Mohon tunggu...
Sandy Gunarso
Sandy Gunarso Mohon Tunggu... Penulis - Praktisi Komunikasi

Berhenti memuaskan orang karena kepuasan tiada batasnya

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Chase the Throne: Episode 3

19 September 2022   20:34 Diperbarui: 19 September 2022   20:41 274
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Hadiah Manis dari Sang Musuh Abadi

Bulan purnama terlihat jelas menghiasi langit malam di pusat kota Foxipia, Kerajaan Toucan. Rich tampak serius mempersiapkan busananya untuk makan malam bersama Cloudy. Sebuah jas berwarna hitam, kemeja berwarna biru langit, dan celana panjang berwarna hitam sudah tertata rapi di atas kasurnya. Rich seolah ingin mengulangi kisah cintanya dengan Cloudy yang sempat kandas karena perbedaan prinsip di antara kedua orangtua mereka.

Di waktu bersamaan, Cloudy juga mempersiapkan diri untuk makan malam bersama Rich. Dia memilih mengenakan gaun panjang berwarna merah muda dengan balutan selendang berwarna biru keunguan. Cloudy sudah menantikan acara ini sejak mereka berpisah 26 tahun lalu. Kenangan manis saat bersama Rich begitu membekas di dalam hati Cloudy. Bahkan, Cloudy rela memilih menjalani hidup sendiri tanpa menikah dengan pria lainnya.

Jam dinding di restoran menunjukkan pukul 19.00, Rich ke luar dari kamar 512 menuju ke restoran di lantai 10. Restoran di Hotel Montegino ini termasuk salah satu restoran mewah di seluruh Kerajaan Toucan. Salah satu kemewahannya tampak dari dua akuarium raksasa yang menempel pada dinding di bagian kanan dan kiri. Kedua akuarium raksasa ini membentuk lorong kaca mulai dari pintu elevator sampai di meja penerima tamu. Kaca akuarium yang tebal membuatnya mampu menahan tekanan air dan gerakan ratusan ikan.

"You already arrive in ten floors. Ting!"

Pintu elevator terbuka dan Rich tampak keluar sambil tersenyum sendiri mengenang pengalaman manisnya bersama Cloudy. Rich lalu menyadarkan dirinya dengan melihat keindahan ikan-ikan yang berenang di dalam akuarium. Pada saat itulah, Rich melihat bayangan dua orang yang tidak dikenal sedang mengikutinya.

"Siapa ya mereka? Sejak dari kamar, mereka berdua sepertinya mengikutiku. Mencurigakan sekali!" gumam Rich dalam hati.

Rich mengabaikan firasatnya dan terus melangkah secara alami tanpa menunjukkan kecurigaan akan kehadiran kedua orang itu. Dengan perlahan, Rich mengeluarkan telepon genggamnya. Rich menelepon Red supaya bersiap dan bergegas naik ke lantai 10 untuk membantunya mengamankan situasi di restoran.

"Tut... Tut... Tut..."

"Iya, Pa?" sapa Red sambil menonton film kesukaannya di dalam kamar 513.

"Red, sepertinya Papa diikuti dua orang." jelas Papa dengan suara berbisik.

"Yakin, Pa? Aku ke sana ya?"

"Iya. Papa rasa dua orang itu punya niat tidak baik deh. Tolong segera ya! Kamu masuk ke restoran lewat pintu dapur di tangga darurat lantai 10."

"Oke, Pa. Aku dan Bee segera ke sana."

Red bergegas membangunkan Bee yang tertidur di sofa karena kelelahan pascapenerbangan mereka. Bee membersihkan kelopak matanya sambil menguap seolah tidak rela melepaskan waktu istirahatnya diambil orang.

"Ah, Kakak, aku masih mengantuk nih." keluh Bee sambil memutar balik tubuhnya di atas sofa.

"Ayolah, Papa dalam bahaya, Bee. Dia diikuti dua orang penjahat." jawab Red sambil terus menggoyang-goyangkan tubuh Bee.

"Hah! Apa kakak yakin mereka itu penjahat?!"

"Iya. Papa bilangnya begitu. Ayo, kita cari tahu sekarang!"

"Ayo, Kak!"

Bee segera membasuh wajahnya di wastafel yang menempel dinding di sebelah pintu kamar mandi. Sesudahnya, dia menarik tangan Red ke luar kamar dan berlari menuju restoran. Red dan Bee menggunakan elevator sampai di lantai 9, lalu meneruskan ke lantai 10 menggunakan tangga darurat. Mereka mengikuti perintah sang ayah untuk masuk ke restoran melalui pintu dapur.

Pemilik hotel sengaja menyatukan pintu belakang dapur restoran dengan tangga darurat supaya saat terjadi kebakaran di dapur, para pelayan dan juru masaknya dapat menyelamatkan diri dengan cepat sehingga tidak sampai timbul korban jiwa. Selain itu, tangga darurat digunakan untuk mempermudah petugas pemadam kebakaran saat melakukan penyelamatan dan pemadaman api.

Dari kejauhan, Rich tampak memasuki restoran dengan tenangnya. Pandangan Rich langsung tertuju pada Cloudy yang sudah menunggunya di meja 15. Rich melemparkan senyuman dan melambaikan tangan sambil berusaha memberikan isyarat dengan menggerakkan matanya.

Gerakan mata Rich rupanya dimengerti Cloudy. Mereka berdua memang terbiasa menggunakan isyarat mata untuk bekerja sama saat menyelesaikan tugas dari meja yang terpisah di dalam kelas kimia sewaktu sekolah menengah atas dulu.

"Dup! Dup! Dup!"

Tiga buah proyektil peluru kaliber 22 milimeter dari pistol jenis SIG Sauer P226 dengan peredam suara milik Cloudy langsung menembus dada dari salah satu orang yang mengikuti Rich. Para pengunjung restoran sontak berlari keluar restoran untuk menyelamatkan diri. Cloudy mengenali kedua orang yang mengikuti Rich. Mereka adalah pembunuh bayaran yang pernah mencoba membunuhnya saat bersama Raja Toucan, Miguelino Sennett II, sewaktu melakukan kunjungan kerja ke wilayah utara Kerajaan Toucan, tepatnya di Kota Northwitch, Provinsi Guinos.

"Dor! Dor! Dor!"

Pembunuh bayaran itu membalas tembakan dari Cloudy. Mereka pun terlibat dalam aksi saling tembak di dalam restoran. Keduanya saling melepaskan proyektil peluru tanpa menghiraukan orang lain di sekitarnya. Cloudy dan Rich menggulingkan sebuah meja kayu berbentuk oval berukuran panjang untuk berlindung dari tembakan.

"Prang! Prang! Prang!"

Gelas-gelas yang tergantung di atas lemari bar restoran pecah berantakan. Semua dinding kaca di lantai 10 juga pecah berantakan. Puing-puingnya berhamburan ke jalan raya usai tertiup angin yang cukup kencang malam itu. Dinginnya udara langsung menyergap tubuh Cloudy dan Rich. Mereka menahan diri sambil berpegangan tangan.

"Dor! Dor! Dor!"

Pria tidak dikenal itu kembali melepaskan tembakan ke plafon restoran secara sembarangan. Dia berusaha untuk menakut-takuti Cloudy dan Rich.

"Cloudy! Cloudy! Kamu dan pacarmu tidak akan bisa keluar dari hotel ini dengan selamat! Kami sudah mengepung tempat ini, sayang!" gertak pria tidak dikenal itu sambil menggoyang-goyangkan tangan kanannya yang memegang pistol.

"Aku tidak akan mati secepat itu, Tuan. Justru, aku yang akan membunuhmu nanti!" balas Cloudy sambil merobek sebagian gaunnya supaya tidak menghalangi kaki saat berlari.

Restoran kembali hening dan mencekam. Tidak seorang pun tampak berada di dalam restoran. Cloudy lantas merangkul leher Rich untuk berjalan mengendap-endap menuju dapur di belakang restoran. Saat mereka baru bergerak, tiba-tiba terdengar suara letupan pistol yang memuntahkan proyektil pelurunya.

"Agh! Kakiku!"

Proyektil peluru itu meluncur cepat dan langsung mengenai paha sebelah kanan kaki Rich. Tubuhnya roboh dengan kaki yang bersimbah darah. Rich tidak dapat menggerakkan kakinya karena proyektil peluru di dalam pahanya mengakibatkan otot bagian betis berkontraksi dan mengeras sebagai respon adanya benda asing.

"Cekrek! Cekrek!"

"Celaka, peluruku habis! Tidak ada waktu untuk mengisinya!" seru Cloudy sambil memeriksa pistolnya. "Ayo Rich, kita harus bergegas ke dapur untuk meninggalkan tempat ini. Sepertinya, sebentar lagi teman-teman pria itu akan datang ke sini!"

"Siapa mereka sebenarnya, Clo? Mengapa mereka menembaki kita." tanya Rich dengan wajah tegang menahan luka di pahanya.

"Sudahlah, simpan saja tenagamu. Ayo kita pergi dulu dari tempat ini. Aku akan jelaskan nanti!"

Cloudy dan Rich terus bergerak menuju ke dapur melalui puing-puing meja dan pecahan kaca yang berantakan di seluruh ruangan. Cloudy sedikit memaksa dengan menarik lengah Rich meski Cloudy tidak tega saat melihat Rich yang menahan luka di pahanya.

Selang beberapa menit, kepala Red dan Bee muncul mengintip dari balik pintu dapur. Cloudy segera memberi isyarat tangan supaya mereka menunduk dan berjalan jongkok mengendap-endap ke arahnya. Kakak beradik itu bergegas bergerak mendekati Cloudy dan Rich. Dengan sigap, Red memeluk tubuh Rich dan mengangkat lengan kirinya untuk dibawa ke dalam dapur. Bee menemani Cloudy menyusul di belakang sambil berjaga-jaga melindungi Rich dan Red.

Pembunuh bayaran itu kembali berteriak,"Hai, Cloudy! Sebaiknya kamu menyerah saja! Waktumu sudah habis, sayang! Jangan biarkan aku membunuhmu dengan tanganku sendiri!"

"Diamlah kamu! Jangan libatkan orang lain yang tidak kamu kenal!" balas Cloudy sambil sibuk mengisi ulang pistolnya.

"Apa? Aku tidak kenal katamu? Hahaha! Aku mengenalnya, Sayang! Dia itu Bemore Rich kan? Politikus dari Kerajaan Yurica?! Justru, aku juga disuruh untuk melenyapkannya bersama kamu, Cantik! Hahaha!"

Cloudy tidak membalas ucapan sang pembunuh itu. Dia terdiam dan berpikir untuk menemukan hubungan antara peristiwa 10 tahun lalu dengan peristiwa sekarang. Cloudy menduga bahwa dalang percobaan pembunuhan ini adalah orang yang sama seperti dulu. Tanpa berpikir panjang, Cloudy meneruskan langkahnya ke dalam dapur. Saat itu, Cloudy hanya berpikir untuk menyelamatkan Rich dan kedua anaknya.

"Ayo, kita harus segera turun!" seru Cloudy pada Rich dan anak-anaknya.

"Clo, siapa mereka sebenarnya?!" tanya Rich dengan suara lirih dan wajah penasaran.

"Sudah ya, lebih baik kita keluar dulu dari sini. Aku pasti akan jelaskan semua di tempat yang aman."

