilla dengan orang yag ada di foto tersebut. Di ruang tersembunyi terdapat ayah dan Fatimah. Mereka menjalankan misi yang telah ayahnya rencanakan. Mereka merencanakannya matang-matang.

Ayah Angkat  : "Siapa yang menyuruh kalian pergi dari rumah?" (mondar-mandir sambil mata melotot)

Komo&Ashilla: "Tidak ada, Ayah." (menundukkan kepala sambil melihat ke kanan kiri masing-masing)

Ayah Angkat  : "Lalu, mengapa kalian pergi dari rumah tanpa seizin ayah dan apakah tujuan kalian pergi?" (nada bicara mulai naik)

Komo              : "Kkkaa...mmmi. Hmmm Kami..." (menjawab dengan suara terbata-bata)

Ayah Angkat  : "Apakah kalian telah mengetahui yang sebenarnya. Apakah kalian mulai memberontak? (membentak mereka berdua)

Ayah Angkat  : "Apa kalian mencoba mencari zona nyaman dengan cara pergi diam-diam dan mencari sesuatu yang hilang? Pintar sekali kalian!" (nada tinggi dan muka marah)

Ashilla             : (hanya menangis dan berlindung kepada ibunya)

Ayah Angkat  : "Ya, memang, kalian bukanlah anak kandung ayah dan ibu yang selama ini merawatmu. Kamu bukanlah anak kami yang sesungguhnya. Kamu adalah anak pelunas hutang bagi ibumu saja." (membentak dan terus membentak dengan nada tinggi)

Komo              : "Kalau begitu kami pergi saja dari rumah ini. Rumah ini begitu banyak kebusukan yang terjadi, banyak aroma kebohongan yang tersebar di dalam diri. Lalu, apakah harus seperti ini Anda menghutangi ibu kami. Apakah layak jika orang merebut kebahagiaan orang lain?" (meneteskan airmata dan berbicara dengan suara serak, laluberlari dan pergi menuju kamarnya)

Ayah Angkat  : "Heii, dengarkan dulu omongan ayahmu ini. Kalau ingin pergi, silahkan pergi saja dan kami tidak pernah mengharapkanmu. Ashilla apa kamu tidak mau pergi juga? Mengikuti jejak kakakmu yang mulai memberontak. Silahkan kalau mau pergi sekarang, kami hanya butuh warisan dari orangtua kalian bukan kalian." (membentak)

Ashilla berlari mengikuti kakaknya.

Ibu Angkat      : "Ayah! Tidak boleh seperti itu. Pikirkan perasaan mereka, pikirkan hati mereka, pasti hancur pak, hancurrrr!!" (berjalan meninggalkan ayah)

Ayah Angkat  : "Kalian semua memang menyusahkan! (marah)

Kemudian pencahayaan dimatikan dan berpindah menuju bagian kiri panggung. Disana terdapat Fatimah yang tengah menunggu ayah, untuk membicarakan permasalahan rencana pembunuhan ibu kandung Ashilla dan Komo. Di sana terdapat satu meja dan kursi.

Fatimah           : "Bos dimana ya? kok belum datang-datang juga." (menengok kanan kiri)

Ayah Angkat  : "Hai, Fatimah apakah kamu sudah menunggu lama?" (baru datang dan berjalan ke kursi)

Fatimah           : "Tidak begitu lama, Pak. Lalu, apa rencana bapak? (bertanya-tanya)

Ayah Angkat  : "Mulai besok kamu harus melaksanakan tugasmu. Kamu bunuh dia. Biasanya dia pulang dari pasar sekitar pukul 08.00 pagi. Ingat! Ketika dia berjalan sendiri kamu ikuti dia dari belakang dan langsung tembak dia. Aku akan mengawasinya dan memberi aba-aba. Mengerti! (berbicara dengan fokus)

Fatimah           : "Siap pak. Saya akan melakukannya" (dengan penuh kepercayaan atimah akan melakukan renacana pembunuhan itu)

Ayah Angkat  : "Satu lagi, jika kamu sampai gagal akan aku gusur lapakmu dari pasar milikku. Ingat itu! Jangan sampai gagal dan jangan sampai diketahui oleh siapapun."

Fatimah           : "Siap, Pak. Aku akan berusaha memenuhi perintah bapak."

Ayah Angkat  : "Bagus, kalau begitu saya pergi dulu."

Lantas ayah menyerahkan pistolnya dan ayah langsung pergi meninggalkan Fatimah. Fatimah menatap pistol itu dengan perasaan sedih. Penuh keraguan yang tertanam di hatinya dan ketidakpastian akan janjinya.

Pencahayaan dimatikan dan tirai ditutup.

Babak V

Pada babak ini, tata panggung hanya dibuat menjadi 1 bagian saja yakni di perjalanan. Tokoh yang bermain yakni ibu kandung Ashilla dan Komo, Fatimah, Ayah, Ashilla dan Komo.

Di pagi hari yang cerah, ibu kandung Ashilla dan Komo baru saja pulang dari pasar untuk membeli kebutuhan sehari-hari. Ketika di perjalanan Fatimah dan Ayah telah bersiap-siap untuk melakukan misinya. Namun, di sisi lain Ashilla dan Komo kabur dari rumah lagi dan melewati jalan tersebut. Ketika pistol diarahkan ke ibunya dan telah ditembakkan, Komo melihatnya dan segera melindunginya dari lemparan peluru yang akan mengenai ibu kandungnya. Duarrrr...

Ibu kandung: "Aduh, berat sekali belanjaan ini. Apakah aku akan sampai rumah dengan membawa banyak barang ini? Huftttt." (sambil menata kembali barang belanjaannya)

Sang Ayah telah memberikan kode kepada Fatimah untuk segera melepaskan pelurunya. Akhirnya, dorrrrrr....

Komo              : "Ibuk, awass!! Aaaaaaaaaaa.... (tertembak dan jatuh)

Ashilla             : "Kakaaaaaaakkkkk." (berlari dan mendekati kakanya sambil menangis)

Ibu kandung    : "Ya ampun, Nak. Maafkan aku."

Ayah               : "Komo!"

Fatimah           : (hanya diam sambil memegang pistolnya dan menangis melihat yang tertembak bukanlah ibunya)

Ibu kandung    : "Nak, apa kamu masih kuat nak? Tenang aku akan segera menelepon polisi."

Komo              : "Huhuhhuhhuhh. Akk...kkkuuu ma...siihh...ku...att." (terbata-bata)

Ibu kandung menengok kedepan dan ternyata Fatimah telah berjalan menuju dirinya sambil membawa pistol.

Ibu kandung                : "Fatimah! ternyata kamu ingin membunuhku dengan sekejam itu. Apa salahku? Apa? Cepat katakan? Aku telah memberimu uang tiap bulannya. Apakah itu kurang? Mengapa engkau tidak mengatakannya?"

Ayah juga muncul dari balik semak.

Ayah               : "Uang bulanan? Apa maksud kalian? Mengapa jadi seperti ini? Mengapa rencanaku jadi berubah?"

Komo              : "Cukuuupp. Akkk...uuu peerrr...ggiii du...du.lu semuanya."

Ashilla             : "Kakaakk, jangan tinggalkan aku. Aku sendiri di sini, aku masih kecil, aku masih butuh kakak. Kakaaaaakkkk! (menjerit dan menangis keras)

Ibu kandung    : "Lihatlah! Lihatlah! Lihaaaat! Dia telah meninggal, dia telah meninggalkan adiknya dan tak akan pernah kembali. Bagaimana jika itu terjadi denganmu?" (menangis sambil mengelus dahi Komo.)

Ayah               : "Katakan dulu apa maksudmu merubah semua rencanaku? Lalu siapa Fatimah?"

Ibu kandung    : "Aku tidak akan pernah menceritakan maksudku dan juga rahasiaku kepadamu tentang Fatimah. Biarkan rahasia ini terbongkar dengan sendirinya, seperti rencanamu yang kini gagal terperangkap segitiga bermuda."

Fatimah           : "Ma...aaafffkan...sssaaayaa. Saya tidak bermaksud untuk membunuh Anda bu, saya benar-benar minta maaf." (menangis sambil memohon-mohon di kaki Ibu)

Ibu kandung    : "Tidak perlu meminta maaf kepadaku. Hanya perlu menyadari saja."

Ayah Angkat  : "Apa maksudmu. Mengapa Komo dan Ashilla dapat sampai ke sini bahkan mereka belum pernah tahu jalanan ini sebelumnya? Cepat katakan kepadaku." (gemetar dan mulai menangis)

Ibu kandung    : "Aku telah menghubungi mereka sebelumnya untuk bertemu denganku di jalan ini. Aku telah mendengarnya dari pedagang baskom di pasar tentang rencana busukmu. Aku memilih taktik ini, sengaja Komo kujadikan targetnya. Agar kamu merasakan apa yang orang lain rasakan Bagaimana perasaaanmu sekarang, ketika Komo telah pergi? Aku juga ingin kau merasakan hal yang sama denganku." (berbicara kepada ayah)

Ayah hanya menangis.

Ibu kandung    : "Selama ini yang kamu inginkan hanyalah uang, uang, dan uang. Hingga kamu mengambil anakku supaya hutangku terbayar lunas. Memang, aku telah salah memilih menyerahkan anakku kepadamu. Tetapi, kamu dengan egoisnya menarik mereka dan anak buahmu menusuk suamiku. Apa itu yang namanya LUNAS!!"

Ayah               : "Aku sangat menyesalinya." (terus menangis)

Ashilla             : "Kalian berdua telah membunuh kakak ku. Kalian terlalu egois, kalian tidak memikirkan yang lain. Masalah pribadi bukan untuk diperpanjang. Melainkan mencari solusinya. Kalian semua egois. (menangis dan terus menangis)

Ibu kandung    : "Nak, sebenanrya kamu dan kakakmu terlibat dalam masalah ini. Maafkan aku, kalian masuk ke dalam pusaran masalah ini."

Ashilla             : "Maksudnya?"

Ibu kandung    : "Kamu dan Komo adalah anak kandung ibu, Nak. Maafkan ibu, mungkin kalian tidak pernah merasakan kasih sayang ibumu yang asli, tetapi ibu menyerahkan kalian kepada orang, itu ada tujuannya."

Ibu kandung    : "Fatimah, sekarang aku akan memberimu dua pilihan. Selamatkan Ashilla atau kamu terseret segitiga bermuda?"

Fatimah           : "Haaaaa. Aku akan menyelamatkan kalian berdua, sekali lagi mohon maafkan aku. Aku akan...

Belum sempat melanjutkan kata-katanya, sang ibu kandung langsung menembak dirinya sendiri. Doorr... suara pistol itu terdengar untk yang kedua kalinya.

Ashilla             : "Tidaaakkk!!!Semuanya telah hilang masuk ke dalam pusaran segitiga bermuda, semuanya egois. Egoiisss."

 

Ashilla, Fatimah, dan Ayah adalah saksi detik-detik terakhir melihat Komo dan Ibu meninggalkan dunia ini.

Lampu dimatikan dan pertunjukan selesai.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
Mohon tunggu...

Lihat Drama Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun