Mohon tunggu...
Salwa Rahmalia
Salwa Rahmalia Mohon Tunggu... Mahasiswa - Mahasiswa

Hobi saya suka membaca

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Belajar Tak Perlu Mengenal Usia: Pentingnya Pendidikan Sepanjang Hayat

2 Januari 2025   15:55 Diperbarui: 2 Januari 2025   15:55 99
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi oleh artursafronovvvv dari Freepik (Sumber: www.freepik.com)

Setiap orang pasti setuju bahwa belajar adalah bagian dari hidup. Sejak kecil, kita belajar berbicara, berjalan, hingga mengenal dunia di sekitar kita. Namun, apakah belajar berhenti ketika kita selesai sekolah atau kuliah? Faktanya, belajar adalah proses yang tak pernah usai. Dalam setiap fase kehidupan, selalu ada perjalanan baru yang dapat kita temukan, baik dari pengalaman, orang-orang di sekitar, maupun teknologi yang terus berkembang.

Di era modern ini, konsep pendidikan sepanjang hayat menjadi semakin relevan. Dengan begitu banyak perubahan di dunia, kita dituntut untuk terus beradaptasi, belajar, dan bertumbuh. Tapi, apa sebenarnya pendidikan sepanjang hayat itu? Mengapa hal ini penting? Mari kita telusuri bersama dalam pembahasan berikut ini.

 Apa Itu Pendidikan Sepanjang Hayat?

Pendidikan sepanjang hayat (life long education) adalah proses pembelajaran yang berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat. Konsep ini menekankan bahwa belajar tidak hanya terbatas pada masa sekolah, tetapi mencangkup seluruh aspek kehidupan, baik formal, nonformal, maupun informal. Pendidikan sepanjang hayat bertujuan untuk memenuhi kebutuhan belajar individu secara berkelanjutan serta membantu manusia beradaptasi dengan perkembangan zaman.

Konsep ini bersifat universal, fleksibel, dan dinamis, yang berarti pendidikan dapat dilakukan di mana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja. Selain itu, pendidikan sepanjang hayat memadukan dimensi horizontal (ruang lingkup kehidupan) dan vertikal (tahapan pendidikan) untuk menciptakan masyarakat pembelajaran (learning society) dan mendukung pengembangan pribadi.

Pendidikan sepanjang hayat juga berbeda dengan belajar sepanjang hayat (life long learning). Pendidikan lebih menekankan faktor ekstrinsik seperti kebijakan dan organisasi, sedangkan belajar lebih bertumpu pada faktor intrinsik seperti motivasi dan kebutuhan belajar individu. Namun, keduanya saling melengkapi untuk menciptakan manusia yang berkualitas. Pendidikan sepanjang hayat tidak hanya mempersiapkan individu untuk meningkatkan pengetahuan, keterampilan, dan sikap, tetapi juga mendukung pengembangan masyarakat belajar yang adaptif dan inovatif. 

Tujuan Pendidikan Sepanjang Hayat

Pendidikan sepanjang hayat bertujuan untuk mengembangkan potensi kepribadian manusia sesuai dengan kodrat dan hakikatnya, yang mencakup optimalisasi seluruh aspek kepribadian yang terus berkembang secara dinamis sepanjang hayat. Menurut Suhartono (2008: 67), tujuan utama pendidikan sepanjang hayat adalah meningkatkan kualitas spiritual dan moral umat manusia serta masyarakatnya. Hal ini sangat relevan, karena pendidikan sekolah memiliki keterbatasan, sedangkan dinamika kehidupan masyarakat menuntut pembelajaran berkelanjutan. Selain itu, pendidikan sepanjang hayat membantu memanfaatkan sumber daya secara lebih efektif dan efisien, menjadikannya penting dalam kehidupan modern.

Pentingnya Pendidikan Sepanjang Hayat

Ilustrasi oleh stockking dari Freepik (Sumber: www.freepik.com)
Ilustrasi oleh stockking dari Freepik (Sumber: www.freepik.com)

Pentingnya pendidikan sepanjang hayat dapat ditinjau dari aspek ideologis, ekonomis, sosiologis, politis, teknologis, serta psikologis dan pedagogis.

1. Ideologis

Setiap manusia memiliki hak untuk mendapatkan pendidikan dan peningkatan pengetahuan serta keterampilan guna mengembangkan potensi diri. Adanya pendidikan sepanjang hayat memungkinkan seseorang untuk mengembangkan potensi diri sesuai dengan kebutuhan hidupnya.

2. Ekonomis

Pendidikan adalah cara yang efektif untuk keluar dari kemiskinan dan kebodohan. Melalui pendidikan seseorang dapat:

  • Meningkatkan produktivitas.
  • Mengelola sumber daya menjadi lebih baik.
  • Menciptakan lingkungan hidup yang sehat dan menyenangkan, serta;
  • Mendidik anak-anak dengan lebih baik.

3. Sosiologis

Banyak orang tua di negara berkembang, kurang menyadari pentingnya pendidikan, sehingga banyak anak-anak yang kurang mendapatkan pendidikan sekolah. Dengan demikian, pendidikan sepanjang hayat menjadi solusi untuk meningkatkan kesadaran ini, terutama bagi orang tua.

4. Politis

Di negara demokrasi hendaknya seluruh rakyat menyadari pentingnya hak dan memahami fungsi pemerintah. Oleh karena itu, pendidikan sepanjang hayat membantu masyarakat untuk memahami hak dan tanggung jawab sebagai warga negara dalam negara demokrasi.

5. Teknologis

Kemajuan teknologi menuntut individu untuk terus memperbarui pengetahuan dan keterampilannya, baik di negara maju maupun di negara berkembang.

6. Psikologis dan Pedagogis

Pesatnya perkembangan ilmu pengetahuan menyebabkan sekolah tidak dapat mengajarkan semua hal kepada peserta didik. Oleh karena itu, pendidikan sekolah harus mengajarkan bagaimana cara belajar, membangun motivasi belajar sepanjang hayat, dan memberikan keterampilan adaptasi yang tinggi.

Menurut Redja Mudyahardjo (2001), pendidikan sepanjang hayat itu penting, karena:

  • Keterbatasan pendidikan sekolah: Banyak lulusan sekolah yang tidak siap menghadapi dunia kerja, daya serap rata-rata lulusan sekolah masih terbilang rendah, karena tidak dapat belajar secara optimal.
  • Perubahan sosial: Globalisasi menuntut individu untuk terus belajar agar dapat menyesuaikan diri dengan perubahan.
  • Pendayagunaan sumber daya: Salah satu masalah pendidikan saat ini adalah kelangkaan sumber yang mendukung pelaksanaan pendidikan. Maka dari itu, optimalisasi sumber daya yang ada diperlukan untuk mendukung pendidikan.
  • Pendidikan luar sekolah: Pendidikan luar sekolah berkembang pesat dan memberikan manfaat yang besar bagi masyarakat.

Pendidikan sepanjang hayat menjadi solusi untuk mengatasi keterbatasan pendidikan formal sekaligus menghadapi tantangan global di berbagai aspek kehidupan.

Strategi Menjadi Pembelajar Sepanjang Hayat

Untuk menjadi pembelajar sepanjang hayat, ada beberapa teknik atau cara yang dapat dilakukan, antara lain:

1. Jadilah Aktif dalam Proses Pembelajaran

Berperan aktif dalam proses pembelajaran merupakan hal yang penting bagi seorang pembelajar sepanjang hayat. Hal ini tidak hanya sebatas mendengarkan atau membaca informasi, tetapi juga melibatkan pencarian informasi lebih mendalam, mengajukan pertanyaan, serta menganalisis secara mendalam tentang topik yang dipelajari.

2. Selalu Berpikir Kritis

Berikir kritis adalah kemampuan untuk mempertanyakan, mengevaluasi, dan mengambil kesimpulan berdasarkan bukti yang ada. Seorang pembelajar sepanjang hayat harus selalu berpikir kritis dalam mengevaluasi dan menginterpretasi informasi yang diperoleh. (Khoerunnisa & Grafiyana, 2020).