Waktu menunjukkan pukul 21.00. Rich dan kedua anaknya mulai disergap rasa kantuk karena mereka belum sempat beristirahat sejak pagi tadi. Sebelum melanjutkan perjalanan menuju lantai dasar, Red mengambil sehelai kain putih di atas meja dapur. Usai membentuknya menjadi segi tiga, Red lalu mengikat paha sang ayah supaya darah tidak terus mengalir keluar dari bekas proyektil peluru.

"Makan malam yang menegangkan ya, Pa." goda Red sambil tersenyum nakal pada Rich.

Rich tampak pucat dan menahan sakit di paha kanannya. Dia pun menjawab,"Ah kamu. Masih bisa becanda lagi dalam situasi begini."

"Papa tidak apa-apakan?" tanya Bee sambil memegang telapak tangan Rich.

"Tidak apa-apa kok, Bee."

Mereka pun kembali melanjutkan perjalanan ke luar hotel dengan menuruni satu per satu anak tangga darurat. Cloudy memilih turun ke lantai dasar menggunakan tangga darurat karena dia beranggapan bahwa tampilan angka di layar bagian atas elevator dapat mempermudah lawan untuk menyergap mereka, sedangkan jika menggunakan tangga darurat, maka lawan akan kesulitan untuk menebak posisi mereka.

Angka 7 tertulis pada dinding tangga darurat. Puluhan anak tangga masih harus mereka lalui untuk sampai di lantai dasar hotel. Rich meminta mereka berhenti sejenak. Rich tampak kelelahan dan membutuhkan waktu untuk beristirahat.

"Clo, siapa sih sebenarnya kedua orang tadi? Mengapa mereka ingin membunuhku?" tanya Rich dengan nafas yang tersengal-sengal.

"Ayo anak-anak, kita harus segera turun dan meninggalkan hotel ini sebelum teman kedua orang itu membunuh kita." jawab Cloudy sambil memapah tubuh Rich.

Beberapa saat kemudian, Cloudy dan ketiganya sudah sampai di lantai dasar. Mereka mendengar suara langkah kaki sejumlah orang yang berlari menuruni anak tangga. Rupanya perkiraan Cloudy terjadi. Teman-teman dari kedua pembunuh bayaran itu sungguh mengejar Rich dan berusaha membunuhnya.

"Kalian segera bawa Papa ke seberang hotel ini ya. Di sana sudah ada mobil SUV berwarna merah milik Tante. Ini kuncinya. Aku akan berusaha menghadang mereka di sini." seru Cloudy sambil mendorong Rich dan kedua anaknya.

"Kamu hati-hati ya, Clo." jawab Rich.

"Kita bertemu di rumahku ya. Sudah sana, kalian pergi!"

"Ayo! Red, Bee, kita pergi dari sini!"

Saat Rich dan kedua anak berjalan keluar dari tangga darurat, mereka mendengar suara desingan peluru dari balik pintu tangga darurat. Dentuman proyektil yang membentur tembok serta beberapa suara teriakan orang yang jatuh dari ketinggian mewarnai serangan para pembunuh bayaran.

Red dan Bee menggunakan seluruh sisa tenaga untuk memapah tubuh sang ayah. Ketiganya terus berjalan mengendap-endap di pilar-pilar bangunan mengantisipasi serangan dari kawanan penjahat yang berusaha membunuh mereka.

"Redius Bluesky?!" seru Rich dengan wajah terkejut saat melihat seorang politikus dari Partai Sunlike sedang berdiri di depan elevator hotel bersama sejumlah pria berjas hitam yang mengelilinginya. "Apakah dia dalang dari semua ini? Apakah dia yang ingin membunuhku?"

"Ayo, Pa! Kita harus bergegas ke luar hotel." seru Red sambil terus memapah tubuh Rich yang kesulitan berjalan.

