Mohon tunggu...
La OdeMuhamad
La OdeMuhamad Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Meningkatkan Kemampuan Memproduksi Teks Eksplanasi Siswa Kelas XI MIA1 SMAN 7 Kendari melalui Penerapan Model Pembelajaran NHT

10 April 2019   00:24 Diperbarui: 10 April 2019   02:49 2376
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

oleh: La Ode Muhamad Sauf (Guru SMAN 7 Kendari)

I. PENDAHULUN

1.1 Latar Belakang Masalah

Pelaksanaan pembelajaran di SMA Negeri 7 Kendari pada prinsipnya mengacu pada Kurikulum 2013. Sampai saat ini berbagai upaya terus dilakukan untuk kepentingan pembelajaran, baik yang berkaitan dengan pembenahan dan pemenuhan sarana pembelajaran maupun perangkat kurikulum. 

Hal ini dimaksudkan untuk meningkatkan keberhasilan mengajar guru dalam rangka meningkatkan prestasi belajar siswa. Tentu, upaya meningkatkan keberhasilan mengajar dan meningkatkan prestasi belajar siswa merupakan tantangan yang selalu dihadapi oleh setiap orang yang berkecimpung dalam profesi keguruan dan kependidikan.

Banyak usaha yang telah dilakukan, banyak pula keberhasilan yang telah dicapai, baik guru maupun siswa. Meskipun disadari bahwa apa yang telah dicapai itu belum sepenuhnya menjawab permasalahan-permasalahan pembelajaran di berbagai mata pelajaran. Mata pelajaran bahasa Indonesia misalnya, secara umum pelaksanaannya dapat dikatakan optimal. 

Namun, apabila dicermati lebih lanjut ditemukan komponen-komponen pembelajaran bahasa Indonesia yang bermasalah. Masih banyak hal yang menuntut renungan, pemikiran, dan kerja keras untuk menjawab masalah-masalah yang dihadapi dalam proses pembelajaran utamanya pembelajaran bahasa Indonesia.

Mata pelajaran bahasa Indonesia yang diajarkan di SMA merupakan mata pelajaran wajib dan memegang peranan penting. Mata pelajaran ini merupakan mata pelajaran umum yang dipelajari sejak kelas X sampai kelas XII, baik program Ilmu Pengetahuan Alam (IPA), program Bahasa, maupun program Ilmu Pengetahuan Sosial (IPS). Selain itu, mata pelajaran bahasa Indonesia juga diujikan secara nasional yang menjadi salah satu indikator pemetaan kompetensi siswa secara nasional.

Kenyataan  empiris  dalam  pembelajaran bahasa Indonesia di SMA Negeri 7 Kendari menunjukkan bahwa pada komponen tertentu, seperti "memproduksi teks eksplanasi" masih dirasakan sebagai materi pembelajaran yang tidak menarik minat sebagian besar siswa. Pada komponen ini membutuhkan konsentrasi, kecermatan, dan kreativitas siswa. Sementara itu, dukungan orang tua untuk mengembangkan kreativitas siswa memahami materi pembelajaran di rumah melalui penyediaan sumber belajar (buku teks) masih kurang. Orang tua siswa pada umumnya adalah petani dan pedagang kecil yang kurang memiliki kesadaran akan pentingnya pendidikan. Orang tua siswa cenderung memberikan tanggung jawab pendidikan anaknya kepada guru atau diserahkan sepenuhnya kepada sekolah. Kenyataan inilah yang ditemukan  di SMA Negeri 7 Kendari.

Upaya meningkatkan prestasi belajar siswa di antaranya dilakukan dengan memperbaiki proses pembelajaran. Dalam perbaikan proses pembelajaran, peran guru sangat penting. Oleh karena itu, guru sepatutnya mencari strategi yang dapat membelajarkan siswa melalui proses pembelajaran yang dilakukan agar tujuan pembelajaran dapat dicapai secara efektif dan pada akhirnya prestasi belajar yang diharapkan dapat lebih ditingkatkan.

Terkait dengan  peningkatan mutu pendidikan pada umumnya, maka untuk membangkitkan gairah dan meningkatkan prestasi belajar bahasa Indonesia siswa sangat ditentukan oleh kreativitas dan ketepatan guru dalam memilih pendekatan dan metode pembelajaran. Khusus pembelajaran bahasa Indonesia pada kompetensi dasar kemampuan memproduksi teks eksplansi di SMA Negeri 7 Kendari, guru telah menyajikannya dengan menggunakan beberapa metode pembelajaran, namun kenyataannya siswa masih kurang bergairah, khususnya siswa kelas XI  MIA1. Hal ini berdampak pada hasil belajar siswa yang belum optimal.

Hasil wawancara dengan beberapa siswa (15 Maret 2019) mengindikasikan bahwa kurangnya gairah atau minat belajar bahasa Indonesia, khususnya pada kompetensi dasar kemampuan memproduksi teks eksplansi, antara lain  disebabkan: (1) siswa kurang dapat mengaitkan pemahaman konsep teks eksplanasi dalam paragraf satu dengan lainnya ke dalam satu pemahaman yang utuh, (2) siswa kurang dapat bekerja sama dalam kelompok, (3) siswa kurang aktif mengemukakan pendapat, (4) lebih banyak siswa yang pasif dibandingkan dengan siswa yang aktif, dan (5) siswa sulit memahami cara memproduksi teks eksplansi karena keterbatasan buku sumber dan metode pembelajaran yang kurang menarik perhatian siswa.

Menyadari adanya kelemahan pelaksanaan pembelajaran bahasa Indonesia, utamanya pada kemampuan memproduksi teks eksplansi di atas, diperlukan upaya pembelajaran yang efektif, menarik, dan terciptanya suasana belajar yang aktif.  Relevan dengan upaya itu, pernyataan Ausubel (1963) sangat bijak untuk dipahami: "Guru tidak hanya memberikan sejumlah konsep kepada siswa untuk dihafal, tetapi bagaimana konsep-konsep tersebut dapat bertahan lama dalam pikiran siswa. Dalam hal ini siswa menjadi pusat pembelajaran, siswa sebagai mitra aktif, bukan sekadar penerima materi pembelajaran" (Suyatno, 2004: 7).

Untuk menemukan solusi pembelajaran bahasa Indonesia, khususnya pada kemampuan memproduksi teks eksplansi yang kurang membangkitkan minat belajar siswa kelas XI  MIA SMA Negeri 7 Kendari, perlu diterapkan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Model pembelajaran ini dipilih karena selama ini belum pernah diterapkan secara konkret oleh guru di kelas. Selain itu, keunggulan model pembelajaran ini menurut Suyatno (2004: 35) antara lain dapat memotivasi siswa aktif belajar dalam kelompok. Atas dasar itulah, penelitian tindakan kelas ini dilakukan.

1.2  Rumusan Masalah

Rumusan masalah penelitian ini adalah: "Apakah kemampuan memproduksi teks eksplansi siswa kelas XI  MIA1 SMA Negeri 7 Kendari dapat meningkat melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)?"

 

1.3 Tujuan Penelitian 

Tujuan penelitian ini sebagai berikut.

1) Meningkatkan kemampuan memproduksi teks eksplansi siswa kelas XI  MIA1 SMA Negeri 7 Kendari melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).

2) Mengubah sikap dan perilaku belajar siswa.

3) Memperoleh gambaran umum tentang solusi terbaik guna meningkatkan hasil belajar pada mata pelajaran bahasa Indonesia siswa kelas XI  MIA1 SMA Negeri 7 Kendari, ksususnya pada kompetensi dasar pembelajaran bahasa Indonesia lainnya melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).

1.4 Manfaat  Penelitian          

Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan manfaat bagi perorangan maupun institusi di bawah ini.

1)  Bagi guru

Dengan dilaksanakannya penelitian ini sedikit demi sedikit diketahui kelebihan dan kekurangan pembelajaran bahasa Indonesia melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Dengan demikian, permasalahan-permsalahan yang dihadapai guru ketika mengajar, kesulitan-kesulitan siswa dalam belajar, dan pengembangan materi dapat diatasi dengan baik. Selain itu, dapat meningkatkan kerja sama antarguru serumpun dalam upaya meningkatkan hasil belajar siswa.

Bagi siswa

Hasil  penelitian  ini  sangat  bermanfaat  bagi  siswa,  khususnya  di kelas XI  MIA1 SMA Negeri 7 Kendari karena dengan penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together), siswa dapat menjalin kerja sama yang baik. Bagi ketua kelompok terbiasa dan terlatih mengarahkan anggota kelompoknya, sedangkan bagi anggota kelompok terbiasa menghargai pendapat orang lain.

Bagi sekolah

Hasil penelitian ini akan memberikan sumbangan yang baik kepada sekolah dalam rangka perbaikan pembelajaran pada khususnya dan sekolah lain pada umumnya.

 

 

 

 

 

II. TINJAUAN TEORI

2.1 Teks Eksplanasi

2.1.1 Pengertian Teks Eksplanasi  

Teks Eksplanasi adalah sebuah teks yang menjelaskan tentang proses terjadinya suatu fenomena alam maupun sosial. "Eksplanasi berasal dari bahasa Inggris yakni dari kata eksplanation yang artinya tindakan menerangkan atau menjelaskan dan keterangan, pernyataan atau fakta yang menjelaskan" (The Contemporary English-Indonesian Dictionary, 2000: 651).

  • Anderson & Anderson (1997: 4) mengemukakan bahwa "explanation to explain how or why something occurs. Example of text: evaporation occurs as part of the water cycle." Dapat dimaknai bahwa teks eksplanasi merupakan salah satu jenis teks yang menjelaskan bagaimana sesuatu itu terjadi misalnya persoalan evaporasi (proses perubahan molekul zat cair menjadi gas atau uap air; penguapan).

Menurut Restuti (2013: 85) teks eksplanasi merupakan sebuah teks yang menerangkan atau menjelaskan mengenai proses atau fenomena alam maupun sosial. Pendapat lainnya, juga dikemukakan oleh Mahsun ( 2013: 189 ) bahwa teks eksplanasi adalah disusun dengan struktur yang terdiri atas bagian-bagian yang memperlihatkan pernyataan umum (pembukaan), deretan penjelasan (isi), dan interpretasi/penutup.

  • Dari beberapa pengertian yang dikemukakan di atas, jelaslah bahwa teks eksplanasi dapat dipahami sebagai teks  yang menjelaskan bagaimana sesuatu itu terjadi, disusun dengan struktur yang terdiri atas bagian-bagian yang memperlihatkan pernyataan umum (pembukaan), deretan penjelasan (isi), dan interpretasi atau penutup.

2.1.2 Struktur Teks Eksplanasi

Setiap teks memiliki struktur sebagai pembangun sebuah teks. Kosasih (2014: 180) menyatakan bagian-bagian eksplanasi ialah (a) identifikasi fenomena atau phenomenon identification, yaitu mengidentifikasi sesuatu yang diterangkan; (b) penggambaran rangkaian kejadian (explanation sequence), memerinci proses kejadian yang relevan dengan fenomena yang diterangkan sebagai pertanyaan atas bagaimana atau mengapa. Rincian yang berpola atas pertanyaan "bagaimana" akan melahirkan uraian yang tersusun secara kronologis ataupun gradual. Dalam hal ini fase-fase kejadian disusun berdasarkan urutan waktu. Sementara itu, rincian yang berpola atas pertanyaan "mengapa" akan melahirkan uraian yang tersusun secara kausalitas. Dalam hal ini fase-fase kejadiannya disusun berdasarkan hubungan sebab akibat; dan (3) ulasan atau review berupa komentar atau penilaian tentang konsekuensi atas kejadian yang dipaparkan sebelumnya.

Mashun (2013) secara lengkap menjelaskan struktur pembangun teks eksplanasi yakni:

  • Pernyataan Umum

Pernyataan umum berisi tentang penjelasan umum tentang fenomena yang akan dibahas, bisa berupa pengenalan fenomena tersebut atau penjelasannya.Penjelasan umum yang dituliskan dalam teks ini berupa gambaran secara umum tentang apa, mengapa, dan bagaimana proses peristiwa alam tersebut bisa terjadi.

  • Deretan Penjelas (ulasan)

Deretan penjelas berisi tentang penjelasan proses mengapa fenomena tersebut bisa terjadi atau tercipta dan bisa terdiri lebih dari satu paragraf. Deretan penjelas mendeskripsikan dan merincikan penyebab dan akibat dari sebuah bencana alam yang terjadi.

  • Interpretasi (Opsional)

Teks penutup yang bersifat pilihan; bukan keharusan. Teks penutup yang dimaksud adalah, teks yang merupakan intisari atau kesimpulan dari pernyataan umum dan deretan penjelas. Opsionalnya dapat berupa tanggapan maupun mengambil kesimpulan atas pernyataan yang ada dalam teks tersebut.

Mengacu pada pengertian dan struktur di atas, maka dapat diidentifikasi ciri-ciri teks eksplanasi.  Adapun ciri-ciri teks eksplanasi adalah sebagai beriku (1) strukturnya terdiri atas: pernyataan umum, deretan penjelas, dan interpretasi, (2) memuat informasi berdasarkan fakta (faktual), dan (3) faktualnya memuat informasi yang bersifat keilmuan, contohnya sains.

2.1.3 Kaidah Kebahasaan Teks Eksplanasi

  • Kaidah kebahasaan teks eksplanasi pada prinsipnya sama dengan teks prosedur. Sebagai teks yang berkategori faktual (nonsastra), teks eksplanasi menggunakan banyak kata yang bermakna denotatif.
  • Sebagai teks yang berisi paparan proses, baik itu secara kausalitas maupun kronologis, teks tersebut menggunakan banyak konjungsi kausalitas ataupun kronologis.
  • Konjungsi kausalitas antara lain sebab, karena, oleh sebab itu, oleh karena itu, sehingga, dan lain sebagainya.
  • Konjungsi kronologis (hubungan waktu), seperti kemudian, lalu, setelah itu, pada akhirnya. Teks eksplanasi yang berpola kronologis juga menggunakan banyak keterangan waktu pada kalimat-kalimatnya.
  • Paparan di atas diperkuat dengan pendapat Restuti (2013); Mashun (2013) yang menyimpulkan bahwa kaidah kebahasaan dari teks eksplanasi mencakup: (a) fokus pada hal umum (generic) dan bukan partisipan manusia (nonhuman participants). Contoh: bencana gempa bumi, banjir, hujan, dan udara; (b) menggunakan istilah alamiah; (c) lebih banyak menggunakan kata kerja material dan relasional (kata kerja aktif); (d) menggunakan kata penghubung waktu dan kausal. Contoh: jika, bila, sehingga, sebelum, pertama, dan kemudian; (e) menggunakan kalimat pasif; dan (f) eksplanasi ditulis untuk membuat justifikasi bahwa sesuatu yang diterangkan secara kausal itu benar adanya.

