Mohon tunggu...
Sayyidah Ilman Nisa
Sayyidah Ilman Nisa Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswi Hubungan Internasional Universitas Muhammadiyah Yogyakarta

If there is a will, there is a way

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Simfoni Indah PMM di Ujung Barat Indonesia

18 November 2022   00:35 Diperbarui: 18 November 2022   00:48 385
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Upaya itu ya, Namanya usaha udah beberapa. Misalnya kayak sudah pernah menerapkan biorok. Biorok itu tentang kita menumbuhkan teurmbu karang dengan magnet (medan magnet). Jadi, terumbu karang itu sebenarnya symbiosis antara dua makhluk hidup, pertama terumbu dan karang. Jadi abangnya agak lupa sedikit terkait perbedaannya. Salah satunya tumbuhan, salah satunya binatang, zog zantel. 

Kalau ga salah itu karang yang zog zantel, dan terumbu itu tumbuhan. Jadi  dengan biorok tadi itu memberikan sinyal kepada zog zantel yang ada di sekitar untuk datang dan membentuk karang, seperti itu. Tapi upaya itu gagal karena memang harus di sekitar itu merusak biorok yang sudah mereka bangun, misalnya seperti itu. Jadi ya Namanya upaya itu kan kita usaha, ini ngga bisa jadi ulangi lagi, seperti itu. 

Nah, kemarin abang sm nadia tirta (anaknya bpk alm kayaknya), mencoba biorik re secle take, jadi sampah-sampah yang sudah dihancurkan itu kita kumpulin, mereka semen, terus di kasih batok kelapa sebagai media tumbuh karang tadi. Jadi sabuk kelapanya di gosok dulu, sampai dia licin kemudian kita taruh di sekitar-sekitar yang ada terumbu karang. Jadi karang itu bisa tumbuh dan melengket di situ. Nah, mengenai masalah ikan-ikan tadi, bener yang dikatain sm murodi, kan ada kemungkinan ini enak, ikannya datang ke sana semua. 

Nah, ini dia perbedaannya. Ikan-ikan itu dia ada yang hidup di kedalaman yang berbeda. Nah jadi, mungkin, ikan---ikan yang disekitaran rubiah, yang hdiup di kedalaman yang mampu kita snorkeling tadi, sekitar 5-10 meter, itu mungkin akan datang ke sana. Jadi bisa memang kerugiiannya yang di sekitar situ yang 5-10 meter  karangnya menjadi kurang bagus. 

Dan emmang rata-rata dikedalamn segitu karang susah untuk bertahan hidup kecuali di alam bebas. Karena perahu nelayan, pasang surut air, itu. Jadi kalau dia bukan di alam bebas, kalau dia memang tempat kita tinggal, biasanya karang di kedalamn 5-10 meter tuh  susah bertahan hidup kecuali jenis-jenis tertentu. Ada ikan-ikan yang di kedalamn lain itu dia  memang ngga naik ke atas. 

Dia memang mencari makan  di kedalamannya sendiri. Dan  tentang hidup ikan di kedalaman ini menjadi  salah satu pegangan para saksi ahli kalau ada kejadian pencurian ikan, illegal fishing. Itu kan kadang-kadang kita tidak tahu, kalau di batas laut itu, di tengah laut itu tidak ada Nampak lagi batas negara, tidak kayak di sini Nampak kilometer 0 nya, kalau di tengah laut itu kan bebas terhampas, nah biasanya laut itu kan sudah terukur kedalamannya berapa. Jadi dari mana mereka tahu? Ketika hasil tangkapan ikannya. Ini ikan yang hidup dikedalaman berapa,itu yang bisa menjadi bukti bahwasanya ikan ini memang dari perairan kita atau bukan.

Hilma: jadi ikan yang di Indonesia sama yang di luar negeri itu beda? Bukan ikannya, tapi batasnya. Nih misalnya nih, ini batas lautnya, ini karena kan kita ada ZEE (Zona Ekonomi Ekslusif) itu 200mil, misalnya ini batasnya 200 mil, nah kedalamn di sini berbeda dnegan kedalaman yang sebelahnya semisal. Jadi , otomatis ikannya juga berbeda. Kalau memang ada ikan yang ke sasar pun, itu tidak  sama. Dan kadang-kadang nilai ekonomiyang di wilayah kita ini, yang di incar oleh para nelayan itu. Karena ikan-ikan sendiri, ada lho di Indonesia ini, abangnya lupa, karena waktu itu scroll Instagram, jadi lewat, itu kampung nelayan, orangnya kaya-kaya karena ikan ini mahal, seperti itu.

Pertanyaan dari kak Febin. Daerah dia, Namanya kampung nelayan, di sana tuh, emang ga ada orang miskin kayaknya, semua nelayan semua. Jadi,rumahnay setingkat semua. Namanya daerah juana,bidar (daerah jateng), nama kecamatan juana, kampung binda. Di daerah jateng paling ujung  perbatasan sama rembang.

Abang Fahrul juga pernah ikut mincing ke perbatasan keluar sana, naik boot kecil, itu memang luar biasa, sholatpun sambal duduk, ga bisa sambal berdiri karena mereka bakalan jalan di ombak. Jadi ikan itu yang di target, kayak kita ada makan ikan tongkol, itu bukan sasaran dari para nelayan sebenanrnya. Itu untuk minyak mereka. Jadi sasaran mereka itu ikan-ikan besar . ikan -ikan yang mungkin 40kgan, 80kgan, jadi begitu di bawa naik itu memang berat, makaya para nelayan itu badannya bagus-bagus karena memang waktu bawa naik tuh 80kg lho, dia pakai ombak. 

Jadi waktu boothnya miring seperti ini, di balas sama ombak, baru dia bawa naik. Jadi memang pakai Teknik.dan pohon kramasnya pakai dompeng dan pakai tangan lagi, makanya badannya kuat-kuat. Kalau di sabang juga pakai pancingan yang bias aitu, tapi di jateng masih ada koplingnya. Rumah kak febin di belakangnya laut, tapi lautnya jelek, di daerh pati,tapi lebih bagus di daerah amal jepara. Daerah kak Febin itu daerah laut nelayan. Jadi emang fokus ke nelayan. Jadi lautnya, laut coklat gitu nh itu sering didatangi sama nelayan-nelayan dari maluku, dari seluruh penjuru dan emang fokusnya  tol tadi, makanya kalau dapat itu langsung puluhan juta. Sekali nelayan satu malam, 60-70 juta tuh harganya. Satu hari,

Kata bang fahrul, makanya satu ekor tuh kadang yang paling ringan itu 40kg, ada yang 100kg itu satu kilonya 23rb kalau di sini. 

HALAMAN :
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun