Mohon tunggu...
Alamsyah
Alamsyah Mohon Tunggu... Jurnalis - Jurnalis & Content Writer

Lisan Terbang, Tulisan Menetap

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Repihan Sajak

28 Juni 2024   01:42 Diperbarui: 28 Juni 2024   04:28 197
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik


Makrifat Hati

Hati siapakah yang telah mendapatkan cahaya yang memancar kedalamnya?

Dengan sinar yang menyilaukan pula, hingga menguasai daya yang ada dalamnya, ialah mereka para pemilik pengetahuan yang diperoleh melalui akal.

2022

========

Perjalanan pulang

Malam di tengah perjalanan menuju rumah adalah cerita tentang sebuah pengharapan anak-anak elang kepada induknya.

2021

========

Aubade kesedihan

Rapsodi yang engkau bacakan pada sajak malam tentang air hujan yang jatuh barusan, adalah ode alam yang mengayunkan deraan derai airmata para pengiring kepergiannya.

Esok, di tepian jalan itu berbaris orang melakukan aubade. Melantunkan tentang hakikat  kebaikan yang tercerabut dari akarnya.

2021
======

Sonata kaum pinggiran

Sonata itu runtuh ripuh
dalam malam pekat gelap dibalik sekat nafas
dibekap diantara mereka yang bersedekap
di trotoar atau kolong jembatan
dengan baju koko putih kecokelatan terkena tanah
atau mukena yang getas karena usianya yang telah menyenja.

23/11/2022

=========

Hening

Mencari samara tiadalah sukar karena tak ada belukar ketika kaki hendak melangkah ke surau.

Membuka naskah-naskah Tuhan pada stambul pun laksana tangan diikat oleh jiwa ini yang baur.

Aku geming dalam hening

13/11/2022

======

Doa amarah

Di buritan hari, usai jarum-jarum air memanah tanah dan bentala berawan abu-abu, aku lihat langkahmu gontai menuju rumah Tuhan. Segenap doa itu lalu engkau panjatkan pada hamparan sajadah. Doa yang yang engkau sebut terlahir dari rahim amarah, murka dan juga mudarat.

25/11/2022

========

Jiwa yang derana

Dan jiwa-jiwa yang derana itu bagaimana mungkin mereka membuatnya menjadi tak koyak oleh waktu?

Bertanya aku pada tanah, pada langit, pada air, pada angin. Dan mereka hanya diam seribu bahasa.

2022

==========

Epilog malam

Senyap gelap lenyap merayap
Tertatih hati letih sedih merintih
Meratapi tepi sepi nurani.

Mengapa apa siapa dimana
Tentang rentang bentang bintang
gemintang
Berpijar berpendar memudar.

Sepi memagut memahat kuat
Di buritan menahan kesedihan
Ditimpa air mata bahtera lara
Menderah pedih lirih merepih.

Gundah gulana berkelana fana
Susuri hari lewati duri
Jiwa melayang kepayang bayang
Dalam kelam alam malam.

Awan berawan berkawanan
Kawan berlawanan pemahaman
Berdiri sendiri mencari materi
Miris teriris berbaris baris.

Mengapa kenapa bagaimana
Hidup redup terkatup meletup
Terbawa mimpi di tepi sepi
Tiada kata terbata eja
Mata melatah terantuk kantuk.

11/09/2021

======

Sengkuni tak sendiri

Subala mencintai Sudarma
Sebab itu lahirlah Sengkuni.
Sengkuni mencintai Arsi
Hadirlah Uluka.

Mengapa Sengkuni tinggal bersama sang bibi, tidak dengan Arsi?

Kandaskah cinta mereka.
Atau Gandari, bibi Sengkuni berhasil merebut keponakannya dari Arsi?

Sengkuni memang tak Sendiri
Bahkan ketika hendak menghabisi Pandawa 5 dia dibantu sepupunya Duryodana.

Uluka, buah cinta Sengkuni dengan Arsi, juga membantu sang ayah. Dia berhasil membuat Yudistira, Bima, Arjuna, Nakula dan Sadewa terpecah belah.

Sengkuni memang tak sendiri untuk mendapatkan apa yang diinginkannya, kendati dengan cara culas.

2020

=======

Punca merayah

Sudah usai pesta pora dan mala itu, kemarin.
Sekarang tarikh purwa dengan langit dimana rawi dengan bayan tertumbuk baur yang kalis.

1/1/2023

=======

Sajak jejak

Jejak yang kau tinggalkan setelah hujan redah dan tanah menjadi basah tiadalah sukar mencarimu yang pergi tanpa pamit.

Pastilah kau meninggalkan tapak sepatu itu di atas tanah yang menjadi liang kecil yang menggenang air kecoklatan, keruh seperti persoalan yang juga kau warisi kepadaku dan juga mereka para pengiba itu yang berdiri berjejer di tepi trotoar ketika malam mulai merayap.

Jejak yang kau tinggalkan setelah kemarau panjang turun hanyalah kawanan debu yang tak bisa membentuk alas kakimu yang harganya selangit itu yang kau beli di negeri para pemimpi ini.

Jejak yang kau tinggalkan menjadi cerita yang tidak penting sebab siapalah diri ini yang hanya onggokan daging dengan sekumpulan sakit merajam tubuh di sisa-sisa usia  ini.

Kenapa kau tinggalkan jejak itu saat kau pergi tanpa pamit dengan menyisahkan banyak mara bagi mereka para pemilik kemasygulan itu.

31/1/2023

=======

Sajak pagi

Pagi setelah malam pergi dengan segenap kembang tidur yang dirangkai setiap orang di kasur-kasur empuk, dipan-dipan reot, lantai-lantai dingin, adalah sebuah cerita tentang perjalanan waktu yang satu saat nanti akan terhenti, diam lalu pergi begitu saja dan orang lain pun melupakannya.

3/11/2023

======

Malam dan renjanamu yang absurd

Malam dan renjanamu yang absurd seperti pantulan bayanganmu sedang bersedekap padahal sesungguhnya kau tidak sedang begitu.

Kau kelabui setiap ekor mata yang menatap kuyuh wajahmu, lusuh bajumu juga setiap kesengsaraan yang sengaja kau ciptakan, malam itu.

Entah sampai kapan.

4/2/2023

========

Sajak jejak

Kota dan ambiguitas mereka yang menghuninya menjadi sebuah ketaksaan. Apa yang mereka ucap senantiasa bermakna ganda. Layaknya warna, mereka adalah abu-abu, bukan putih yang terang benderang atau hitam yang memintal pekat.

4/5/2023

======

Seloka

Ini adalah seloka tentang langit dengan nirmalanya yang mulai melahirkan bayang-bayang dan fatamorgana, dimana engkau bercucur keringat demi membawa pulang sepotong roti untuk anak-anak yang ditinggalkan dalam sangkar-sangkar rapuh.

2023

==========

Sajak waktu yang berbicara

Apakah waktu bisa berbicara seperti yang kerap diucapkan oleh mereka yang sudah tak sanggup lagi mempertahankan argumentasinya yang berbeda dengan orang lain?

Apakah waktu juga bisa berbicara ketika kata-kata sudah tak lagi mampu meyakini orang lain dan orang lain itu bersikukuh dengan pendapatnya sendiri bahwa waktu memang tidak bisa berbicara tetapi dia bergerak, merangkak, berputar atau mati karena mesin-mesin pemutarnya berhenti akibat dimakan usia bukan dimakan waktu yang selalu mereka bilang itu bisa berbicara.

Jika waktu bisa berbicara entah kata-kata apa yang akan waktu ucapkan kepada mereka yang senantiasa berdalih bahwa waktu memang bisa berbicara, kelak setelah orang-orang sudah berusaha lupa atau melupakan kejadian itu.

Apakah engkau suka berkata biarkan saja nanti waktu akan berbicara dengan sendirinya.

Dan setelahnya, apa katanya?

2023

=======

Fana punah

Menanti fana punah di sudut waktu yang terus bergerak.

16/10/2023

=======

Lullaby yang hilang
(untuk Palestina)

Dan telinga anak-anak itu sudah tak bisa lagi mendengar lagu-lagu pengantar tidur yang dilantunkan orangtua mereka yang berjaga-jaga di depan rumah, di jalan, di perempatan, dan juga di parit-parit yang airnya merah berlumur darah dengan potongan tubuh-tubuh manusia disana-sini.

