Mohon tunggu...
Selfi Andini
Selfi Andini Mohon Tunggu... Pelajar Sekolah - Pelajar

sedang mumet ujian praktek

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Analisis Novel Karya Sabda Armandio "24 Jam Bersama Gaspar"

5 Maret 2023   17:06 Diperbarui: 5 Maret 2023   17:17 921
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

SINOPSIS

Buku "24 Jam Bersama Gaspar" menceritakan tentang seorang detektif bernama Gaspar. Suatu ketika Gaspar menemukan sebuah kotak hitam misterius di toko emas. Konon kabarnya kotak hitam misterius itu bisa membuat orang menjadi sukses dan kaya yang membuat Gaspar menjadi terobsesi dengan kotak hitam itu sehingga ia menjadi penasaran dan merencanakan perampokan terhadap toko emas dalam kurun 24 jam demi mendapatkan kotak hitam misterius tersebut.

IDENTITAS BUKU

*Judul Buku : 24 Jam bersama Gaspar

*Penulis Buku : Sabda Armandio

*Penerbit : Buku Mojok

*Tahun Terbit : 2017

*Jumlah Halaman : 227

*ISBN : 978 -- 623 -- 7284 -- 17 -- 8

BIOGRAFI SABDA ARMANDIO ARIF

SABDA ARMANDIO ALIF lahir di Tangerang, 18 Mei 1991. Berhasil menulis dan menerjemahkan cerita pendek. Novel pertamanya, Kamu (Cerita yang Tidak Perlu Dipercaya) diterbitkan oleh Moka Media awal 2015. 24 Jam bersama Gaspar adalah novel keduanya.

Kegigihannya menulis tiga novel dalam dua tahun Sabda Armandio dikenal sebagai penulis novel best seller. Garapan Tiga novel tersebut adalah 24 Jam Bersama Gaspar: Sebuah Cerita Detektif (2017), novela Dekat dan Nyaring (2019), dan kumpulan cerita Kisah-Kisah Suri Teladan (2019).

Saat ini karirnya semakin melejit dan namanya semakin muncul di publik ketika salah satu karyanya difilmkan.

UNSUR INTRINSIK :

*Tema

Tema yang diangkat dalam novel 24 jam bersama gaspar ini mengangkat tema tentang perampokan ke toko emas dengan tujuan mencuri kotak hitam.

*Tokoh dan Penokohan

A. Tokoh Gaspar (Aku)

Tokoh  Gaspar dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh datar sebab dari awal sampai akhir hanya menunjukan satu sikap saja.

*Tokoh yang Penasaran : Aku merasa kenal dengan kotak itu, tetapi merasa kenal saja tidak cukup. Aku perlu mengecek isinya. Karena itu Aku mencoba mengenal sosok Wan Ali dengan harapan bisa mengetahui dari mana ia mendapatkan kotak itu.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah yang penasaran. Bisa dilihat ketika tokoh aku erasa kenal dengan kotak itu, tapi dia bilang merasa kenal saja tidak cukup. Aku perlu mengecek isinya. Sampai-sampai tokoh aku mencona mengenal sosok Wan Ali untuk bisa mengetahui dari mana dia mendapatkan kotak itu.

 *Tokoh yang pintar dan licik : Aku segera mengenali kotak hitam itu. " kalau yang itu?" Aku menunjuk kotak ungu pudar bermotif bunga-bunga kecil yang dipajang di rak dinding bersama beberapa cendera mata dari mekkah. Aku melakukan nya sekedar mengalihkan fokus Wan Ali agar ia mengira aku tak terlalu menganggap serius kotak hitam di tangannya.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang pintar dan licik. Karena di saat tokoh aku mengenali kotak hitam itu, tokoh aku langsung menunjuk kotak lain supaya Wan Ali mengira aku tak terlalu menganggap serius kotak hitam ditangannya.

 *Tokoh yang suka berprasangka : Wan Ali mengambil papan catur yang sedari tadi dikempitnya dan berkata, " Ah, aku sudah menunggumu. Ayo kita main catur," meski gesturnya mengisyaratkan kehadiranku tak ia inginkan.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang suka berprasangka, karena setelah  Wan Ali mengajak nya main catur, tokoh aku menebak bahwa gesturnya mengisyaratkan kalau kehadiran tokoh aku tidak ia inginkan.

*Tokoh yang tidak tegaan (berhati mulia/baik) Tapi kuurungkan, aku tak tega membuat orang lain merasa nelangsa.

*Tokoh yang yang baik (suka menolong) : Beberapa meter dari perempatan, kulihat seorang nenek di trotoar. Ia menengok kanan kiri seraya memegang kardus biru seukuran genggaman tangan. Kutepikan Cortazar tak jauh dari tempat nya berdiri jalan. Lalu Aku menawarkan bantuan, / Si nenek menegurku dan bertanya apakah niat baik kami masih berlaku. Kuacungkan ibu jari sambil tersenyum karena begitulah cara orang lain mengiyakan ajakan. Lalu aku turun dan sedikit berbasa-basi.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang baik karena dia menolong seorang nenek. Bisa di lihat disaat dia melihat seorang nenek di trotoar. Ia langsung menepikan Cortazar dan langsung menawarkan bantuan. Dan disaat si nenek menanyakan apakah niat baik nya tadi masih berlaku, dan si tokoh aku pun langsung mengacungkan jempol nya seraya mengiyakan permintaan si nenek.

*Tokoh yang munafik dan tidak percaya pada dirinya sendiri : Aku berusaha menenangkannya, " Hanya karena nenek itu itu mengoleksi bangkai cupang bukan berarti ia sinting, " meski aku sendiri kurang yakin dengan ucapanku.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang bisa dibilang minafik karena dia berusaha menenangkan seseorang dengan kata-kata positifnya, yang padahal dia pun masih kurang yakin dengan apa yang ia katakan itu.