3. Membaca Buku

Membaca buku menjadi salah satu metode paling efektif untuk meningkatkan pengetahuan dan keterampilan. Seorang pembelajar sepanjang hayat perlu membiasakan diri untuk membaca secara rutin agar dapat memperoleh informasi baru sekaligus memperdalam pemahaman tentang topik yang dipelajari.

4. Mengikuti Kursus atau Pelatihan

Mengikuti kursus atau pelatihan yang sesuai dengan bidang yang ingin dipelajari merupakan cara yang efektif untuk mengasah keterampilan sekaligus mendapatkan wawasan baru. Tersedianya berbagai kursus online dan pelatihan di berbagai bidang memudahkan seseorang memilih sesuai dengan minat dan kebutuhannya.

5. Bergabung dengan Kelompok Belajar

Bergabung dalam kelompok belajar atau komunitas pembelajaran online dapat memberikan manfaat besar dalam proses belajar.Melalui kelompok belajar, seseorang dapat saling berbagi informasi, mendapatkan sudut pandang baru, dan berdiskusi tentang materi yang sedang dipelajari.

6. Menerapkan Ilmu yang Dipelajari

Mengaplikasikan ilmu yang telah dipelajari menjadi salah satu cara yang paling efektif untuk memperdalam pemahaman dan meningkatkan keterampilan. Seorang pembelajar sepanjang hayat sebaiknya berusaha mempraktikkan ilmu tersebut dalam kehidupan sehari-hari.

7. Evaluasi Diri Sendiri

Evaluasi diri sendiri merupakan cara untuk menilai kemajuan dalam pembelajaran serta mengevaluasi kekuatan dan kelemahan. Seorang pembelajar sepanjang hayat harus selalu mengevaluasi kemajuan dalam pembelajaran dan mengidentifikasi area yang perlu ditingkatkan (Harris & Orth, 2020).

Dengan mengikuti teknik-teknik tersebut, seseorang dapat menjadi pembelajar sepanjang hayat yang efektif dan produktif. Penting untuk diingat bahwa belajar adalah proses yang berkelanjutan dan terus berkembang, dan dengan mengikuti teknik ini, seseorang dapat meningkatkan kualitas pembelajaran dan mencapai tujuan pembelajaran yang diinginkan.

Implementasi Pendidikan Sepanjang Hayat Melalui Tri Pusat Pendidikan

Ilustrasi oleh our-team dari Freepik (Sumber: www.freepik.com)
Ilustrasi oleh our-team dari Freepik (Sumber: www.freepik.com)

Jenis-jenis lingkungan pendidikan dibagi menjadi tiga macam, yaitu lingkungan keluarga, lingkungan sekolah, dan lingkungan masyarakat. Ketiga jenis lingkungan tersebut disebut dengan Tri Pusat Pendidikan, hal ini memberikan pengaruh langsung terhadap implementasi kegiatan pendidikan sepanjang hayat. Lingkungan yang kodusif akan mendukung optimalisasi dimensi-dimensi pendidikan, sehingga meningkatkan kualitas aktivitas belajar masyarakat. Pada akhirnya memberikan dampak positif terhadap pemenuhan kebutuhan dan peningkatan kualitas hidup individu.

1. Lingkungan Keluarga

Keluarga merupakan lembaga pendidikan pertama dan utama bagi anak, dengan orang tua yang bertanggung jawab untuk memelihara, merawat, melindungi, dan mendidik agar anak tumbuh dengan baik. Fungsi pendidikan keluarga meliputi:

  • Memberikan pengalaman pertama pada masa kanak-kanak.
  • Menjamin kehidupan emosional anak agar sehat.
  • Menanamkan dasar-dasar pendidikan moral.
  • Mengajarkan dasar-dasar pendidikan sosial, serta;
  • Memberikan dasar pendidikan agama yang penting bagi perkembangan anak.