"Iya iya. Ayo semangat!" seru Rich sambil menyeret kakinya yang mulai mati rasa. "Bee, tolong telepon Tante Samantha, Papa harus bicara dengannya"

"Sebentar ya, Pa. Aku ambil teleponnya dulu." jawab Bee.

Samantha yang dimaksud Rich itu mempunyai nama lengkap Samantha Quezio. Dia merupakan sahabat Cloudy dan Rich saat menempuh pendidikan di SMA Hightown Hughes sampai kuliah di Universitas Standuff Ursave. Samantha menempuh pendidikan pada Jurusan Hukum Kerajaan, Fakultas Hukum dan Etika Kerajaan. Dia termasuk mahasiswi dengan kecerdasan luar biasa. Usai lulus, Samantha menekuni dunia hukum dan menjadi salah satu pengacara terhebat di seluruh Kerajaan Yurica.

Sayangnya, Samantha lebih memilih Partai Sunlike dibandingkan Partai Exora. Samantha memilih Partai Sunlike karena dia sedang mendekati seorang pria yang menjabat sebagai wakil ketua umum. Dalam waktu tiga tahun, pendekatan Samantha pada petinggi Partai Sunlike itu berhasil dengan sempurna. Samantha menikahinya dan dikaruniai sepasang anak kembar dan seorang putri. Ketiga putra-putri Samantha berusia sama dengan Red dan Bee.

Meski Rich dan Samantha berseberangan ideologi politik, tetapi mereka tetap menjaga persahabatannya selama 26 tahun. Rich dan Samantha sering terlibat diskusi hangat seputar kebijakan Raja Rodic III yang sering dianggap merugikan masyarakat.

"Halo. Tante Samantha, aku Benice Bee. Tante, Papaku ingin bicara." sapa Bee sambil terus membantu Red untuk memapah ayahnya keluar dari hotel menuju mobil di seberang jalan.

"Halo, Tha. Sorry aku hubungi kamu pakai teleponnya Bee. Kamu belum tidurkan?" sambung Rich sambil menahan rasa sakitnya.

"Iya, aku belum tidur kok, Rich. Apa yang bisa aku bantu?" jawab Samantha di rumahnya.

"Baru saja, aku melihat Redius Bluesky di Hotel Montegino. Apakah partaimu sedang mengadakan rapat penting di sana?"

"Hotel Montegino? bukankah hotel itu salah satu hotel mewah di Kerajaan Toucan? Em, Partai Sunlike tidak ada rapat penting kok. Nah, aku jadi bertanya-tanya, mengapa kamu bisa bertemu Redius di Hotel Montegino? Rich, sedang apa kamu di sana?"

Belum selesai percakapan mereka, tiba-tiba Bee melihat Cloudy muncul dari balik pintu darurat sambil memegang pundak kirinya yang terluka terkena proyektil peluru saat saling tembak dengan para pembunuh bayaran di tangga darurat. Darah terus mengalir dari pundak kiri Cloudy hingga membasahi gaun merah mudanya.

Sesampainya di pintu utama hotel, tubuh Cloudy kehilangan tenaga. Tubuhnya jatuh perlahan bertumpuh pada salah satu daun pintu. Bee segera berlari ke arah Cloudy dan meninggalkan Red yang sedang memapah tubuh Rich. Bee berusaha mengangkat tubuh Cloudy dan memapahnya menuju ke mobil.

Sesaat kemudian, suara sirene mobil polisi terdengar dari kejauhan. Mereka seperti baru saja mendapatkan laporan tentang aksi tembak menembak di dalam hotel. Red bergegas menyalakan mobil dan membawa pergi keluarganya dari hotel menuju ke rumah Cloudy.

Kegaduhan dan ketegangan mereda untuk sementara waktu. Tidak ada suara apapun selama perjalanan. Red begitu serius mengemudikan mobil. Dia berusaha secepatnya tiba di rumah Cloudy untuk merawat sang ayah dan tante kesayangannya. Mobil terus melesat menebas angin yang bertiup kencang di pusat kota Foxipia.

Pukul 23.10, rombongan Rich tiba di rumah Cloudy. Tidak seorang tetangga terlihat mondar-mandir di sekitar rumah Cloudy. Suasana malam itu terasa sangat sunyi dan hening. Hanya terdengar suara mesin penggerak roda pintu garasi yang mengisi malam.

Red memarkirkan mobil di dalam garasi, lalu dia membantu sang ayah untuk turun dari mobil dan masuk ke dalam rumah, sedangkan Bee masih membantu Cloudy untuk membawa masuk bahan makanan dan barang-barang lainnya dari dalam mobil ke dalam rumah.

"Red, bawa ayahmu duduk di sofa, lalu kamu ambil kasur busa di kamarku ya." Seru Cloudy sambil menunjuk ruangan yang bertuliskan 'Pusat Impianku'. Ruangan itu adalah kamar pribadi Cloudy yang berhadapan langsung dengan pintu utama rumah.

Cacing di dalam perut Bee rupanya sudah tidak kuat menahan rasa lapar. Bee segera menuju ke dapur dan menyiapkan makan malam sederhana. Bee memang sering ke rumah Cloudy sejak usianya masih balita sehingga dia tidak lagi sungkan untuk melakukan segala kegiatan di rumah Cloudy.

Selesai menyiapkan makanan, Bee membantu Red menyiapkan peralatan medis berupa seperangkat jarum medis dengan benangnya serta peralatan potong lainnya, seperti gunting dan pisau bedah. Red membantu sang ayah mengeluarkan peluru dari paha kanannya, sedangkan Bee membantu membersihkan luka Cloudy dan mengobatinya.

Selanjutnya, Bee mengajak Cloudy dan Rich menuju ke meja makan untuk menikmati beberapa Burger dan kentang goreng. Senyum simpul menghiasi wajah Rich saat dia makan malam dengan Cloudy. Kebahagiaan terpancar dari wajah ketiganya saat menyantap hidangan sederhana itu.

"Em, enak sekali makanan ini, Bee." seru Cloudy sambil mengunyah Burger dan kentang goreng.

"Iya, Bee. Papa juga suka!" sambung Rich sambil menunjukkan jempol tangan kanannya.

"Ah, Papa dan tante bisa saja." jawab Bee dengan wajah yang memerah karena malu. "Oiya, aku mau bantuin Kakak dulu ya untuk membersihkan peralatan medis tadi. Nanti aku kembali lagi ya. Papa dan Tante silakan makan duluan, ya."

Bee berjalan menuju ruang cuci di samping kanan kamar mandi. Bee lalu membantu Red untuk membersihkan peralatan medis. Sewaktu keduanya mencuci gunting dan pinset, Red mendengar langkah kaki dari sejumlah orang yang berjalan mengendap-endap di samping rumah Cloudy.

Rupanya, para pembunuh bayaran itu mengikuti Rich ke rumah Cloudy. Dengan sigap, Red menarik tangan adiknya dan berlari menuju meja makan untuk melindungi orangtua mereka. Saat Red dan Bee baru sampai di depan kamar mandi, mereka melihat sebuah bom monotov melayang masuk ke dalam rumah melalui lubang pada jendela.

"Boom!"

Sofa serta meja tamu hancur berantakan terkena ledakan bom. Cloudy dan Rich berusaha menghindari rentetan peluru di balik kulkas dua pintu. Para pembunuh bayaran terus menerus menghujani semua orang di rumah Cloudy dengan peluru dari pistol otomatis berlaras panjang.

Red dan Bee berhenti sejenak di dalam kamar mandi sambil menyusun rencana untuk melarikan diri dari rumah Cloudy. Keputusannya, Bee bertugas mengalihkan perhatian para pembunuh bayaran ke halaman belakang, sedangkan Red bertugas membawa Cloudy dan Rich ke garasi lalu menggunakan mobil untuk menjemput Bee di halaman depan dan pergi dari rumah Cloudy.

"Kakak, aku tunggu di halaman depan ya!" teriak Bee sambil berlari menghindari peluru dari pistol para pembunuh.

"Hati-hati ya, Bee!" teriak Red sambil membawa Cloudy dan Rich menuju garasi.

Setibanya mereka di dalam mobil, Red langsung menyalakan mobil dan menginjak pedal gasnya. Mobil langsung meloncat ke luar garasi dari pintu yang lupa ditutup Red sewaktu mereka tiba di rumah tadi. Red segera mengarahkan mobil ke halaman depan untuk menjemput Bee.

Rentetan tembakan dari para pembunuh terus membuntuti Bee. Tidak satupun dari peluru itu mengenai tubuh Bee. Selain pandai menari, Bee juga dikenal sebagai atlet pemegang rekor dunia untuk cabang olah raga Atletik khususnya Lari Cepat 100 Meter Putri. Kemampuan menari dan berlari cepat membuat Bee dapat bergerak sangat lincah sewaktu menghindari proyektil peluru. Bee seolah terbang melayang saat melompati bebatuan besar di halaman belakang rumah Cloudy. Tubuhnya dapat memutar 360 derajat untuk menghindari proyektil peluru.

Begitu melihat sang kakak, Bee segera keluar dari balik batu besar dan melompat masuk ke dalam mobil melalui kaca belakang sebelah kiri yang sudah dibuka Red sejak dari garasi. Cloudy menangkap tubuh mungil Bee dan mobil SUV itu pun bergerak meninggalkan para pembunuh bayaran.

Pemimpin pembunuh bayaran yang bernama Jecko Jugac menjadi murka karena gagal membunuh Cloudy dan Rich. Jecko berteriak-teriak memaki anak buahnya sambil merusak sejumlah benda yang dilihatnya. Redius yang melihat Jecko dari kejauhan segera menghubunginya. Redius ingin menguji kejujuran Jecko terhadap tanggung jawab yang diberikannya.

"Halo, Jecko, bagaimana keadaan Cloudy dan Rich?" tanya Redius pada Jecko dari dalam mobilnya di kejauhan.

"Mereka lolos, Pak. Target dan Ibu Dubes berhasil melarikan diri. Namun, saya sudah mengerahkan anak buah untuk mengejar mereka." jelas Jecko sambil membungkuk-bungkukkan badan kekarnya.

"Kamu kembali ke hotel untuk rencana berikutnya. Pastikan tidak ada orang lain yang mengetahui keberadaan kalian. Lalu, kamu bakar saja rumah dan seisinya."

"Siap, Pak."

Jecko lalu menyuruh anak buahnya untuk membakar rumah Cloudy dan isinya. Jecko juga menyuruh anak buahnya untuk menembak para tetangga yang keluar rumah. Empat orang anak buah Jecko menyebar untuk menyiramkan bensin di bagian dalam dan luar rumah. Api segera menyala di rumah Cloudy.

Redius tersenyum licik saat dia melihat api mulai membesar melumat rumah Cloudy. Dia berpikir bahwa rencananya untuk mendapatkan kepercayaan lebih dari Polinus akan segera terwujud. Redius berharap bahwa Polinus akan menghadiahkan sejumlah daerah kekuasaan yang baru untuknya. Dengan daerah kekuasaan itu, Redius dapat mengumpulkan uang dari pungutan liar, retribusi ilegal, hingga penjualan narkotika dan perdagangan wanita.

Jecko dan anak buahnya pergi meninggalkan rumah Cloudy yang terbakar. Para tetangga memberanikan diri untuk keluar rumah dan menyemprotkan air dari sejumlah hidran di trotoar serta keran air di halaman rumah masing-masing. Tetangga juga menghubungi petugas dinas pemadam kebakaran untuk membantu menyemprotkan air supaya api tidak menjalar membakar seluruh permukiman warga. Tidak ada korban jiwa dalam peristiwa kebakaran pada malam itu.

Saat perjalanan kembali ke hotel, Jecko berkoordinasi dengan salah satu anak buahnya. Dia menyuruh sang anak buah untuk mengejar Rich dan membunuhnya. Jecko hanya menginginkan Cloudy dan Rich meninggal dunia tanpa memperdulikan cara membunuhnya. Jecko hanya menuruti perintah Redius supaya dia mendapatkan bonus uang dalam jumlah besar.

Sebenarnya, sudah sejak lama Cloudy ingin mengajak Rich dan kedua anaknya untuk mengunjungi sang kakak, Orez Blackey di Kota Kornmagasin, Provinsi Wirmalin, di wilayah barat Kerajaan Toucan. Cloudy ingin mengajak keluarga Rich untuk menikmati indahnya pemandangan alam di Kota Kornmagasin. Namun, kesempatan itu selalu hilang karena jadwal kerja keduanya selalu berseberangan sehingga tidak ada waktu luang untuk melakukannya.

Kota Kornmagasin terkenal sebagai sentral pertanian dan lumbung padi di Kerajaan Toucan. Raja Sennett II sengaja menugaskan para pemuda untuk mengubah wilayah barat yang gersang menjadi wilayah yang subur dan moderen.

Untuk itu, Raja Sennett II menunjuk Orez Blackey sebagai pemimpin projek kerajaan ini. Orez membawahi 1.000 orang pemuda terbaik di kerajaan Toucan. Seiring perjalanan waktu, Orez jatuh cinta pada seorang wanita lokal bernama Magdalena Simply. Setahun berpacaran, Orez dan Magdalena memutuskan untuk menikah di sebuah gereja tua. Dari pernikahan itu, Orez dikaruniai seorang anak perempuan yang bernama Enita Loadny.

"Red, tolong tekan angka dua di layar kendali mobil itu. Peta itu akan membawa kita menuju ke rumah kakakku di wilayah barat." seru Cloudy sambil menunjuk ke dasbor mobilnya.

"Baik, Tante." jawab Red.

"Clo, siapa sih mereka itu?! Mengapa mereka sangat menginginkan kematian kita?!" seru Rich dengan suara yang kesal.

"Entahlah, Rich. Sepertinya mereka adalah anak buah Redius Bluesky. Dia dan Polinus bekerja sama untuk mengadu domba Raja Rodic III dan Raja Sennett II."

"Jadi informasi itu benar. Polinus sungguh akan melakukan kudeta kepada Raja Rodic III."

Cloudy berhenti menjawab Rich karena dia dan Bee sudah tertidur di kursi belakang mobil. Mereka berdua sangat kelelahan usai menghadapi serangkaian peristiwa yang luar biasa. Selang beberapa menit, Rich juga tertidur di kursi depan mobil tepat di sebelah kiri Red.

Melihat semua penumpangnya tidur, Red lalu memutuskan untuk berhenti sejenak di sebuah stasiun pengisian bahan bakar minyak, Red berlari ke kamar mandi untuk membasuh wajah. Lalu, dia bergegas masuk ke minimarket untuk membayar bensin dan membeli segelas kopi serta makanan kecil lainnya.

Saat membuka dompet untuk membayar barang belanjaannya, Red melihat foto Girly yang tersenyum bahagia. Foto Girly seolah memberikan energi tambahan pada Red. Energi lain itu terasa hangat saat merasuki tubuh Red.

"Sayang, tetaplah bersamaku. Aku akan segera pulang untuk mencium keningmu." gumam Red dalam hati sambil meneruskan perjalanan menuju wilayah barat.

bersambung...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
  10. 10
  11. 11
  12. 12
Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun