"Kalian..." Bu Mirna menggeram, tetapi suaranya terdengar lebih lemah dari sebelumnya. "Kalian sudah menghancurkan segalanya."
Amara berdiri, tubuhnya gemetar namun tatapannya penuh keberanian. "Panti ini akan kembali menjadi tempat yang aman. Dan kalian... kalian akan membayar untuk semua ini."
Tanpa Aruna, Bu Mirna dan Bu Wulan tak lagi memiliki kuasa. Mereka mundur, menyadari bahwa waktu mereka di tempat ini sudah berakhir. Kebenaran tentang panti asuhan Semesta akhirnya terungkap. Misteri yang selama ini menyelubungi tempat itu---bayangan yang menghantui, bisikan yang menakutkan---semuanya adalah akibat dari ritual gelap yang telah berlangsung selama bertahun-tahun.
Amara jatuh terduduk di lantai, napasnya terengah-engah. Di sebelahnya, Raka berdiri dengan wajah pucat, namun ada secercah kelegaan di matanya. Lingkaran ritual yang mereka hancurkan kini tak lagi utuh---simbol-simbol gelap yang dahulu mengikat Aruna telah musnah. Jeritan Aruna yang terakhir tadi menggema dan perlahan memudar, bersama sosoknya yang perlahan menghilang dalam kegelapan abadi.
Namun, ini belum berakhir. Amara menoleh ke arah pintu, tempat Bu Mirna dan Bu Wulan berdiri dengan tatapan penuh kebencian. Wajah mereka masih tampak dingin, namun ada sesuatu yang berbeda. Tubuh mereka mulai goyah, dan kilatan amarah di mata mereka perlahan memudar menjadi ketakutan.
"Kalian... menghancurkan semuanya," gumam Bu Mirna, suaranya terdengar parau, hampir bergetar. Ia melangkah maju, tetapi tubuhnya terlihat lebih lambat, seolah-olah energinya tersedot keluar.
Rasa dingin menjalari udara saat Amara menyaksikan sesuatu yang aneh terjadi pada kedua wanita itu. Awalnya hanya samar-samar---kerutan mulai tampak di wajah Bu Mirna, kulitnya yang mulus tiba-tiba terlihat kering dan rapuh. Bu Wulan, yang biasanya berdiri tegak, kini tampak bungkuk, rambutnya yang hitam lebat mulai memutih.
Amara ternganga melihat perubahan yang begitu cepat. Tubuh kedua wanita itu, yang selama ini tampak seperti tak tersentuh oleh waktu, mulai menua dengan kecepatan yang mengerikan. Keriput menyelimuti wajah dan tangan mereka, rambut mereka berubah dari hitam menjadi abu-abu, lalu memutih seluruhnya. Pakaian yang mereka kenakan tampak semakin besar di tubuh mereka yang mengecil dan membungkuk.
"Tidak! Ini tidak mungkin!" Bu Wulan menjerit, suaranya bergetar oleh ketakutan. Tangannya yang kini kurus dan penuh keriput meraba wajahnya, seolah tak percaya dengan apa yang terjadi. Ia jatuh tersungkur ke lantai, tubuhnya gemetar lemah.
"Aruna...," desis Bu Mirna dengan suara yang serak. "Dia... sudah mengikatkan kekuatan hidupnya pada kami... selama bertahun-tahun... untuk menjaga usia kami tetap muda..."
Raka menatap Amara dengan tatapan penuh pemahaman. "Kak, tanpa Aruna, mereka tidak punya apa-apa lagi. Mereka... hidup dari kekuatan gelap yang Aruna berikan. Sekarang semuanya hilang."