Segera setelah aku keluar, kucari warung terdekat sekitar sini untuk membeli nasi bungkus. Sayangnya tidak berhasil aku dapatkan. Maka, aku ambil saja uang sepuluh ribu rupiah yang tersisa di dompetku untuk membelikannya satu botol air mineral besar dan dua buah roti kemasan.
Setelah kembali kepada pria tadi, aku mulai mencoba untuk mencairkan kembali suasana dengan membuka percakapan.
"Kalau boleh tahu, apa Bapak sudah berkeluarga?"
"Belum saya mah, Dik. Masih bujang." Padahal aku sangat yakin usianya sekitar 50-an lebih.
"Terus kalau orang tua atau saudara?" lanjutku.
"Tinggal Bapak saya yang ada, Dek. Udah tua banget. Umurnya seratus tahunan lebih."
"Saudara, Pak? Adik atau Kakak?"
"Enggak ada, dik." Ia menggeleng pelan. Aku diam, ia pun diam.
Dadaku kini lagi-lagi bergemuruh hebat. Dengan berat aku kembali mengajukan pertanyaan.
"Bapak rencananya kalau sudah dikampung nanti mau kerja apa?"
"Apa aja, Dik. Nyangkul tanah orang atau apa pun lah. Daripada di sini, udah enggak kuat lagi."