 *Tokoh yang suka membaca pikiran / gerakan fisik seseorang : " Wah, Aku memang kurang dekat dengan Muhammad, cuma mendengar reputasinya saja. Kabarnya dia orang baik ". Kusangga dagu dengan tangan, menyiapkan telinga. Kelihatannya Bu Tati akan bercerita panjang lebar. Terbaca dari bola matanya yang mendadak seperti kucing melihat buntalan bola benang.

*Tokoh yang suka berprasangka dan baik hati : " Tunggu sebentar, " Bu Tati menahan kami. Aku harap ia tidak bermaksud memintaku untuk menonton DVD di atas meja berjudul Runtuhnya Teori Darwin. Aku sudah menyiapkan  tiga alasan untuk menolak tawaran Bu Tati tanpa melukai hatinya, misalnya,  Aku akan bilang lebih baik Bu Tati menusuk telingaku dengan sedotan lalu mengisapnya seperti menikmati air kelapa ketimbang memintaku menonton DVD karya Adnan Oktar itu karena rasanya kurang lebih akan sama.

*Tokoh yang suka berbohong : " Betul. Ibumu yang tua dan banyak omong itu sekarang sedang diikat di kursi. Dia Kuberi amat sangat banyak nasi setengah matang dan Kupaksa minum delapan liter air. Beberapa jam lagi nasi diperutnya akan membengkak dan membengkak hingga cuma ada dua kemungkinan : dia akan mati sebelum atau setelah perutnya pecah. Dia tetap akan mati sekalipun kau datang kesana sekarang sebab cuma aku yang tahu cara mengeluarkan seluruh nasi dari perutnya, dan coba tebak...."

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang suka berbohong. Bisa dilihat dari dialog diatas bahwa tokoh aku berkata bahwa ibunya Yadi yaitu Bu Tati sedang diikat dikursi.....cuma aku yang tahu cara mengeluarkan nasibnya. Padahal aslinya Bu Tati tidak sedang diikat oleh si tokoh aku.

*Tokoh yang Pengingat : Selagi orang itu push-up, aku mengingat lagi hari-hari itu. Hari ketika semua orang meninggalkanku. Seperti sudah kucertikan sebelumnya, ayah dan ibu berbahagia bersama keluarga baru mereka; tak ada ikatan emosional diantara kami; aku tidak punya masalah baik dengan ayah maupun ibu tiri; mereka menganggapku sebagai orang lain dan sebaliknya. Menginjak usia 16 aku berhadapan dengan kebebasan, yang ternyata sepi dan menakutkan......... Suatu pagi, pada usia 19, aku mendapat kabar ayahku mati kena stroke. Aku keluar rumah dan mencuci bersih Cortazar, kukatakan kepadanya bahwa kami akan punya banyak uang,l dari warisan. Dan seterusnya......

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang pengingat. Bisa dilihat dari potongan cerita diatasi bahwa selagi orang itu push up dia mengingat hari hari dia saat usianya 16 tahun ia berhadapan dengan kebebasan yang ternyata sepi dan menakutkan hingga di umur yg ke 19, dia mendapat kabar bahwa  ayahnya meninggal dan seterusnya...

 *Tokoh yang Jahat : " Sebagai pria jahat tentu aku harus merancang kejahatan yang sempurna, " jawabku. "Dan sempurna artinya tanpa cela sama sekali. Itulah mengapa malam ini kalian kuajak le sini. Supaya kalian mengenali medan. "

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang jahat. Karena bisa dilihat di dialog diatas bahwa si tokoh aku mengaku kalau dia adalah pria jahat yang harus merancang kejahatan yang sempurna supaya tidak ada cela sama sekali.

*Tokoh yang jahil : Afif menggeser bokongnya, Cortazar sedikit oleng, melalui getaran kemudi ia memberitahuku bahwa dua orang di belakang (Afif dan Yadi) ketakutan. Jadi kupacu Cortazar lebih cepat lagi. Aku berkata bahwa remnya blong.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh jahil. Bisa dilihat dari potongan cerita diatas, disaat tokoh aku mengetahui kalau dua orang dibelakang nya sedang ketakutan, dia malah menambah kecepatan Cortazar, dan berkata kalau remnya blong.

 * Tokoh yang pintar dan pemberani : Aku tiba dipelataran parkir dan melihat perempuan berkaus rockstar  tadi tengah mengacungkan botol bir yang pecah dibagian bokongnya kepada dua laki-laki di dekat motor bebek. Kunyalakan rokok, menghampiri ketiganya dengan jemari lengan kiri membentuk pistol di dalam saku jaket kemudian bertanya dengan suara gagah yang dibuat-buat.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang pintar dan pemberani. Karena disaat dia melihat perempuan yg sedang ribut ribut dengan 2 laki laki dia langsung berpikir buat mendatangi mereka hanya dengan jemari lengan yang membentuk pistol lalu dimasukkan kedalam saku jaket.

B) Tokoh Wan Ali

       Tokoh  Wan Ali dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh datar sebab dari awal sampai akhir hanya menunjukan satu sikap saja.

*Tokoh yang baik terhadap pelanggan : Saat itu ia memberiku sepotong brownis dan kurma sebesar ibu jari. Orang-orang memanggilnya Wan Ali.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang baik karena, disaat aku mampir ke tokonya Wan Ali malah memberikan kue karena hari itu adalah hari ulang tahunnya.

 *Tokoh yang Pemarah : Wan Ali yang mengempit papan catur di ketiak kirinya tampak serius betul: kepalanya menyentak nyentak beberapa kali, menunjukkan ketidaksetujuan; mulut mengoceh dengan mata membersil; tangan kanan secara berkala menunjuk-nunjuk wajah istrinya; dan wajah memerah membuat rupanya semakin buruk.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang pemarah. Karena terlihat dari gestur tubuhnya yaitu, ketika kepala nya menyentak-nyentak beberapa kali, menunjukkan ketidaksetujuan, dan mulut yg mengoceh serta tangan yg menunjuk wajah istrinya.

