"Aku ikut dong. Bosan di kampus. Sekalian aku ingin melihat kehebatan fakultasmu."
"Ayo, kebetulan ada sesuatu yang ingin aku diskusikan sama kamu."
Girly lalu menyambar lengan Red dan berjalan bersama meninggalkan pintu gerbang fakultas menuju perpustakaan di lantai 20. Selama dalam perjalanan, Girly melihat keanehan pada wajah Red. Hari itu, Wajah Red tampak bingung dan murung. Seolah pikirannya sedang menahan beban berat kehidupan. Lesung pipi yang biasanya terukir di wajah Red tidak tampak. Justru kerutan di dahinya yang mendominasi wajah tampan Red.
"Sayang." sapa Girly sambil menatap tajam ke wajah Red.
"Hah, iya iya, kenapa sayang?" sahut Red terkejut
"Kamu yakin tidak apa-apa? Em, dari tadi aku merasakan ada sesuatu yang kamu pikirkan."
"Ah, tidak ada rahasia kok. Aku baik-baik saja. Please, I'm fine, Girly."
"Baiklah kalau begitu. Aku hanya mengkhawatirkan kamu aja kok, sayangku."
Sesaat kemudian, keduanya sudah tiba di lantai 20. Saat pintu elevator terbuka, Bemore Rich sudah berdiri di depannya. Red terkejut melihat ayahnya berada di perpustakaan. Keduanya langsung berpandangan dan mereka saling menegur.
"Papa, apa yang Papa lakukan di sini?" sapa Red di sebelah Girly.
"Loh, kamu sama siapa ini?" jawab Rich sambil menunjuk ke arah Girly.