Samar-samar, aku mendengar suara laki-laki itu, suamimu yang berteriak hingga suaranya menembus kamarmu, menembus pendengaranku.Â
"Jadi perempuan tidak becus! Kerja kamu itu enak loh, saya sudah kasih uang dan kamu gak usah kerja, cukup di rumah aja, jadi pelayan saya!" Suaranya menggema hingga mengisi tiap ruang yang ada di rumah itu.Â
Suara pukulan terhadap sesuatu terdengar lagi.Â
Lalu, suara tangismu.
Lalu, permohonan ampun dan rintihan kesakitan dari bibirmu yang gemetar.Â
"Paham kamu?" Laki-laki itu bertanya padamu.Â
Anggukanmu menghentikan segala penderitaan yang menyiksamu malam itu. Kamu muncul di depan pintu kamarmu dengan langkah terseok-seok dan ujung mata yang tampak membiru.Â
Tubuh ringkihmu yang terluka terduduk di hadapanku.Â
Pandanganmu menatap lurus refleksi dirimu yang memantul dari cermin di hadapanmu.Â
"Aku tidak butuh uang..." Lirihmu.Â
"Aku tidak sudi," kamu berbisik lagi.Â