Biarkan orangtua di Palestina bisa melantunkan lagi lagu-lagu pengantar tidur untuk anak-anak mereka!

6/11/2023

=======

Ode materialisme

Mereka memilih jalan yang ramai dengan kendaraan mewah dan mentereng agar semua orang bisa melihatnya lalu berdecak kagum,

"oh itu si pulan, mobilnya, motornya, bagus, pasti orang berada"

Dan mereka yang tuju jalan sunyi, menyembunyikan kepapaan agar tak dihina dan dicibir,

"oh itu si pulan, bajunya compang-camping, pasti dia miskin".

Acap kali penilaian itu kepada kebendaan dan itu sahih!

21/11/2023

=========

Sajak ABS

Siapa sangkalah, asal bapak senang itu sebuah riwayat tentang para penghibur yang membawakan tarian lenso dan juga cha cha di hadapan para penguasa berpuluh tahun yang lalu ketika orang tua kita masilah muda belia dengan rambut gondrong, celana cutbray, dan mendengarkan Engelbert Humperdinck atau Koes Plus lewat piringan hitam yang berputar meliuk disertai jerit orang akan sulitnya masa kala itu. Yang semula mereka para penghibur, kini telah merubah wujud dan bentuk dalam idiom politik kekinian.

23/11/2023

=======

Jiwa getas

Jiwa-jiwa yang pagi hingga senja tadi mengeriap, malam ini telah kembali ke peraduan. Di peraduan mereka tak langsung lelap dalam tidur, tetapi sebagian diantaranya ada yang sedang membasuh lukanya. Luka yang menggores jiwa-jiwa getas karena tak kuasa menahan beratnya hidup.

2023

========

Mimpi siang bolong

Telah rekah kembang kertas yang diapit oleh kecemasan langit antara hujan, mendung dan panas.

Di selasar, siang itu, segelas kopi, berbatang rokok, meditasi khusyuk, memintal indah hidup dalam sketsa mimpi siang bolong.

2023

========

Selamat tahun baru 2024

Kemana bulan di ujung hari ini? Tidakkah kau ingin menyaksikan orang-orang membakar uang pada jutaan mercon yang mengangkasa nanti?

2024

=========

Pagi kemayu matahari kemaki

Kulihat pagi di ujung pekan kemayu
menggoda sepasang merbah di ranting mangga untuk bercumbu.

Pagi kemayu membuat matahari jadi kemaki
hingga membuat kau enggan beranjak.

Langit seakan mau menghujamkan panah-panah air
awan separuh berhalimun
separuh lagi putih mengapas

Aku disini dalam diam
mengumai asa yang ditelan kenyataan.

13/1/2024

=======

Malam lengas

Usai hujan
malam lengas
orang bergegas
menuju ranjang
merenda mimpi

Saat terjaga pagi
mimpi pergi
menjadi elegi.

21/1/2024

========

Pagi buta dan jejak darah

Dalam gesa di pagi buta kau tinggalkan jejak darah tentang kisah kelam yang tak bisa kau tuntaskan dengan baik karena dengan cara itulah kau menganggap bahwa sebuah masalah dapat kau selesaikan.

 8/2/2024

=======

Derah nestapa

Berlarah-larah duka diantara sedikit bahagia. Siapakah yang mau itu? Aku yakin betul, tiada seorangpun mau dihujami belati sengsara dari tangan orang-orang yang ingin kita diderah nestapa.

21/2/2024

========

Masygul

Langit siang ruyup
binar baskara diselimuti mega
seperti juga atma ini kemul oleh masygul.

25/5/2024

=====

Ode kematian empati

Dimana empati yang seharusnya berkecambah di ladang subur penderitaan itu?

Kau diamkankah di dalam tas Chanel mu
Atau kau biarkan tersimpan di dashboard Aston Martin Valkyrie mu

Tuhan tahu empatimu ada disitu tapi kau diamkan
tak kau sebar ke ladang derita mereka.

14/6/2024

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
  13. 13
  14. 14
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun