f.) Kebingungan : Seorang dokter kelihatan bingung sekali. Dia harus menyampaikan kabar duka sebanyak dua kali kepadaku. Pertama, mengenai kematian ayahku, kedua, kematian ibuku kena serangan jantung mendengarnya.
g.) Gelisah dan Kaget : Sampai dua puluh menit kemudian," Yadi berdecak dan jakunnya naik turun seperti sedang menelan sesuatu yang menolak ditelan, " Ibuku hidup lagi. Mati suri."
h.) Canggung : Sembari mengingat peristiwa malam lamaran Njet ketika semua orang mendadak canggung setelah ia mengaku beragama kristen.
i.) Panik :Â Seakan tak yakin pada dirinya sendiri, Kik berlari ke luar. Tak lama ia kembali lagi dengan wajah pucat pasi, " Koka hilang. Orang itu mencurinya. "
j.) Terkejut :Â ia terkejut mengetahui Kik pernah ikut sepak takraw dan menyampaikan pujian.
k.) Terjadi Ribut-Ribut / Kegaduhan : Saat akan berangkat Pongo kelihatan bingung, ia kehilangan kunci mobilnya. Pingi mengingatkan bagaimana Pak Bachtiar memperlakukan kunci mobilnya, ia selalu mengalungkannya di leher agar tidak lupa. Adu mulut tentu tak terhindarkan dan cara cepat mendamaikan dua ekor ikan cupang adalah dengan meisahkan mereka. Selagi Pong mencari dan Pingi mengomel, aku mendekati Cortazar,
l.) Mencengkam dan Panik :Â Sopir sedan gila keluar. Ia mengenakan topeng merah muda yang ketat sekali, membuat kepalanya terlihat lonjong. Ia menodongkan Koka ke arah Pongo dan Njet.
m.) Linglung : Di depan rumah sakit, dalam keadaan masih linglung, aku berusaha mengingat-ingat dimana aku memarkir Cortazar.
n.) Di warung rokok : Cortazar berhenti di sebuah warung rokok tempat penjaganya, seorang kakek, berbagi tuak denganku dan ia menceritakan sejarahnya merantau dari Liquica ke Bandung sebelum berakhir di kota ini.
o.) Senang :Â Di luar dugaan, Agnes malah berlari ke arahnya dan memeluknya ( Pesut Merah Muda). Ia bahkan sempat-sempatnya berbalik ke arahku dan bertanya apakah aku punya pulpen atau spidol.
p.) Keributan :Â Njet menghampiri kami. " Apakah salah seorang di antara kalian ada yang tahu apa rencana orang ini? " tanya Pongo dan semua orang semua orang menggeleng. " Orang ini," ia melanjutkan sambil menunjuk-nunjukku, "sinting! Dia cuma meminta kita untuk menemani kegilaannya. Aku yakin dia bahkan tidak punya rencana apa pun, dia cuma ingin mencelakai kita. Kalian pernah dengar cerita tentang setan dan cara kerja mereka? " " Situ jangan ngomong sambil tunjuk-tunjuk orang," kata Net. " Setan atau siapapun, terserah, tapi tunjukkan sikap hormat. " " Hormat, matamu! " ia ( Pongo) mendorong jatuh Njet, lalu menduduki tubuh kurus kering itu dan bersiap memukul.