  • Konsep Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

Menurut Suyatno (2004: 34) model pembelajaran kooperatif muncul dari konsep bahwa siswa akan lebih mudah menemukan dan memahami konsep yang sulit jika mereka saling berdiskusi dengan temannya. Siswa secara rutin bekerja dalam kelompok untuk saling membantu memecahkan masalah-masalah yang kompleks.

Lebih lanjut Suyatno mengatakan bahwa penerapan model pembelajaran kooperatif dilakukan dengan cara membagi siswa ke dalam beberapa kelompok kecil yang berbeda-beda dari segi kemampuan atau ukuran kelompok. Siswa ditempatkan ke dalam kelompok kooperatif untuk dilatih keterampilan khusus agar dapat bekerja sama dengan baik, memberikan penjelasan dengan baik, dan mengajukan pertanyaan dengan baik.

Gordon (dalam Lie, 2002: 41)  mengatakan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan suatu proses penciptaan lingkungan pembelajaran-pembelajaran kelas yang memungkinkan siswa-siswa dapat bekerja bersama-sama dalam kelompok kecil yang heterogen mengerjakan tugas. Lie (2002: 41) juga mengutip pendapat Watson (1991) bahwa pengajaran kooperatif sebagai lingkungan belajar, yakni siswa bekerja sama dalam suatu kelompok kecil yang kemampuannya berbeda-beda untuk menyelesaikan tugas-tugas  akademik.

Pembelajaran kooperatif merupakan fondasi yang baik untuk meningkatkan dorongan prestasi siswa. Tujuan dibentuknya kelompok kooperatif adalah untuk memberi kesempatan kepada siswa agar dapat terlibat secara aktif dalam proses berpikir  dalam kegiatan belajar.

Lie (2002: 42) menyimpulkan bahwa pembelajaran kooperatif merupakan kegiatan dalam proses belajar yang membagi siswa ke dalam sebuah kelompok kecil. Para siswa belajar dan bekerja dalam kelompok atau diskusi sehingga mereka memperoleh pengalaman belajar. Pembelajaran kooperatif dapat juga diartikan sebagai motif kerja sama, yakni setiap individu dihadapkan pada pilihan yang harus diikuti, apakah memilih bekerja sama, berkooperatif, atau individualitas. Penggunaan model pembelajaran yang membutuhkan partisipasi dan kerja sama  kelompok.

Menurut Slavin (1987) (dalam Rahim 2005: 18), berpendapat bahwa pembelajaran kooperatif (kelompok kecil) adalah pembelajaran yang diberikan terhadap siswa secara berkelompok dimana tiap kelompok terdiri dari 5 sampai 8 siswa.Slavin menyatakan ada dua klasifikasi belajar kelompok di sekolah yaitu pengelompokan antarkelas besar dan pengelompokan di dalam kelas.

Pengelompokan antarkelas besar biasanya didasarkan atas kemampuan akademis yang dimiliki siswa. Sedangkan pengelompokan di dalam kelas terdiri atas lima bentuk yaitu (1) Jigsaw Classroom, (2) Team Games Tournament (TGT), (3) Students Team Sand Academic Divion (STAD), (4) Kelompok Penyelidik, dan (5) Pengajaran kelompok kecil.

Pembelajaran kooperatif tipe NHT merupakan salah satu tipe pembelajaran kooperatif yang menekankan pada struktur khusus yang dirancang untuk mempengaruhi pola interaksi siswa dan memiliki tujuan untuk meningkatkan penguasaan akademik.Tipe ini dikembangkan oleh Kagen dalam Ibrahim (2000: 28) dengan melibatkan para siswa dalam menelaah bahan yang tercakup dalam suatu pelajaran dan mengecek pemahaman mereka terhadap isi pelajaran tersebut. Ada beberapa manfaat pada model pembelajaran kooperatif tipe NHT terhadap siswa yang hasil belajar rendah yang dikemukakan oleh Lundgren dalam Ibrahim (2000: 18), antara lain adalah: rasa harga diri menjadi lebih tinggi, memperbaiki kehadiran, penerimaan terhadap individu menjadi lebih besar, perilaku mengganggu menjadi lebih kecil, konflik antara pribadi berkurang, pemahaman yang lebih mendalam, meningkatkan kebaikan budi, kepekaan dan toleransi, hasil belajar lebih tinggi.

2.2.1 Elemen Dasar Model Pembelajaran Kooperatif Tipe NHT (Numbered Head Together)

 

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) merupakan suatu sistem yang di dalamnya terdapat elemen-elemen yang sangat terkait. Adapun elemen-elemen dasar model pembelajaran kooperatif  sebagai berikut ini.

(1)   Saling ketergantungan positif. Dalam pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) guru menciptakan suasana yang mendorong agar siswa merasa saling membutuhkan. Hubungan yang saling membutuhkan inilah yang dimaksud saling ketergantungan positif. Saling ketergantungan tersebut dapat dicapai melalui: (a) saling ketergantungan pencapaian tujuan, (b) saling ketergantungan dalam penyelesaian tujuan, (c) saling ketergantungan bahan atau sumber, (d) saling ketergantungan peran, (e) saling ketergantungan penghargaan/hadiah.

(2)   Interaksi tatap muka. Interaksi tatap muka menuntut para siswa dapat saling bertatap muka sehingga mereka dapat melakukan dialog, tidak hanya dengan guru tetapi juga dengan sesama siswa. Interaksi semacam ini memungkinkan para siswa dapat saling menjadi sumber belajar sehingga sumber belajar lebih bervariasi.

(3)   Akuntabilitas individual. Pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) menampilkan wujudnya dalam belajar kelompok. Penilaian ditujukan untuk mengetahui penguasaan  siswa  terhadap materi pelajaran secara individual.

(4)   Keterampilan menjalin hubungan antarpribadi. Dalam pembelajaran kooperatif  keterampilan sosial  seperti tenggang rasa, sikap sopan terhadap teman, berani mempertahankan pikiran logis, tidak mendominasi orang lain, mandiri, dan berbagai sifat lain yang bermanfaat dalam menjalin hubungan antarpribadi (interpersonal relationship) tidak hanya diasumsikan tetapi secara sengaja diajarkan.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dicirikan oleh struktur tugas, tujuan, dan penghargaan kooperatif. Siswa yang bekerja dalam situasi pembelajaran, didorong dan atau dikehendaki  untuk bekerja sama pada suatu tugas bersama, dan mereka harus mengkoordinasikan usahanya untuk menyelesaikan tugasnya. Dua atau lebih individu saling tergantung satu sama lain untuk mencapai satu penghargaan bersama.

Model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dikembangkan untuk mencapai tiga tujuan pembelajaran, yaitu hasil belajar akademik, penerimaan terhadap keragaman, dan pengembangan keterampilan sosial.

  • Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)

 

Langkah-langkah penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) yang sesuai dengan kebutuhan pelaksanaan penelitian ini, tampak dalam tabel berikut ini.

Tabel 2.1

Langkah-Langkah Penerapan Model Pembelajaran Kooperatif 

tipe NHT (Numbered Head Together)

Langkah

Tingkah Laku Guru

a. Menyampaikan tujuan  dan memotivasi siswa

b. Menyampaikan 

    informasi

c. Mengorganisasikan 

    siswa ke dalam kelompok-kelompok bekerja dan belajar

d. Membimbing kelompok bekerja dan belajar

e. Evaluasi

f.  Memberikan penghargaan

a. Guru  menyampaikan   semua   tujuan  pem-belajaran yang ingin dicapai pada pelajaran tersebut dan memotivasi siswa belajar.

b. Guru  menyajikan  informasi  kepada  siswa  dengan jalan demonstrasi atau lewat bahan bacaan.

c. Guru menjelaskan kepada siswa  bagaimana caranya membentuk kelompok belajar dan membantu setiap kelompok agar transisi secara  efisien

d. Guru   membimbing   kelompok  belajar  dan  saat mengerjakan tugas mereka

e. Guru mengevaluasi hasil belajar tentang materi yang telah dipelajari atau masing-masing kelompok mempresentasikan hasil kerjanya

f. Guru mencari cara-cara untuk menghargai baik upaya maupun hasil individu dan kelompok

2.3 Hipotesis Tindakan

Berdasarkan rumusan masalah dan tinajuan teori yang dikemukakan, maka hipotesis tindakan penelitian ini adalah: "Penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dapat meningkatkan kemampuan memproduksi teks eksplanasi siswa kelas XI MIA1 SMA Negeri 7 Kendari."

III. METODE PENELITIAN

  • Lokasi dan Waktu Penelitian

3.1.1 Lokasi penelitian

Lokasi penelitian ini adalah SMA Negeri 7 Kendari, Jalan Imam Bonjol Nomor 53A Kelurahan Wawombalata Kota Kendari.

 

3.1.2  Waktu penelitian

Waktu penelitian dilaksanakan pada Semester II Tahun Pelajaran 2019/2020 selama 3 bulan terhitung mulai April s.d. Juni 2019. Selengkapnya, tampak dalam skedul berikut.

Tabel 3.1

Jadwal Pelaksanaan Penelitian

 

No.

Kegiatan

April

Mei

Juni

Ket

Minggu ke-

1

2

3

4

1

2

3

4

1

2

3

4

  • Perencanaan
  • Persiapan
  • Pelaksanaan Siklus I
  • Pelaksanaan Siklus II
  • Pengolahan Data
  • Pelaporan

 

 

3.2 Subjek Penelitian

Subjek penelitian ini adalah siswa kelas XI  MIA1 SMA Negeri 7 Kendari Tahun Pelajaran 2019/2020. Siswa kelas XI  MIA1 SMA tersebut berjumlah 28 orang, terdiri atas 12 laki-laki dan 16 perempuan.

3.3 Faktor  yang Diselidiki

Untuk menjawab permasalahan penelitian ini, maka ada beberapa faktor yang diselidiki. Faktor-faktor yang dimaksud sebagai berikut.

1)  Faktor guru, yaitu dengan melihat bagaimana guru menyiapkan materi pelajaran, cara menyajikannya, serta penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) pada saat menyajikan materi pembelajaran memproduksi teks eksplanasi.

2)  Faktor siswa, yaitu dengan melihat  apakah  melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dapat menggairahkan siswa dalam proses pembelajaran.

3)  Faktor sumber belajar, yaitu dengan memperhatikan sumber atau bahan pelajaran yang digunakan apakah sudah sesuai dengan tujuan yang hendak dicapai. Demikian pula latihan-latihan yang diberikan, apakah disusun secara baik sesuai dengan kemampuan siswa dan tujuan yang hendak dicapai. 

3.4 Desain Penelitian

Desain penelitian ini terdiri atas perencanaan (planning), tindakan (action), observasi (observation), dan refleksi (reflection). Desain penelitian tersebut direncanakan untuk dua siklus. Setiap siklus dilaksanakan dua kali tatap muka. Secara umum, tiap siklus dilakukan dengan prosedur (1) persiapan tindakan, dan (2) impementasi tindakan.

3.4.1 Siklus pertama

3.4.1.1 Perencanaan Tindakan

1) Membuat  skenario  pembelajaran  yang  berupa  Rencana Pelaksanaan Pembelajaran (RPP) dengan mengacu pada penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) dengan kompetensi dasar "memproduksi teks eksplanasi.  Diajarkan  selama  dua kali pertemuan  atau 4 x 45 menit.

2) Membuat  atau  menyiapkan  media  berupa  lembar kegiatan siswa (LKS) yang akan digunakan selama kegiatan belajar mengajar berlangsung.

3)  Mendesain alat evaluasi berupa penilaian proses dan hasil belajar  (produk) untuk mengetahui tingkat penguasaan materi dan keaktifan siswa selama mengikuti pembelajaran.

3.4.1.2 Pelaksanaan Tindakan

Kegiatan yang dilaksanakan dalam tahap ini adalah melaksanakan skenario pembelajaran yang dilaksanakan oleh peneliti, sedangkan kolaborator bertindak sebagai pengamat (observer). Adapun pelaksanaan skenario pembelajaran sebagai berikut.

1)  Guru menyiapkan dan memotivasi siswa.

2) Guru menggali pengetahuan  awal  siswa  dengan  cara  mengaitkan materi pembelajaran terdahulu dengan materi pembelajaran sekarang (memproduksi teks eksplanasi).

3) Guru menyampaikan/menuliskan TPK/indikator pembelajaran.

4)  Guru  menyampaikan  informasi  umum  materi pembelajaran kemampuan memproduksi teks eksplanasi.

5)  Guru  mengorganisasikan  siswa  belajar  dalam  kelompok-kelompok kecil (siswa dibagi ke dalam 5 kelompok yang heterogen).

6) Guru membagikan lembar kegiatan siswa (LKS), lalu memberi penjelasan tentang tugas yang akan didiskusikan oleh setiap kelompok.

7)  Selama kerja  kelompok  berlangsung,  guru  melaksanakan pembimbingan kelompok, terutama pada kelompok yang mengalami kesulitan dalam menyelesaikan tugas yang disiapkan dalam LKS.

8) Secara  bergiliran  wakil  setiap  kelompok  membacakan  hasil  kerja kelompok dan kelompok lain menanggapinya.

9)  Guru  memberi  penjelasan   dan  penegasan  kembali  jawaban  dari seluruh kelompok.

10)  Guru  memberikan  penghargaan  kepada  kelompok  yang telah bekerja dengan baik dan tepuk tangan pada kelompok yang belum bekerja dengan baik.

11)  Guru melakukan evaluasi tertulis secara individual.

12) Guru  dan  siswa  merefleksikan  hasil   pembelajaran,  yaitu manfaat mempelajari  kompetensi ini.

13) Guru melaksanakan tindak lanjut berupa pemberian tugas rumah.

3.4.1.3 Observasi/Evaluasi    

Kegiatan observasi dilaksanakan untuk mengetahui keaktifan siswa dan kemampuan guru membimbing siswa dalam kegiatan pembelajaran. Observasi dilakukan oleh kolaborator dengan menggunakan lembar observasi berupa pengamatan aktivitas siswa dan aktivitas guru selama kegiatan pembelajaran.

3.4.1.4 Refleksi 

Peneliti bersama kolaborator merefleksikan hal-hal yang telah dicapai dan yang belum dicapai berdasarkan hasil yang didapatkan dalam kegiatan observasi dan evaluasi. Hasil refleksi digunakan untuk menetapkan  langkah-langkah lebih lanjut  pada siklus berikutnya.

 

3.4.1.5 Indikator Kinerja

Indikator keberhasilan dari proses tindakan pada siklus pertama apabila 85% siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal kompetensi hasil belajar siswa  sebesar 75 serta seluruh indikator pencapaian hasil belajar  materi memproduksi teks eksplanasi dinyatakan tuntas.

3.4.2 Siklus Kedua

Siklus kedua ini merupakan pemantapan program peningkatan kemampuan  memproduksi teks eksplanasi yang telah disempurnakan pada siklus pertama  dalam diskusi antara peneliti dan kolaborator. Selanjutnya, indikator-indikator yang belum mencapai ketuntasan diajarkan kembali serta perlakuan pada siklus pertama yang belum optimal dimaksimalkan. Indikator keberhasilan dari proses tindakan pada siklus kedua sama dengan siklus pertama, yakni  apabila  85%  siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal dari komponen hasil belajar sebesar 75 untuk semua indikator dinyatakan tuntas.      

 

  • Data dan Sumber Data

Data penelitian ini berupa data kuantitatif dan kualitatif. Data kuantitatif, yaitu nilai yang diperoleh siswa secara individual dalam menyelesaikan tes kemampuan menganalisis paragraf, baik tes awal sebelum tindakan maupun tes akhir yang dilakukan pada setiap akhir siklus tindakan. Sedangkan data kualitatitif berupa respons siswa terhadap pelaksanaan pembelajaran kemampuan memproduksi teks eksplanasi melalui penerapan model kooperatif  tipe NHT (Numbered Head Together) yang dipelajarinya. Data tersebut bersumber dari hasil tes kemampuan memproduksi teks eksplanasi siswa dan catatan kolaborator selama pelaksanaan pembelajaran berlangsung.

  • Instrumen Penelitian

Instrumen yang digunakan sebagai alat penilaian dalam penelitian tindakan ini sebagai berikut.

Lembar observasi (pengamatan) KBM

Lembar hasil belajar siswa

Lembar penilaian kinerja kelompok

Jurnal kegiatan mengajar guru (tatap muka setiap siklus).

Instrumen tersebut di atas terlampir.

 

3.7 Teknik Pengumpulan Data 

Untuk keperluan pengumpulan data tentang proses dan hasil yang dicapai, digunakan lembar pengamatan KBM, lembar hasil belajar siswa, lembar penilaian kinerja kelompok, dan jurnal kegiatan mengajar guru.

Lembar pengamatan KBM digunakan untuk mengumpulkan informasi dan data tentang pelaksanaan kegiatan tatap muka yang dilaksanakan oleh guru di kelas. Setiap kegiatan guru dalam pelaksanaan pembelajaran diceklis dalam lembar pengamatan KBM.

Lembar hasil belajar siswa digunakan untuk menghimpun hasil belajar siswa secara individual dalam memproduksi teks eksplanasi setelah mereka mengikuti KBM melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together). Nilai kemampuan siswa secara individual pada setiap siklus dicatat di dalam sebuah format sehingga dapat dilihat perbedaan dan perkembangannya.

Lembar penilaian kinerja kelompok digunakan untuk mengumpulkan informasi dan data berupa aktivitas kelompok belajar siswa selama pelaksanaan kerja kelompok berlangsung. Seluruh aktivitas siswa seperti keaktifan, keantusiasan, kekompakan dalam kerja kelompok, dan sebagainya dicatat dalam lembar penilaian kinerja kelompok. Selanjutnya, data yang berkaitan dengan materi pembelajaran memproduksi teks eksplanasi melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together)  pada setiap siklus dicatat dalam jurnal kegiatan mengajar guru.

3.8 Teknik Analisis Data  

Data yang diperoleh dianalisis secara kuantitatif dan kualitatif. Analisis kuantitatif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran kemampuan siswa memproduksi teks eksplanasi, baik data pratindakan maupun data kemampuan siswa memproduksi teks eksplanasi setelah mengikuti KBM melalui penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together).  Hasil yang diperoleh dicatat dan diakumulasi dalam tabel nilai kemampuan siswa.

Kategori kemampuan siswa dikelompokkan dalam perolehan nilai sebagai berikut.

Kategori                              Nilai

Sangat Tinggi                      85 -- 100

Tinggi                                  75 --  84

Sedang                                 65 --  74

Rendah                                55 --  64

Sangat Rendah                    0 --  54

Selanjutnya, indikator kinerja kemampuan siswa ditetapkan berdasarkan ketuntasan minimal yang ditetapkan oleh sekolah, yakni apabila 85% siswa telah mencapai kriteria ketuntasan minimal kompetensi hasil belajar siswa sebesar 75.  

Analisis kualitatitif dimaksudkan untuk memperoleh gambaran tentang pelaksanaan pembelajaran oleh guru sebagaimana yang ditunjukkan dalam data lembar pengamatan KBM dan aktivitas siswa yang ditunjukkan dalam data lembar penilaian kinerja kelompok. Tindakan KBM dikategorikan berhasil apabila di dalam proses pembelajaran, guru mencapai nilai penerapan model pembelajaran kooperatif tipe NHT (Numbered Head Together) yang berada pada kategori baik. Hal ini berlaku pula untuk penilaian kualitatif kinerja kelompok siswa. Selengkapnya, kategori nilai kualitatif aktivitas guru dan siswa dalam proses pembelajaran dikelompokkan dalam perolehan rata-rata skor sebagai berikut.

Kategori                                 Rata-rata  Skor

Sangat Baik                                       3,60 -- 4,00 (90% -100%)

Baik                                       3,00 -- 3,59 (75% - 89%)

Cukup/Sedang                       2,40 -- 2,99 (60% - 74%)

Kurang                                   <2,40           (<60%)

3.9 Rencana Anggaran Biaya Penelitian

Biaya penelitian ini pada prinsipnya bersumber dari dana swadaya dan bantuan intitusi atau lembaga pemerintah yang berkompoten. Adapun rencana anggaran biaya yang digunakan dalam penelitian tampak pada tabel berikut.

Tabel 3.2

Rencana Anggaran Biaya Penelitian

 

No.

Kegiatan

Harga Satuan (Rp

Jumlah (Rp)

  • Perencanaan
  • ATK penyusunan proposal

500.000

500.000

  • Persiapan
  • Penyiapan Media
  • Penyian LKS

150.000

100.000

150.000

100.000

  • Pelaksanaan Siklus I

1.000.000

1.000.000

  • Pelaksanaan Siklus II

1.000.000

1.000.000

  • Pengolahan Data

750.000

750.000

  • Pelaporan

500.000

500.000

Total (Rp)

3.250.000

 

RUJUKAN

 

 

Kemendikbud. 2014. Bahasa Indonesia Wahana Pengetahuan. Jakarta: Kemendikbud.

Kemendiknas. 2009. Pedoman Umum Ejaan yang Disempurnakan. Jakarta: Kemendiknas.

Kemendikbud. 2015. Buku Siswa Bahasa Indonesia Kelas XI. Jakarta: Kemendikbud.

Kosasih. 2014. Jenis-Jenis Teks (Analisis Fungsi, Struktur, dan Kaidah, serta langkah Penulisannya). Bandung: Yrama Widya.

Lie, Anita. 2002. Cooperative Learning (Mempraktikkan Cooperative Learning di Ruang-Ruang Kelas). Jakarta: Grasindo.

Mahsun. 2013. Teks dalam Pembelajaran Bahasa Indonesia. Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Mulyana, Deddy. 2004. Metodologi Penelitian Kualitatitf (Paradigma Baru Ilmu Komunikasi dan Ilmu Sosial Lainnya). Bandung: Remaja Rosdakarya.

Restuti. 2013. Mandiri Bahasa Indonesia. Jakarta: Erlangga

Sadiman, Arif, dkk. 2003. Media Pendidikan (Pengertian, Pengembangan, dan Pemanfaatannya). Jakarta: Raja Grafindo Persada.

Suyatno. 2004. Teknik Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.

----------. 2005. Permainan Pendukung Pembelajaran Bahasa dan Sastra. Surabaya: SIC.

Wiriaatmadja, Rochiati. 2005. Metode Penelitian Tindakan Kelas (untuk Meningkatkan Kinerja Guru dan Dosen). Bandung: Remaja Rosdakrya.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
  15. 15
  16. 16
  17. 17
  18. 18
  19. 19
  20. 20
  21. 21
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun