Hingga pada akhirnya kuputuskan untuk bertanya kepada laki-laki malang ini.Â
"Memang Bapak dari mana asalnya?" tanyaku.
"Saya dari Tasik, dik." Maksudnya Tasikmalaya.
"Kalau begitu, kenapa Bapak bisa ada di tempat ini sekarang?"
"Saya mah memang begini hidupnya. Jalan-jalan aja setiap hari enggak ada tujuan.
"Pas lagi jalan tadi nyah, panas pisan, sakalian denger adzan langsung ke sini, untuk salat."
Karena sejak tadi aku belum mendengar ia meminta apa pun, maka aku langsung menembaknya dengan pertanyaan, "Emang ongkos pulang ke sana berapa, Pak?"
"Delapan puluh ribu, Dik".
"Apa selama ini Bapak pernah usaha ngumpulin uang buat ongkos pulang? Usaha apa saja gitu biar terkumpul".
Entah gerangan apa yang membuatku bertanya seperti itu, yang jelas aku hanya ingin memastikan lagi bahwa ia bukanlah seorang peminta-minta yang malas bekerja. Peminta-minta di sini maksudku adalah sebagai "profesi" kesehariannya tentu saja.
Pikirku, lagipula ia sendiri lah yang pertama kali membuka percakapan ini, maka tak salah apabila aku coba sedikit menanggapinya.