*Tokoh yang banyak bicara ( cerewet) : Sejak melangkahkan bidak putih untuk kali pertama hingga akhirnya aku diskakmat, ia terus mengocehkan hal-hal konspiratif.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh banyak bicara. Karena dari awal mulai permainan catir hingga tokoh aku diskakmat, Wan Ali masih saja mengoceh. Tidak bisa dibayangkan berapa lama ia mengoceh.

*Tokoh yang pintar dan pemberani : Aku tiba dipelataran parkir dan melihat perempuan berkaus rockstar tadi tengah mengacungkan botol bir yang pecah dibagian bokongnya kepada dua laki-laki di dekat motor bebek. Kunyalakan rokok, menghampiri ketiganya dengan jemari lengan kiri membentuk pistol di dalam saku jaket kemudian bertanya dengan suara gagah yang dibuat-buat.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang pintar dan pemberani. Karena disaat dia melihat perempuan yg sedang ribut ribut dengan 2 laki laki dia langsung berpikir buat mendatangi mereka hanya dengan jemari lengan yang membentuk pistol lalu dimasukkan kedalam saku jaket.

C)   Tokoh Maimunah ( istri Wan Ali )

            Tokoh Maimunah dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh datar sebab dari awal sampai akhir hanya menunjukan satu sikap saja.

*Tokoh yang Cerewet : Pendapat paling masuk akal datang dari Maimunah, istri Wah Ali. Ia tanpa sungkan menceritakan kebobrokan Wan Ali dan tak bisa berhenti bicara bahkan saat suaminya mendatangi kami. " Badan kerempeng begini pengin kawin lagi. Muke gila.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang cerewet. Karena disaat Wan Ali datang si Maimunah ini masih terus aja berbicara tentang kebobrokannya Wan Ali.

D. Tokoh Kik ( Mantan pacar Gaspar )

         Tokoh Kik dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh datar sebab dari awal sampai akhir hanya menunjukan satu sikap saja.

*Tokoh yang Penakut : Seorang detektif tidak boleh menolak masuk ke Puri Setan. ( " kau, kan, takut setan. " )

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang penakut. Bisa dilihat dari penggalan dialog diatas, si tokoh aku berkata bahwa si Kik adalah seorang yang takut setan.

*Tokoh yang Galak : Seorang detektif tidak boleh menonjok mumi saat mayat yanh dibalsalam itu membisikkan sesuatu. ( " Ah, kau ini, coba ingat-ingat wajah tukang parkir yang kau tendang bijinya sewaktu berusaha membisikkan kata-kata cabul. " )

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang Galak. Karena Kik pernah menendang bijinya si tukang parkir hanya karena si tukang parkir berusaha membisikkan kata-kata cabul.

*Tokoh yang sedikit kejam : Kik menarik putus kabel kipas butut lalu mengikat lengan Wan Ali.

   E.  Tokoh Afif ( Agens)

             Tokoh Afif dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh datar sebab dari awal sampai akhir hanya menunjukan satu sikap saja.

*Tokoh yang tidak sabaran : 

a.) Afif sedikit protes karena tadi kubilang " sudah mepet " dan ia sudah tidak sabar ingin merampok toko.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang Tidak sabaran. Karena si Afif protes dan dia bilang kalau dia sudah tidak sabar ingin merampok toko.

b.) Afif mendengus sebal; ia tampaknya seseorang yang spektis dengan hal-hal berbau manis. Ia berbisik di telingaku: " Kapan kita bisa mengakhiri omong kosong ini dan segera mengatur rencana perampokan? "

*Tokoh yang suka berburuk sangka

: a.) Afif berkali-kali berbisik bahwa ada yg tidak beres dengan nenek itu. Ia menemukan barisan stoples selai berisi air keruh dan bangkai cupang di dalamnya.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang suka berburuk sangka. Hanya karena ia menemukan toples selai yang keruh dan berisi ikan cupang, dia bilang kalau nenek itu tidak beres.

b.) Ia berjinjit, dan menggeleng, " Sudah kuduga, ada yang salah dengan orang itu."

* Tokoh yang Kurang sopan terhadap orang tua Sejauh ini Afifilah yang paling sering menyenggol pinggulku dan dua kali menginjak sepatuku, mengisyaratkan ia sudah tidak tahan dengan ocehan orang tua itu. 

*Tokoh yang  pemarah :

a) Afif mengambil alih pekerjaanku, ia malah melakukannya dengan sedikit lebih gaya : menjambak Yadi. " Cuma pecundang kelas berat yang tidak membela keluarganya sendiri. Dimana kehormatanmu sebagai manusia, hah? "

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang Pemarah. Hanya karena ia mendengar jawaban Yadi yang tidak membela keluarganya sendiri, dia langsung menjambak Yadi.

b.) Afif semakin bersemangat; ia menarik rambut Yadi hingga siapa pun tergoda untuk menyentil jakunnya. " Kau ini keterlaluan, ya. Hanya karena kau sudah bisa cari uang sendiri bukan berarti kau bi__"

 F. Tokoh Yadi (pongo) atau (anaknya Bu Tati)

         Tokoh Yadi dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh datar sebab dari awal sampai akhir hanya menunjukan satu sikap saja.

*Tokoh yang menyebalkan : " Seperti Kubilang tadi, kali ini kau harus berubah pikiran. " Aku menyilangkan kaki,  " Kenal Tati S.  Abdillah?". " Dia ibuku, tolol." inilah perbedaan antara Spike dan Pongo. Kepolosan Spike amat menggemaskan sampai-sampai aku kepingin mendorongnya dari atas bukit, Sementara Pongo ketus dan menyebalkan sampai-sampai aku ingin pula mendorongnya dari atas bukit.

 Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang menyebalkan. Bisa dilihat dari dialog di atas, disaat tokoh aku menanyakan " kau kenal Tati S. Abdillah? ", lalu Yadi menjawab, " Dia ibuku tolol. "

*Tokoh yang durhaka terhadap ibu nya ( Bu Tati) : " Betul. Ibumu yang tua dan banyak omong itu sekarang sedang diikat di kursi. Dia Kuberi amat sangat banyak nasi setengah matang dan Kupaksa minum delapan liter air. Beberapa jam lagi nasi diperutnya akan membengkak dan membengkak hingga cuma ada dua kemungkinan : dia akan mati sebelum atau setelah perutnya pecah. Dia tetap akan mati sekalipun kau datang kesana sekarang sebab cuma aku yang tahu cara mengeluarkan seluruh nasi dari perutnya, dan coba tebak...."

" Syukurlah kalau benar begitu, " jawabnya tanpa emosi. Sialan." Dia sudah terlalu lama hidup. Rasanya sudah cukup. Lagi pula hubungan kami tidak terlalu baik sejak dia mengidap penyakit.... ah, tidak jelas pula penyakitnya. "

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang durhaka terhadap orang tua. Bisa dilihat dari jawaban nya Yadi ketika ibunya akan meninggal, dia malah menjawab, " Syukurlah kalau begitu, tanpa emosi. Wah gila sih, ini orang harusnya udh jadi batu sih kek cerita sebelah :>

*Tokoh yang sangat setia, cinta, dan menyayangi istrinya ( Nirida) : Yadi menggeleng lagi, " Aku bisa tahan miskin seumur hidup, tapi tidak akan tahan ditinggal Nurida. "

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang setia kepada istrinya. Bisa dilihat dari dialog diatas bahwa si Yadi bilang, kalau dia tidak akan sanggup hidup tanpa Nurida.

G) Tokoh Nurida ( istrinya Yadi)

      Tokoh Nurida dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh datar sebab dari awal sampai akhir hanya menunjukan satu sikap saja.

*Tokoh yang Cerewet dan Pemarah : Tak lama kemudian Nurida keluar dari dalam toko sambil merongseng. Ia mengabsen hewan-hewan yang biasa disebutkan seseorang saat sedang marah, ditambah angka,  nilai rupiah terhadap dolar, dan angka lagi, plus nama-nama guru sekolah ditambahkan hewan yg biasa disebutkan saat seseorang sedang marah ditambah sistem pendidikan ditambah sembilan bahan pokok serta angka yang semakin besar nilainya, serupa Eminem versi wanita paruh baya, atau mesin kereta uap. Aku takjub.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang cerewet dan pemarah. Bisa dilihatnya dari dialog diatas, disaat Nurida keluar ia langsung merongseng dari dalam toko dan mengabsen nama-nama binatang yang biasa disebutkan saat sesorang sedang marah.

H)  Tokoh Jethro ( Njet)

      Tokoh Njet dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh datar sebab dari awal sampai akhir hanya menunjukan satu sikap saja.

*Tokoh yang konyol dan sembrono : Selang beberapa menit, seorang lelaki berjaket merah berkilat dibawah lampu jalan. Ia kuyup, mengingatkanku pada kucing malang. Ia berlari kecil menyebrangi jalan, melirikku sedikit, naik kebahu jembatan, lalu melompat. Dan suara byurr terdengar lagi. Aku melirik ke bawah jembatan, arus tenang menyiratkan kedalaman, dan sungai baru dibersihkan, tidak ada batang-batang kayu atau bambu atau batu-batu besar; kalau ia bermaksud bunuh diri tentu ia memilih tempat yang salah, mustahil orang itu mati kecuali Enola Gay menjatuhkan Little Boy ke jembatan ini. Kukira ia cuma hobi meloncat dari ketinggian__di dunia ini ada orang yanh seperti itu. Laki-laki itu muncul lagi dari seberang jalan. Kuyup dan malang. Ia berlari kecil menyebrangi jalan, melihat ke arahku, dan kembali melompat, dan byurr. Ia muncul lagi di seberang jalan dan mengulang kegiatan yang sama, kali ini ia berdiri agak lama dibahu jembatan. Meski tak ingin, aku memperhatikannya juga. Ia_________untuk dipimpin. "Situ nggak mencegahku bunuh diri?" tanyanya . Aku mengupilsambil mengolah fakta bahwa, ia bukan penggila adrenalin, tetapi memasukkannya ke dalam kategori " Orang Tolol " kurasa adalah tindakan sembrono.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang tolol dan sembrono. Karena dia yang berulang-ulang kali terjun kejembatan. Anehnya kagak mati-mati:>

   I.  Tokoh Bu Tati ( Pingi ) atau ( ibunya Yadi )

     Tokoh Bu Tati dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh datar sebab dari awal sampai akhir hanya menunjukan satu sikap saja.

*Tokoh yang banyak bicara : 

a.) Aku hanya bertanya satu hal, " ibu tinggal dengan siapa? " dan si nenek menjawab satu dongeng panjang saat kami duduk di ruang tamu menikmati camilan.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang yang banyak bicara. Karena saat tokoh aku hanya bertanya satu hal, si Ibu Tati malah menjawab dengan satu dongeng panjang. Wah gila sih gak kebayang kalo pertanyaannya ada 25 mungkin Bu Tati bakalan mendongeng kisah 25...!:>

b. ) Bu Tati membuka album foto. Tiap kali menunjuk satu foto, ia akan bercerita sedikit dan terus begitu hingga kami tiba di foto Bachtiar dan seorang pria keturunan Arab saling rangkul.

*Tokoh yang perhatian : " Kau kelaparan, " Kata Pingi, " Kau mungkin tidak merasa lapar, tapi perutmu minta diisi. " " Ah tidak juga, " sergah Pongo.

Dari kutipan di atas menggambarkan bahwa tokoh Saya adalah tokoh yang perhatian. Bisa dilihat dari dialog nya, disaat Pingi bilang nanya " kau kelaparan ".

". 

 J)  Tokoh Pesut Merah Muda (....)

      Tokoh Pesut Merah Muda dalam cerita ini digambarkan sebagai tokoh datar sebab dari awal sampai akhir hanya menunjukan satu sikap saja.

