Mohon tunggu...
Sang Santri
Sang Santri Mohon Tunggu... Guru - Santri suka menulis

Menulis sebagai hobi, bermanfaat sebagai harapan, sekses semoga terwujud

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

Melamar Guru Sendiri

15 Desember 2020   08:21 Diperbarui: 15 Desember 2020   08:26 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

" ini apa??"
" ini uang untuk membantu pengobatan ayah ibu yang terkena liver, walaupun tidak seberapa ini tulus dari hati kami yang terdalam. Saya mewakili teman teman."

Sang guru tidak bergerak. Dia pandangi anak badung itu. Hanya senyumnya yang nampak.(dari mana anak ini tahu) ucap Andin dalam hati. Bu Andin mengajak Najih duduk. Dadanya agak panas. Hingga mencapai pelupuk mata dan mengalirkan cairan dingin di samping pipi yang segera ia usap.

"Kamu tahu ayah ibuk dirawat dirumah sakit sakit dari mana??"
" dari nenek2 depat rumah ibuk"
"Bagai mana kamu dapat uang itu,?"

Maka di ceritakanlah bagaimana taktik kemarin dijalankan. Taktik yang mendapat 4 jempol dari Ricza.
Najih  dengan lihai mengirimkan berita hoax bahwa adik sarip kecelakaan dan kepalanya bocor. Ditulisnya sebuah judul" sekolah kita perlu bantuan." Kami memerlukan uluran tangan anda. Sauudara kita telah berduka. Seribu atau dua ribu akan bermanfaat baginya. " disertakan dari pesan broadcast tersebut sarip yang ber acting menangis. Sangat pas dan baik  acting itu karena kengenesan mukanya yang sudah mendarah daging.

Najih berkeliling kekelas2 meminta uang dari kelas2 esok harinya. Hasilnya 3 juta rupiah dia dapatkan darii semua kelas.  Luar biasa bakat menipu dari Najih.

Bu Andin menggelengkan kepala. Dia agak lunglai dan mengnyandarkan tubuhnya ke kursi taman. Dengan malas dia menatap Najih

"Jadi kamu menipu orang2 Najih??"

" itu tidak menipu bu itu teknik kita mendapatkan uaang."

" cara kamu salah. "

"Kami sebagai murid wajar salah bu anda sebagai guru yang harus selalu benar." Najih melebarkan senyumnya.

Bu Andin tidak ingin sekali menerima uang itu. Apa lagi uang hasil menipu. Tapi dilain sisi dia sadar murid yang sekarang dihadapannya punya niat baik. Dan n sudah berusaha semaksimal mungkin untuk membantu. Dia tidak mau menyakiti perasaannya. Apalagi benar juga. Murid wajar salah. Guru yang selalu harus benar.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun