"Kenapa datang terlambat? Itu makanan kalian!" ujar Ibu Gusti sambil menunjuk ke arah tiga kursi kosong.
Kay menatap nasi dengan lauk ayam goreng. Air liurnya seakan menetes deras. Bagi mereka, makan ayam goreng sudah sangat istimewa.
Kay dan Muh biasa makan dengan tempe goreng dan sayur bening. Jatah makan sehari mereka hanya Rp.25.000,- saja, karena sang bunda, hanya kuli cuci dengan gaji Rp.500.000,- sebulan.
Kay masih kelas empat, sedangkan Muh, belum sekolah. Mereka hidup sangat prihatin, setelah kematian sang ayah karena kecelakaan.
"Ayuk makan, jangan diliatin saja!" ujar Ibu Gusti ramah.
Tiba-tiba sang Bunda ijin ke toilet bersama Muh. Kay melahap dengan nikmat makanan di hadapannya.
Setelah selesai makan, dia baru menyadari adik dan ibunya masih belum kembali. Kay pamit untuk menjenguk ke toilet.
Dilihatnya sang Bunda duduk bersandar di kursi, dan Muh tidak ada di sana.
"Bun ...?" sapa Kay pelan.
"Eh, kenapa ke sini?" tanya Bunda heran, "Adikmu bolak-balik toilet terus! Kamu di sana aja, tungguin!" perintah sang Bunda cepat.
"Baik, Bun!" sahut Kay gegas meninggalkan Bundanya.