*Tokoh yang sopan : Luar biasa. Rasanya seperti berkelahi dengan diri sendiri. Aku membalasnya dengan meniru Agens, " Kau boleh berkata seperti itu, tapi aku perlu tahu satu hal: kau mungkin bisa meniruku habis-habisan, tapi kau tidak tahu apa-apa soal Cortazar. Dia punya kehendak bebas. " " Bisa kita sudahi omong kosong ini? "tanyanya, dengan sopan.

*Tokoh yang lembut : " Orang itu ( Pesut M. M.) datang ke rumahku tadi siang, " Kata Pingi. " Dia lembut sekali, sikap dan tutur katanya bersebrangan denganmu ( gaspar) ."

TOKOH TAMBAHAN 

1. Tokoh Bachtiar S. Abdillah (Suaminya Bu Tati), hal : 45

2. Tokoh Marina Alfi Siregar (Ibu tiri Gaspar), hal : 32

3. Tokoh Lae dan Arthur Harahap, hal : 32

4. Tokoh Babaji, hal : 117 bab 05

5. Tokoh Uda pedagang buku bekas, hal : 166

6. Tokoh Bangki Marcel, hal : 167

7. Kirana (Anak Wan Ali), hal : 204-205

8. Kakek penjaga warung, hal : 172

TOKOH DI DIMENSI LAIN ( di kantor polisi )

9. Pak Polisi yang menginterogasi 

*Tokoh yang mempunyai keyakinan yang kuat : Itu bukan pembunuhan. Harus kukatakan berapa kali? ( kata polisi yang menjaga diluar ). Saya hanya perlu berbincang sedikit lagi dan saya akan membuktikan bahwa dugaan saya benar. ( kata pak polisi yang tadi menginterogasi).

Dari kutipan diatas bisa kita ketahui bahwa pak polisi yang tadi menginterogasi memiliki tekad yang bulat atau memiliki keyakinan yang kuat.

10. Nenek/Saksi ( Bu Tati) di dimensi lain

*Tokoh yang Rumit : Saya tidak peduli kotak hitam itu, tidak perlu dipanjang-panjangkan. Siapa yang bisa membuktikan bahwa Anda memang pagi itu sedang mengurus burung kesayangan Anda? Di mana suami Anda? ( Tanya pak Polisi). Aduh, saya sudah bilang tadi, jangan memotong cerita saya. Kalau begini, saya harus mengulangi lagi dari awal. ( Kata si Nenek/ Saksi / Bu Tati )

Dari kutipan diatas kita bisa tahu kalau si Saksi itu orang nya rumit. Terbukti saat pak polisi memotong ceritanya dia (saksi) harus memulainya dari awal lagi.

[Saksi mengulang ceritanya dari bangun tidur ( awal )] : halaman (64)

11. Tokoh Polisi yang berjaga diluar ruangan interogasi. 

*Alur

   Alur yang digunakan dalam novel 24 Jam Bersama Gaspar menggunakan alur campuran yaitu gabungan antara plot prograsif dan plot flash back atau sorot balik. Secara garis besar plot novel mungkin progresif, tetapi di dalamnya terdapat adegan-adegan sorot balik.

    Awal cerita dalam cerpen 24 Jam Bersama Gaspa menceritakan tokoh Aku yang baru sampai di muka warung seberang toko incaran untuk membeli beberapa barang yg ia butuhkan. Seperti dalam kutipan berikut.

   Kututup putaran gas Cortazar di muka warung seberang toko incaran, lalu aku membeli teh hijau kemasan, sebungkus rokok, dan dua sabun batangan. Sekarang baru pukul dua belas siang, kubuang air teh hijau dalam botol, kemudian membuka tas, mengambil sebotol Mythe Absinthe 500 militer, dan mengisi ulang botol teh hijau tanpa melepas labelnya. Setelah itu kumasukkan sabun batangan kedalam tas dan membuang botol absinthe kosong ke tempat sampah di sisi warung. Aku ingin sekali memindai toko itu dengan leluasa. Seorang satpam penjaga dispenser uang yang berganti jaga tiap dua belas jam sehari duduk didepan. Juga ada dua orang karyawan toko, mereka suami istri. Pemiliknya, seorang pria keturunan Yaman, baru berulang tahun ke-57 dua minggu lalu. Aku tahu karena ulang tahunnya bertepatan dengan kedatanganku ke tokonya untuk kali pertama.

Tengah cerita mengalami sorot balik. Tokoh Aku menceritakan pengalaman nya pada dua minggu lalu ketika tokoh aku pertama kali ke toko Wan Ali, dan kebetulan waktu itu bertepatan dengan ulang tahunnya Wah Ali. Cerita yang mengenalkan beberapa tokoh yang ada di Toko tersebut. Seperti pada kutipan berikut.

Saat itu ia memberiku sepotong brownis dan kurma sebesar ibu jari. Orang-orang memanggilnya Wan Ali.

Mulanya aku datang hendak mencari cincin kawin yang cocok untuk temanku, tetapi niatku berubah sejak Wah Ali menunjukkan kotak hitam seukuran kardus telepon seluler dan berkata dalam logat Arab lengkap, " Kalau kau kasih lihat isi kotak ini, jangankan pacar, calon mertuamu juga minta dikawini. "

Aku segera mengenali kotak hitam itu. " Kalau yang itu?" ...............( dan seterusnya hingga ke)

Aku merasa kenal dengan kotak hitam itu, tetapi merasa kenal saja tidak cukup. Aku perlu mengecek isinya. Karena itu aku mencoba mengenal sosok Wanita Ali dengan harapan bisa mengetahui dari mana ia mendapatkan kotak itu. Kuputuskan untuk mengunjungi toko emas Wan Ali setiap hari, dan diam-diam aku mewawancarai dua pegawainya.

Pegawai pertama yang kuwawancarai bernama Nurida, ia bekerja di sana bersama Yadi, suaminya, seorang lulusan IT dari universitas medioker yang kini berprofesi sebagai kasir Toko Wan Ali dan gemar menyapa pelanggan dengan cerita anehnya ia selalu memulainya dengan kalimat, " kau pernah dengar cerita tentang ". ............( dan seterusnya hingga ke) Pendapat paling masuk akal datang dari Maimunah, istri Wan Ali: wanita berdarah Sunda---Jawa yang mengaku lahir dan besar di Kampung Melayu, Jakarta. Ia tanpa sungakan menceritakan kebobrokan Wan Ali dan tak bisa berhenti bahkan saat suaminya mendatangi kami. " Badan kerempeng begini pengin kawin lagi. Muke gile. Ditiban juga mati. " ...........( dan seterusnya hingga ke) aku bisa menikmati nya seperti menikmati lenong atau komedi tunggal Rowan Atkinson. ( dari halaman 14-20 )

Setelah mengalami sorot balik, cerita berlanjut pada kehidupan tokoh Aku yang sekarang. Tokoh Aku di tegur oleh si penjaga warung, yang ingin memberikan uang kembalian. Seperti pada kutipan berikut.

Penjaga warung menegurku, memberi uang kembalian. Cukup, aku punya waktu 23 jam 40-an menit untuk mengumpulkan beberapa orang yang bisa membantuku mengambil kotak hitam milik Wan Al. ......( dan seterusnya hingga ke).. Kutarik tuas kopling, mengganti persneling, dan melepas tuas kopling pelan-pelan sambil memikirkan Kik. ( dari halaman 20-21 )

*Latar/Setting ( Tempat, Waktu, dan Suasana)

*Latar Tempat

a.) Di Warung : Kututup putaran gas Cortazar di muka warung seberang toko incaran, lalu aku membeli teh hijau kemasan, sebungkus rokok, dan dua sabun batangan.

b.) Di Toko Wan Ali : Aku tahu karena ulang tahunnya bertepatan dengan kedatanganku ke tokonya untuk pertama kali. Saat itu ia memberiku sepotong brownis dan kurma sebesar ibu jari. Orang-orang memanggilnya Wan Ali.

c.) Di rumah Kik : Sampai kira-kira dua bulan lalu kik masih pacarku. Suatu siang aku datang ke rumahnya dan kusuruh ia pacaran saja dengan Njet,

d.) Di rumah Gaspar ( Aku) : Sesampaiku di rumah, ada tiga pesan dari Kik di ponsel.

e.) Di kamar mandi : Saat mandi aku mendengar "Hymne Pramuka",nada dering ponselku,tiga atau empat kali.

f.) Di Lampu merah : Di lampu merah, kami bersisian dengan Datsun kuning keluaran tiga puluhan silam.

g.) Di Bar : Kuputuskan menepi di sebuah bar. Di sana sedang berlangsung acara diskusi.____. Aku hanya berpura-pura mendengarkan sebab mereka berbagi bir gratis.

h.) Di pelataran parkir : Aku tiba di pelataran parkir dan melihat perempuan berkaus rockstar tadi tengah mengacungkan botol bir pecah di bagian bokongnya kepada dua laki-laki di dekat motor bebek.

i.) Di trotoar / tepi jalan : Beberapa meter dari perempatan, kulihat seorang nenek di trotoar. Ia tengok kanan kiri seraya memegang kardus biru seukuran genggaman tangan. Kutepikan Cortazar tak jauh dari tempatnya berdiri dan bertanya apa gerangan yang ia lakukan di tepi jalan sore-sore begini.

j.) Rumah si Nenek ( Bu Tati) : Tiba di depan rumahnya, kami disambut sebuah Starlet merah, mungkin keluaran 1994 atau 1996, dan di sisi garasi terdapat sangkar burung sebesar kaleng kerupuk. Rumah ini cukup menyenangkan andai ia diurus oleh orang yang sedikit lebih muda. Pemilihan warna putih untuk dinding membuat semua benda di dalamnya tampak jelas: lemari dan meja makan dengan warna natural kayu,

k.) Di motor : Afif menggeser bokongnya, Cortazar sedikit oleng, melalui getaran kemudi ia memberitahuku bahwa dua orang di belakang (Afif dan Yadi) ketakutan. Jadi kupacu Cortazar lebih cepat lagi. Aku berkata bahwa remnya blong.

l.) Di bengkel Jethro (Njet) : Dua tikungan lagi kami tiba Monster Terbang, bengkel milik Jethro. Setelah memarkir Cortazar, Aku menghampiri Yadi yang masih takjub memandangi tiga tengkorak kerbau di atas papan nama bengkel.

m.) Di jembatan : Malam itu, sepulang dari rumah sakit, aku beristirahat di jembatan. Sungai baru saja dikeruk, mesin pengeruk masih terparkir di tepi.

n.) Warung pecel lele : Kami sedang beristirahat di warung pecel lele. Selagi menunggu pesanan tiba, Aku memikirkan nama samaran masing-masing kami.

o.) Di dalam Mobil : " kenapa kau bisa sekurus ini, Gaspar?" tanyanya ( Topeng merah muda). "Ah, aku lebih senang memanggilmu Budi Alazon." Ia membuka percakapan di dalam mobil dengan sangat baik, tak menyisakan ruang bagiku untuk bertele-tele.

p.) Di rumah Sakit : Baru tidur - tiduran dan entah diberi obat apa, badanku sudah merasa enakan Sialnya obrolan sekelompok dokter didekat ranjang membuatku pusing.

q.) Di warung sebrang Toko Wan Ali : Kami tiba di warung sebrang Toko Wan Ali sekitar pukul satu dini hari. Aku mengeluarkan botol teh hijau kemasan dari dalam tas dan meminum isinya sedikit, kemudian botol kemudian botol itu kuletakkan di kursi panjang warung.

r.) Di Taman : Tiba di taman, aku memarkir Cortazar di tepi pagar. Anjing liar yg sering kupanggil Bin mendekat ke arah kakiku.________. " Sudah kuduga kau sering ke sini," Agnes membuka percakapan.