2. Lingkungan Sekolah

Sekolah merupakan lembaga yang dirancang untuk menyelenggarakan pendidikan, dengan tanggung jawab atas pendidikan anak selama mereka belajar di sana. Fungsi sekolah dalam pendidikan antara lain:

  • Membantu orang tua menanamkan kebiasaan baik dan budi pekerti pada anak.
  • Memberikan pendidikan yang mendukung kehidupan masyarakat yang sulit diajarkan di rumah.
  • Melatih anak-anak untuk memperoleh keterampilan seperti membaca, menulis, berhitung, menggambar, serta ilmu pengetahuan yang mengembangkan kecerdasan.
  • Mengajarkan etika, keagamaan, estetika, serta prinsip benar dan salah.

Beberapa alternatif yang bisa dilakukan untuk mendukung kebijakan nasional di sekolah, yaitu pengajaran yang mendidik, peningkatan pelaksanaan program bimbingan dan penyuluhan, pengembangan perpustakaan sebagai pusat sumber belajar, serta peningkatan pengelolaan sekolah.

3. Lingkungan Masyarakat

Hubungan antara masyarakat dan pendidikan dapat dilihat dari tiga aspek utama, yaitu:

  • Masyarakat sebagai penyelenggara pendidikan, baik melalui lembaga formal maupun nonformal.
  • Lembaga atau kelompok sosial, yang berperan dalam memberikan fungsi edukatif baik secara langsung maupun tidak langsung.
  • Sumber belajar di masyarakat, beragam sumber belajar tersedia di masyarakat, baik yang dirancang khusus maupun yang dimanfaatkan secara ilmiah.

Fungsi masyarakat sebagai pusat pendidikan bergantung pada taraf perkembangannya dan sumber-sumber belajar yang dimilikinya. Di Indonesia, masyarakat dibagi menjadi lima tipe sosial-budaya, yaitu:

  • Tipe masyarakat sistem berkebun sederhana, mengandalkan berburu dan belum mempunyai kebiasaan menanam padi.
  • Tipe masyarakat pedesaan berasarkan sistem ladang dengan tanaman pokok yaitu padi.
  • Tipe masyarakat pedesaan berdasarkan sistem sawah dengan tanaman padi yang menjadi tanaman pokok untuk bercocok tanam di sawah.
  • Tipe masyarakat pedesaan berkembang, yaitu memanfaatkan sawah lebih intensif.
  • Tipe masyarakat perkotaan, berpusat pada pemerintah, sektor perdagangan, dan industri yang belum kuat.

Terdapat lembaga kemasyarakatan dan atau kelompok sosial yang memiliki peran dan fungsi edukatif yang besar, seperti:

 a. Kelompok sebaya

Terdiri dari individu dengan usia yang sama, misalnya kelompok bermain, kelompok monoseksual, dan gang. Fungsi edukatifnya, yaitu: 

  • Mengajarkan hubungan sosial.
  • Memperkenalkan kehidupan masyarakat luas.
  • Menguatkan nilai-nilai masyarakat.
  • Memberikan cara membebaskan diri dari pengaruh otoritas.
  • Menyediakan pengetahuan tambahan (gaya bepakaian, musik, dll).
  • Memberikan pengalaman hubungan berdasarkan persamaan hak, serta;
  • Memperluas cakrawala pengalaman.

b. Organisasi Keagamaan

Organisasi keagamaan, berperan penting dalam pelestarian keyakinan agama melalui pendidikan, seperti mengajarkan keyakinan dan praktik agama dengan pengalaman menyenangkan, mengajarkan prinsip moral sesuai ajaran agama, dan memberikan model untuk pengembangan watak.

Dengan demikian, masyarakat menjadi elemen penting dalam proses pendidikan melalui interaksi sosial, lembaga, dan sumber daya yang dimilikinya.

Pengaruh Timbal Balik Antara Tri Pusat Pendidikan Terhadap Perkembangan Peserta Didik

Perkembangan peserta didik dipengaruhi oleh faktor hereditas, lingkungan, proses perkembangan, dan anugerah. Dalam hal lingkungan, peran tri pusat pendidikan (keluarga, sekolah, dan masyarakat) sangat menentukan, baik secara terpisah maupun bersama-sama. 

Pendidikan dianggap sebagai suatu sistem terpadu yang mencangkup semua sektor pendidikan. Sistem ini harus sesuai dengan kebutuhan masyarakat. Apabila sebagian besar masyarakat suatu bangsa masih banyak yang buta huruf, maka upaya pemberantasan buta huruf di kalangan orang dewasa mendapat prioritas dalam sistem pendidikan sepanjang hayat. 

Pendidikan bukan hanya berlangsung di sekolah, tetapi dimulai setelah anak lahir dan akan berlangsung sampai manusia meninggal dunia. Oleh karena itu, proses pendidikan akan berlangsung dalam keluarga, sekolah dan masyarakat.

1. Keluarga

Keluarga adalah lingkungan pertama dan utama dalam perkembangan individu, dan menjadi dasar pembentukan kepribadian anak. Pendidikan dalam keluarga diperoleh melalui interaksi orang tua dengan anaknya, di mana orang tua menunjukkan sikap dan perilaku tertentu yang mendidik sebagai perwujudan pendidikan terhadap anaknya.

2. Sekolah

Sekolah menjadi tempat sosial kedua setelah keluarga, dan berperan sebagai lembaga formal yang mengajarkan kehidupan nyata sesuai dengan perkembangan budaya masyarakat. Dalam masyarakat modern, sekolah menjadi kebutuhan karena keluarga saja tidak mampu memenuhi tuntutan perkembangan anak. Sekolah memberikan pendidikan moral, agama, sains, teknologi, dan kecakapan khusus yang relevan dengan dunia kerja.

3. Masyarakat

Pendidikan masyarakat dilakukan di luar lingkungan keluarga dan sekolah, menekankan pengetahuan dan keterampilan praktis untuk kehidupan bermasyarakat.  Menurut Phillip H. Coombs (Uyoh Sadulloh, 1994: 65, dalam Sudrajat, 2008) bentuk pendidikan di masyarakat meliputi:

  • Program persamaan bagi mereka yang tidak bersekolah atau putus sekolah.
  • Program pemberantasan buta huruf.
  • Penitipan bayi dan anak prasekolah.
  • Kelompok pemuda tani.
  • Perkumpulan olahraga dan rekreasi, serta;
  • Kursus keterampilan.

Berdasarkan uraian di atas, dapat dikemukakan bahwa setiap pusat pendidikan dapat berpeluang memberikan kontribusi besar dalam ketiga kegiatan pendidikan, sehingga dapat memengaruhi perkembangan peserta didik. Ketiga kegiatan pendidikan tersebut, yaitu:

  • Pembimbingan dalam upaya pemantapan pribadi yang berbudaya.
  • Pengajaran dalam upaya penguasaan pengetahuan.
  • Pelatihan dalam upaya pemahiran keterampilan.

Dengan saling melengkapi, tri pusat pendidikan memengaruhi perkembangan peserta didik secara holistik, membentuk individu yang siap menghadapi kehidupan di berbagai aspek.

Kesimpulan

Pendidikan sepanjang hayat menegaskan bahwa proses belajar tidak mengenal batasan usia dan berlangsung sejak lahir hingga akhir hayat. Konsep ini mencangkup pendidikan formal, nonformal, dan informal yang bertujuan mengembangkan potensi individu secara holistik, baik dalam aspek spiritual, moral, intelektual, sosial, maupun keterampilan. Pentingnya pendidikan sepanjang hayat terletak pada kemampuannya untuk meningkatkan kualitas hidup, mendukung adaptasi terhadap perubahan zaman, serta menghadirkan solusi atas keterbatasan pendidikan formal.

Dengan mengoptimalkan peran keluarga, sekolah, dan masyarakat sebagai tri pusat pendidikan, pendidikan sepanjang hayat tidak hanya membentuk individu yang berpengetahuan, kompeten, dan inovatif, tetapi juga menciptakan masyarakat pembelajaran yang aktif dan produktif. Melalui pendekatan ini setiap individu memiliki kesempatan untuk terus belajar dan berkembang tanpa mengenal usia.

Daftar Pustaka

Isa, Abdul Hamid & Yakob Napu. 2020. Pendidikan Sepanjang Hayat. Gorontalo: Ideas Publishing.

Sariani, Novita, dkk. 2023. Pendidikan Sepanjang Hayat. Padang: PT Global Eksekutif Teknologi.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun