Meski di dunia ini manusia diperbolehkan dalam menikmati sesuatu yang hukumnya mubah, tetapi sebaiknya kita mesti terhindar dari perasaan terikat dan ketergantungan kepada sesuatu tersebut.
Jadi, kita sepantasnya melepaskan diri dari ketergantungan kepada apa pun yang mempengaruhi kondisi keimanan dan keistiqmahan kita dalam kebaikan. Sebagaimana firman Allah dalam surah ... ayat ... yang menyatakan bahwa harta dan anak anak kita bisa menjadi fitnah jika hal itu membuat kita melekat dan tergantung dengannya, sehingga kita berjarak dari Allah dan terhijab dari-Nya.
Sebaliknya, ketergantungan satu satunya yang sah dan diperbolehkan adalah ketergantungan kepada Allah saja. Sikap seperti memaksakan diri harus begini, harus begitu apalagi sampai menghalalkan segala cara merupakan cara berpikir melekat dan ketergantungan.
Level ketiga: Bersihnya diri dari ego sendiri
Perasaan-perasaan maupun sikap yang menganggap "Aku yang pintar", "Aku yang mengerti", "Aku yang hebat", "Aku yang bisa ini bisa itu", "Kenginanku ini", "Cita-citaku itu", termasuk cara pandang yang mengetengahkan ego dan cenderung meniadakan kuasa Allah hingga bersikap angkuh terhadap sesama manusia. Maka tak ayal, melepaskan diri dari ketergantungan di luar diri tersebut lebih mudah daripada terbebas dadi dari jerat ketergantungan pada ego kita sendiri. Di sinilah letak ujian kita dalam mencapai keikhlasan hakiki menuju level yang terakhir.
Level keempat: Bersihnya diri dari apa pun selain Allah saja
Seseorang yang sudah mampu berada di maqam keempat ini, jadilah Allah saja yang menjadi fokus perhatiannya. Maka dari itu, tak heran jika Rasulullah menyatakan bahwa perang terbesar dan terberat adalah perang melawan diri (nafsu negatif) kita sendiri.
Jika segala ujian, cobaan dan tantangan level tiga saja sudah mampu kita taklukkan, insya Allah masuk ke level empat ini pun segera akan kita dapatkan.
Ketersembunyian Ikhlas
Salah satu ciri atau karakter ikhlas itu tersembunyi di kedalaman hati seseorang, hanya Allah yang tahu ikhlas atau tidak, maka kita tidak bisa memberi label (judgement) orang tidak ikhlas atau sudah ikhlas.
Sebagaimana perkataan Imam Haris Al-Muhsibi, "Ikhlas adalah rahasia antara Allah dan hamba-Nya, tidak ada malaikat yang mengetahui dan mencatatnya, tidak ada syetan yang mengetahui dan merusaknya, dan tidak ada hawa nafsu yang mengetahui lalu membekokkannya."