s.) Di rumah Kirana : Kami tiba dirumah Kirana dan ia sedang menangis ketakutan lalu membuka roknya. Aku panik, kuambil kotak tisu dan dan memintanya memasukkan semua tisu ke celana dalam. Lalu seorang lelaki seumuran Babaji memanggilnya dengan sapaan sayang dan memintanya naik.

t.) Di kantor Polisi : Mengertikan Anda mengapa Anda dimintai keterangan? ( kata pak Polisi)  Ya, sedikit. Katak bapak kumis tadi, saya satu-satunya saksi yang sejauh ini bisa polisi temukan---yang lainnya masih dalam pencarian. Bapak percaya saya? ( kata si Nenek / Bu Tati)

 *Latar Waktu

 a.) Dua minggu lalu : Pemiliknya, seorang pria keturunan Yaman, baru berulang tahun ke-57 dua minggu lalu. Aku tahu karena ulang tahunnya bertepatan dengan kedatanganku ke tokonya untuk kali pertama.

b.) Dua bulan lalu : Sampai kira-kira dua bulan lalu kik masih pacarku.

c.) Siang hari : Suatu siang aku datang ke rumahnya dan kusuruh ia pacaran saja dengan Njet,

d.) Malam hari : Sekitar pukul sebelas malam aku menelepon Kik dan berkata bahwa keputusan ku menjadi detektif sudah bulat.

e.) Jam 2 siang : Kulirik jam. Kik baru akan selesai mengajar pukul 3 sore. Masih ada waktu 1 jam untuk minum kopi dan merokok dan membiarkan Cortazar istirahat. Kuputuskan menepi di sebuah bar.

f.) Sore hari : Kutepikan Cortazar tak jauh dari tempatnya berdiri dan bertanya apa gerangan yang ia lakukan di tepi jalan sore-sore begini.

g.) Malam hari : Aku bertemu Jethro suatu malam di bulan Agustus enam tahun silam.

h.) Sore hari : Njet ada benarnya. Karena itulah aku datang sore ini, kutawarkan kepadanya jalan keselamatan.

i.) Malam hari : Kami keluar dari mobil. Udara malam ini dinginnya minta ampun.

j.) Malam hari : Kami tiba di warung sebrang Toko Wan Ali sekitar pukul satu dini hari. Aku mengeluarkan botol teh hijau kemasan dari dalam tas dan meminum isinya sedikit, kemudian botol kemudian botol itu kuletakkan di kursi panjang warung.

*Latar Suasana

 a.) Menyenangkan : Kau mesti merasakan sensasi memakai celana ditemani " Hymne Pramuka " , memakai celana copot ditemani " Hymne Pramuka " , hingga menggunting kuku ditemani " Hymne Pramuka ". Sejak menggunakan lagu itu sebagai nada dering, aku merasa dipandu dan diawasi segerombolan bocah Pramuka sepanjang hari, dan itu Menyenangkan.

b.) Bersemangat : Afif semakin bersemangat; ia menarik rambut Yadi hingga siapapun tergoda untuk menyentil jakunnya.

c.) Terkejut dan Bingung : " Tapi dia memang sudah pernah dikubur delapan belas tahun lalu." Aku dan Afif saling berpandangan.

d.)Takjub : " Kalau kau nggak bisa dapat uang seminggu lagi, aku minta cerai ". kata Nurida kepada Yadi. Sebuah kalimat penutup yangsemakin membuatku takjub.

e.) Ketakutan : Afif menggeser bokongnya, Cortazar sedikit oleng, melalui getaran kemudi ia memberitahuku bahwa dua orang di belakang (Afif dan Yadi) ketakutan. Jadi kupacu Cortazar lebih cepat lagi. Aku berkata bahwa remnya blong.

f.) Kebingungan : Seorang dokter kelihatan bingung sekali. Dia harus menyampaikan kabar duka sebanyak dua kali kepadaku. Pertama, mengenai kematian ayahku, kedua, kematian ibuku kena serangan jantung mendengarnya.

g.) Gelisah dan Kaget : Sampai dua puluh menit kemudian," Yadi berdecak dan jakunnya naik turun seperti sedang menelan sesuatu yang menolak ditelan, " Ibuku hidup lagi. Mati suri."

h.) Canggung : Sembari mengingat peristiwa malam lamaran Njet ketika semua orang mendadak canggung setelah ia mengaku beragama kristen.

i.) Panik : Seakan tak yakin pada dirinya sendiri, Kik berlari ke luar. Tak lama ia kembali lagi dengan wajah pucat pasi, " Koka hilang. Orang itu mencurinya. "

j.) Terkejut : ia terkejut mengetahui Kik pernah ikut sepak takraw dan menyampaikan pujian.

k.) Terjadi Ribut-Ribut / Kegaduhan : Saat akan berangkat Pongo kelihatan bingung, ia kehilangan kunci mobilnya. Pingi mengingatkan bagaimana Pak Bachtiar memperlakukan kunci mobilnya, ia selalu mengalungkannya di leher agar tidak lupa. Adu mulut tentu tak terhindarkan dan cara cepat mendamaikan dua ekor ikan cupang adalah dengan meisahkan mereka. Selagi Pong mencari dan Pingi mengomel, aku mendekati Cortazar,

l.) Mencengkam dan Panik : Sopir sedan gila keluar. Ia mengenakan topeng merah muda yang ketat sekali, membuat kepalanya terlihat lonjong. Ia menodongkan Koka ke arah Pongo dan Njet.

m.) Linglung : Di depan rumah sakit, dalam keadaan masih linglung, aku berusaha mengingat-ingat dimana aku memarkir Cortazar.

n.) Di warung rokok : Cortazar berhenti di sebuah warung rokok tempat penjaganya, seorang kakek, berbagi tuak denganku dan ia menceritakan sejarahnya merantau dari Liquica ke Bandung sebelum berakhir di kota ini.

o.) Senang : Di luar dugaan, Agnes malah berlari ke arahnya dan memeluknya ( Pesut Merah Muda). Ia bahkan sempat-sempatnya berbalik ke arahku dan bertanya apakah aku punya pulpen atau spidol.

p.) Keributan : Njet menghampiri kami. " Apakah salah seorang di antara kalian ada yang tahu apa rencana orang ini? " tanya Pongo dan semua orang semua orang menggeleng. " Orang ini," ia melanjutkan sambil menunjuk-nunjukku, "sinting! Dia cuma meminta kita untuk menemani kegilaannya. Aku yakin dia bahkan tidak punya rencana apa pun, dia cuma ingin mencelakai kita. Kalian pernah dengar cerita tentang setan dan cara kerja mereka? " " Situ jangan ngomong sambil tunjuk-tunjuk orang," kata Net. " Setan atau siapapun, terserah, tapi tunjukkan sikap hormat. " " Hormat, matamu! " ia ( Pongo) mendorong jatuh Njet, lalu menduduki tubuh kurus kering itu dan bersiap memukul.

q.) Terkejut : Ia mempererat pelukannya. "K---Kak Tati? Yadi? Sedang apa kalian di sini? " Keduanya diam saja, Aku merasa bertanggung jawab untuk memberi jawaban. "Mereka datang untuk merampok mu juga." Aku mengeluarkan foto dan berkata, " Tentu kau kenal dengan foto ini. Sekarang, katakan semua isi obrolanmu bersama istrimu tentang orang ini sebelum kita bertanding catur untuk pertama kali. "

r.) Marah : Pongo yang kalap menabrak semua orang dan mencekik Wan Ali sambil mengulang-ulang kata pembunuh, bajingan, mampus kau, dan sebagainya.

s.) terharu : " Kirana datang kepadaku setelah satu bulan setelah dia menikah. Dia bahkan membuka roknya di depanku, dia bertanya kenapa vaginanya banyak mengeluarkan darah dan nanah."

Ia takut bercerita kepada orang tuanya. Saat itu aku cuma bisa memberinya ide untuk mengganjal celana dalamnya dengan tisu, dan kuminta ia menunggu sampai aku mengerti semua ini." Kik menatapku, aku tahu ia menangis. Ia mudah menangis.

t.) Panik : Aku panik, kuambil kotak tisu dan dan memintanya memasukkan semua tisu ke celana dalam.

u.) Ketakutan : Kami tiba dirumah Kirana dan ia sedang menangis ketakutan lalu membuka roknya.

v.) Terkejut atau kebingungan : Ia menggoyang-goyangkan kotak yang ada di tangannya, " lalu Bagaimana dengan kotak hitam jelek ini "

" Ya, buka saja. " Kami membuka dan saling pandang satu sama lain.

*Sudut Pandang

       Dalam novel " 24 Jam Bersama Gaspar " menggunakan sudut pandang ke-1 dan ke-3 karena penulis menggunakan kata ganti "Aku", "Kami", "ia", "dia", "mereka" , dan nama tokoh. Sebagai contoh ada dikutipan berikut :

" Bu Tati menahan kami. Aku harap ia tidak bermaksud memintaku untuk menonton DVD di atas meja berjudul Runtuhnya Teori Darwin. Aku sudah menyiapkan  tiga alasan untuk menolak tawaran Bu Tati tanpa melukai hatinya, misalnya,  Aku akan bilang lebih baik Bu Tati menusuk telingaku dengan sedotan lalu mengisapnya seperti menikmati air kelapa ketimbang memintaku menonton DVD karya Adnan Oktar itu karena rasanya kurang lebih akan sama.

Dari kutipan diatas terbukti cerita ini memakai sudut pandang pertama dan sudut pandang ketiga, karena dikutipan diatas terdapat kata Aku, Kami, dan Nama Tokoh.

Mengertikan Anda mengapa Anda dimintai keterangan? ( kata pak Polisi)  Ya, sedikit. Katak bapak kumis tadi, saya satu-satunya saksi yang sejauh ini bisa polisi temukan---yang lainnya masih dalam pencarian. Bapak percaya saya? ( kata si Nenek / Bu Tati)

Dari kutipan diatas terbukti cerita ini memakai sudut pandang kedua, karena dikutipan diatas terdapat kata Anda. cerita diatas adalah cerita di dimensi lain ( beberapa hari setelah kejadian perampokkan ).

Jadi cerita dari Novel 24 Jam Bersama Gaspar, seluruh ceritanya memakai sudut pandang campauran, yaitu sudut pandang pertama, kedua, dan ketiga.

*Gaya bahasa 

* Majas Hiperbola 

beberapa kali kupergoki ia memegangi dadanya selama beberapa detik, seolah takut organ dalamnya meloncat dan berlari-lari.

*Majas Simile

Aku minum jus stroberi yang kubeli di rumah makan cepat saji sambil membaca koran dengan pencahayaan seadanya plus wangi lumpur kering dan suara byurr yang amat dekat, seolah orang baru saja membuang bangkai paus ke sungai.

*Majas Simile

Seperti kucing melihat bola benang, ia mendadak turun dari bahu jembatan, berlari  melewatiku menuju Cortazar yang terparkir di bawah lampu jalan yang padam.

*Majas Simile

Adu mulut tentu tak terhindarkan dan cara tercepat mendamaikan dua ekor ikan cupang adalah dengan memisahkan mereka.

*Majas Hiperbola

Aku tertawa sampai-sampai rasanya seluruh isi perutku mau loncat.

*Amanat

   Setiap orang merasa apa yang dilakukan baik untuk dirinya sendiri tanpa memikirkan dampak bagi orang lain. bahwa apa yang kita lakukan berasa benar.Bisa jadi suatu tindakan kejahatan bagi orang lain. Kebaikan dan kejahatan bisa memiliki arti berbeda, tergantung kacamata yang melihatnya.

   

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun