Dan benar saja, itu suara Dian si kibas rambut temen sekelas Gue.
“Wa’alaikumsalam, ada apa Cordon?” Mikha menjawab salam Gue dengan lembut
“Hmm… Aku mau ngomong sesuatu sama Kamu!” dengan jantung yang berdegup semakin berdegup, dan tangan yang gemetar demikian gemetar. Gue beranikan diri mengucapkannya
“Iya kenapa, silahkan ngomong aja!”
“Hmmm… Begini Mikha…” Ucapan Gue terputus sesaat, Mikha semakin mengerutkan dahinya.
“Hari ini… dihadapan temen-temen yang ada dikantin ini, Aku mau bilang… Aku suka sama Kamu… Aku Sayang sama Kamu…” Tangan Gue masih gemetar, jantung ini semakin berdegup tak beraturan, ditambah sorak sorai temen-temen seisi kantin.
Terima… terima… terima…
Arrghhh…. Teriakan-teriakan itu semakin membuat wajah Gue pucat pasi.
“Cordoonn… sebelumnya terima kasih Kamu sudah memberanikan diri untuk melakukan ini untuk Aku.” Meskipun dibarengi dengan senyum, jawaban Mikha ini belum membuat Gue lega.
“Begini Cordon, Aku tersanjung dengan perlakuan Kamu itu. Tapi… Islam punya cara yang lebih indah untuk mengutarakan Cinta.” Argh… ucapannya ini semakin membuat Gue bingung.
“Maksudnya Mikha?”