SUNNI DAN SYIAH DI INDONESIA
Di Indonesia sendiri banyak sekali para ulama’ yang berpendapat bahwasannya sunni merupakan penerus nabi yang dapat dipilih dari consensus{suatu perkumpulan unuk bisa menghasilkan kesepakatan yang dapat disetujui secara Bersama sama antara kelompok atau individu yang mana sebelumnya sudah terjadi perdebatan dan penelitia }.sedangkan syiah sendiri merupakan qaum yang meyakini bahwasannya mereka merupakan keturunan nabi Muhammad SAW yang mana mereka juga percaya bahwasannya mereka pantas menjadi khalifah.
Indonesia merupakan negara yang penduduk muslimnya terbesar,meskipun masih banyak juga diindonesia negara yang penduduknya bukan negara muslim,islam terbagi menjadi 2 arus yang paling utama yakni sunni dan syiah ,kelompok sunni merupakan kelompok umat islam atau agama islam yang mengikuti sunnah dan berjamaah ,sehingga dalam hal ini kelompok sunni disebut juga ahlussunnah wal jamaah ,ahlussunnah wal jamaah adalah seseorang yang senantiasa tegak atau taat diatas agama islam berdasarkan al-qur’an dan hadist hadist yang shahih menuurt pemahaman para sahabat,tabi’in,dan tabiat.sekian banyaknya orang orang islam diindonesia ini,sekitar 90% umat muslim merupakan sunni atau ahlussunnah wal jamaah,sementara syiah sendiri suatu kelompok umat islam yang mana mereka memiliki aliran radikal dan mengganggap Ali bin Abi Thalib as yang setingkat atau bahkan lebih tinggi dari Nabi Muhammad SAW.kelompok kelompok islam ini seperti yang dijelaskan oleh Abdul Kadir Ahmad yaitu sebagai berikut:
“islam itu pada dasarnya menurut Abdul Kadir Aahmad ada dua aliran atau madhab diantara yang dua tersebut adalah sunni dan syiah ,dua aliran atau madhab ini ada dinegara Indonesia,tetapi pengikut syiah ini diindonesia tidak sebanyak pengikut sunni,tetapi syiah dizaman Sekaran sudah mulai berkembang dan sudah mulai banyak penganutnya”
Penduduk dinegara Indonesia ini kira kira sekitar 95% menganu aliran sunni,karena rata rata diindonesia sendiri lebih banyak yang menganut ahlussunnah waljamaaah atau disebut juga NU dan juga menganut aliran Muhammadiyah,tetapi yang dominan ada;aha penganut ahlussunnah walm jamaah sampai sampai ahlussunnah wal jamaah atau NU ini disebut tradisional dikarenakan berdirinya ini juga sudah lama sekali dan juga penganutnya dari nenek moyang lebih dominan di NU atau ahlussunnah wal jamaah.
Syiah sesungguhnya lahir dan berkembang dari rahim Islam yang berkaitan langsung dengan masalah kepemimpinan umat Islam. Syiah adalah potret kecintaan terhadap Ahlul Bait (keluarga Nabi) yang terpresentasikan pada sosok Ali setelah wafatnya Nabi Muhammad. Ali menjadi bagian dari keluarga besar Nabi, karena ia adalah anak dari paman Nabi, Abu Thalib. Tidak heran bila mencintai ahlul bait adalah termasuk bagian dari ajaran Islam, yang tidak hanya dipegang kuat oleh kalangan Syiah saja, tapi juga dari kalangan Sunni. Kelahiran Syiah bisa dipahami sebagai cikal bakal munculnya aliran teologi dalam Islam yang berpengaruh langsung terhadap masalah kepemimpinan umat Islam. Kalangan Syiah berpandangan bahwa kekhalifahan imamahnya berdasarkan pada pengangkatan, baik secara terbuka maupun tertutup. Mereka juga berpendirian bahwa imamah, sepeninggal Ali, hanyalah berada di tangan keluarga Ali. Bagi mereka, imamah bukanlah perkara sipil yang disahkan melalui kehendak rakyat, melainkan merupakan suatu perkara yang sangat fundamental dalam unsur agama yang pokok
Sunni dan syiah ini banyak berkembang diseluruh dunia termasuk juga Indonesia .sunni diindonesia sendiri terbagi menjadi 2 kelompok yaitu NU(Nadhlatul Ulama’) dan Muhammadiyah ,Nadhlatul Ulama’ ini merupakan Sebagian terbesar umat islam sunni yang mana mereka memiliki karakter tradisional dengan para figyr figure ulama’ otodidak (Kyai),NU sendiri memiliki sekolah tradisional berupa adanya pesantren,pesantren sendiri sebagai alat kaderisasi dan sosialisasi ajaran ajaran agama islam .sementara untuk Muhammadiyah sendiri mewakili umat islam sunni yang modern,anti bid’ah,tahyul,dak khufarat,dan dengan perwakilan Muhammadiyah yang menganut aliran sunni modern Muhammadiyah memiliki sekolaha modern seperti madrasah atau sekolah islam yang modern dan berbasis Muhammadiyah.
Diatas dijelaskan bahwasannya Muhammadiyah mewakili sunni yang modern,anti bid’ah,tahayul dana khufarat ,jadi begini untuk pemaparan Muhammadiyah yang seperti tadi bukan berarti warga Nadhlatul Ulama’ atau NU menerima hal tersebut,Nadhlatul Ulama’ kan termasuk ahlussunnah wal jamaah bedanya itu begini,bagi umat Muhammadiyah contoh percaya pada Ghaib itu bukan dengan berdoa dimakam makam sedangkan NU sendiri percaya bahwasannya kekuatan ghaib itu memang ada,berdo’a dimakam bukan hanya berdoa kepada orang yang sudah meninggal tetapi berdoanya tetap kepada Allah,dan di NU sendiri mendoakan orang yang sudah meninggaltersebut dengan cara tahlilan dirumah bukan di makam
Perbedaan islam sunni dan syiah
1.Hubungan: islam sunni sebagai penganut agama islam pertama dinegara Indonesia dan memiliki penganut terbanyak,prnganut islam sunni percaya bahwasannya islam syiah menyimpang dari apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW,dan sebaliknya penganut islam syiah mengganggap bahwasannya merekalah yang benar dak sunni salah.
2.perbedaan otoritas agama dan kepemimpinan :dalam hal ini penganut islam sunni meyakini bahwasannya penerus Nabi Muhammad SAW adalah sahabat terdekat nabi yaitu Abu Bakar AS-Siddiq,sedangkan islam syiah sendiri meyakini bahwasannya penerus Nabi Muhammad SAW adalah sepupu dan menantu nabi yaitu Khalifah Ali bin Abi Thalib,penganut syiah sendiri tidak mengakui adanya Abu Bakar,Umar,Utsman sebagai Khalifah Nabi.
3.islam sunni teladan Nabi sedangkan syiah garis keturunan Nabi,dalam hal ini islam sunni focus pada teladan dan tradisi Nabi Muhammad,sedangkan islam syiah berfokus pada keturunan Nabi Muhammad SAW melalui serangkai an imam.
4.madhzab : islam sunni terdiri dari 4 madhazb yaitu Imam Syafi’I,Imam Hanbali,Imam Maliki,Imam Hanafi , sedangkan islam syiah terdiri dari 3 madhab yaitu Ismail Isma,Jafri , dan juga saydiyah.
5. negara Basis
6. peberian status :islam syiah memberi status tinggi kepada seseorang ang hanya diberikan kepada nabi dan orang syiah ini mengganggap bahwasannya ulama’ adalah orang suci,sedangkan orang sunni tidak
7 . penekanan islam sunni menekankan kekuasaan allah dalam ranah publik dan politik serta bagaimana seseorang dapat menjalankan kehidupan saat ini, sedangkan islam syiah menghargai kesyahidan peengorbanan menuju dunia akhirat.
Asal usul sunni
Didalam sejarah istilah ahlussunnah wal jamaah atau NU pada masa kekuasaan dinasti abbasiyah dibawah pimpinan Abu Jafar Al Mansur ,dan harun al rasyid,dalam perkembagannya madhzab ahlusunnah wal jamaah atau NU terjadi menjadi dua golongan,yang pertama yaitu salafiyah dan yang kedua khalaf.golongan pertama yaitu golongan salafiyah menolak rasionalisme dan yang kedua yaitu khalaf menerima ta’wil dan toleran terhadap sufi serta tidak alergi terhadap filsafat.
Konsep politik sunni seorang sejarah berpendapat bahwa konsepsi politik aahlussunnah wal jamaah dapat dihubungkan dengan seseorang atau orang orang islam yang mana mereka menerima kepemimpinan Muawiyah bin Abi Sufyan dan serangkaian khalifah setelahnya.konsepsi politik sunni sendiri adalah kekuasaan setelah Rasulullah SAW.dalam bentuk kepemimpinan ini ada 5 macam kepemimpinan ,yang pertama baiat yang dilakukan disaqifah didalam pemilihan abu bakar sebagai khalifah pertama setelah wafatnya Rasulullah SAW,kedua yaitu taa’yin yang dilakukan oleh Abu Bakar kepada Umar bin Khattab sebagai khalifah kedua melalui surat wasiat yang ditulis oleh Utsman Bin Affan,ketiga ahl al-hall wa al ‘aqd hal ini terjadi Ketika pemilihan kepemimpinan khalifah ketiga yaitu utsman bin affan ,keempat aklamasi pemilihan ini terjagi secara terbuka dalam pemilihan ali bin abi thalib,kelima tahkim atay syura yang dilakukan dalam pemilihan muawiyah bin abu Sufyan,meskipun dalam hal ini pihak muawiyah melakukan Tindakan amoral dan membuat umat islam terpecah dalam fiqih.
Sejarah menceritakan pasca wafatnya Ali bin Abi Thalib ra, tampuk kekuasaan Islam berubah menjadi monari heredetis yang ditampilkan Dinasti Umayyah dan Abasyiah serta dinasti lainnya. Bahkan, istilah pemimpin dan dan jabatan berubah mulai dari khalifah, Amirul mukminin sulthan dan malik.
Dalam sejarah, suni memiliki dua bentuk yaitu suni dan kerajaan. Mereka, sahabat yang empat yang memipin umat islam mreka semua di sebut khalifah dengan pemerintahan dan dibantu para penasehat dan gubernur pada setiap sejarah.
Periode klasik islam penguasa disebut Amirul mukminin untuk penguasa Umayyah dan khalifah untuk penguasa Abbasyiah. Pertengahan islam, gelar untuk penguasa menjadi sulthan seperti pada Dinasti Turki Utsmaniyyah dan Mughal dengan pemerintahan berbentuk kerajaan. Stelah sampai pada khalifah yang empat, njabatan kekuasaan diwariskan turun temurun.
Tidak dipungkiri konsepsi pemikiran polintik Sunni tidak dirumuskan sejak awal.
Akan tetapi secara praktik telah dijalankan dan terlihat dinamis dalam sejarah.
Berkaitan dengan konsepsi politik Sunni, ada satu hadist yang secara tidak langsung bisa dijadikan pedoman bahwah “Peganglah sunnahku dan khulafu rasyidun yang mendapat petunjuk”. Ada yang menyatakn Abu Bakar, Umar, Ustman dan Ali.
Satu qil ada yang mengatakn bahwasanya menambahkam Al Hasan bin Ali dan Umar bin Abdul Aziz.
Jika kiita lihat dari sejak wafatnya Rasuallah SAW sampai pemerintahan Turki Ustmani ternyata jumlahnya lebih banyak. Hal ini tidak sesuai dengan salah hadist yang menyebutkan du belas khalifah islam setelah wafatnya Rasulallah SAW yang berasal dari Quraisy. Namun, sejarah membuktikan para pemimpin dari dinasti dinasti Islam yang berkuasa tidak semuanya berasal dari Quraisy. Bahkan dinasti lhaniyah sdan Timuriyah berasal dari keturunan Mongol.
Sejarah mencatat diketahui bahwa pemikiran politik Sunni berupa teori dari ulama baru muncul akhir periode klasik. Salah satunya dari Abu Hamid Al-Ghazali (wafat 1111 M.) Kita sebagai umat Islam wajib mengangkat seorang kepala negara untuk melindungi kepentingan umat dan membantu dalam urusan dunia dan akhirat. Kepala negara yang diangkat harus didasarkan pada: akil baligh, sehat jiwa dan jasmani, merdeka, laki laki keturunan Quraisy, memiliki kekuasaan yang nyata, meiliki hidayah, memiliki pengetahuan dan bersikap wara (berhati hati).
Asal Usul Syiah
Ada tiga pendapat lahirnya Syiah. Pertama, bahwa istilah syiah sudah diletakkan oleh Rasulallah SAW kepada Ali bin Abi Thali bra dan Pengikutnya. Dalam kitab Tafsir Al Dur al Mantsur meriwayatkan dari Ibnu ‘Asakir kemudian dari Jabir bin Abdullah bahwa Kami sedang Bersama Nabi Muhammad saw. Tidak lama kemudian Ali datang. Lalu Nabi Muhammad saw bersabda, “Demi jiwaku yang berada digenggam-Nya, sesungguhnya ini (Ali) dan syiahnya benar-benar orang yang menang dihari kiamat.” Ibn Abbas berkata “Ketika turun ayat, sesungguhnya orang yang beriman dan beramal saleh, mereka itulah sebaik-baik manusia; Rasulollah saw berkata pada Ali: Mereka adalah engkau dan Syiahmu.”
Kalau dilacak ternyata hadist yang berkaitan dengan Syiah Ali ini semua jumlahnya ada 15 riwayat. Dalam Al-Qur’an, istilah Syiah digunakan pada 12 tempat seperti dalam ayat “… dan sesungguhnya Ibrahim itu benar-benar termasuk golongannya (syiatihi)” (QS Ash- Shaffaf ayat 83 dan “… kemudian pasti akan kami Tarik dari setiap golongan (syiah) siapa di antara mereka yang sangat durhaka kepada Tuhan Yang Maha Pemurah” (QS Maryam ayat 69).
Kedua, Syiah diletakkan pada orang-orang islam yang tidak membaiat Abu Bakar Ketika peristiwa Saqifah karena meyakkini Ali sebagai Washi. Diketahui tidak semua umat islam setuju dengan terpilihnya Abu Bakar sebagai pemimpin. Setelah penguburan Nabi, sayyidah Fatimah tidak memberikan baiat kepada Abu Bakar selama enam bulan. Termasuk suaminya sayyidina Ali beserta cucu Rasulallah saw. Selepas Fathimah wafat, baru stelahnya sayyidan Ali memberikan baiat kepada Abu Bakar.
Setelah melaksanakan haji terakhir (hajj al wada’) Nabi Muhammad saw pergi meninggalkan Makkah menunju Madinah Bersama 120 ribu umat islam dan berdiam pada satu tempat Bernama Ghadir Khum. Ditempat tersebut Rasulallah saw berkhutbah dan ditengah berkhutbah menggandeng tangan Ali bin Abi Thalib ra kemudian berkata: Barang siapa mengangkatku sebagai Maula maka Ali adalah maulanya pula (ia mengulang sampai tiga kali). Ya, Alloh Cintailah orang yang mencintainya dan musuhilah orang yang memusuhinya. Bantulah orang-orang yang membantunya. Selamatkanlah orang orang yang menyelamatkannya dan jagalah kebenaran dalam dirinya kemana pun ia berpaling (jadikan ia pusat kebenaran).
Ketiga, syiah diletakkan pada umat islama yang setia Bersama Ali setelah peristiwa tahkim (perundingan) yang mengakhiri perang shiffin. Dalam perang antara pasukan Mu’awiyyah bin Abu Sofyan melawan pasukan Khalifah Ali bin Abi Thalib, Karena Terdesak Pihak Mua’awiyyah mengajukan perundingan dengan mengacungkan Mushaf Al-Qur’an diatas tombak. Atas desakan, Ali meminta Mali Asytar selaku komandan agar menghentikan serangan. Masing-masing pihak sepakat untuk mengirimkan perwakilan dalam menyelesaikan peperangan. Ali memilih Malik Asytar, tetapi Sebagian orang berasal dari Arab Badawi menolak dan menyarankan Abu Musa Al Asyari sebagai wakilnya . sedangkan Muawiyyah mengutus Amr bin Ash sebagai wakilnya. Keduanya melakukan perundingan di daumah al jandal,Azruh dengan waktu sekitar enam bulan (Shafar-Ramadhan 37H).
Keduanya sepakat untuk menurunkan jabatan kedua pemimpin kemudian memilih khalifah baru memulai musywarah. Abu musa menjadi orang pertama yan naik ke mimbar dan menurunkan Ali dari tampuk Khalifah.
Peristiwa itu membuat kecewa Sebagian pengikut Khalifah Ali bin Abi Thalib. Mereka meminta khalifah Ali untuk membatalkannya. Saran mereka ditolaknya karena peristiwa sudah terjadi. Akibat tidak ditanggapi, mereka memisahkan diri dan membentuk kelompok sendiri yang disebut Khawarij. Sedangkan orang-orang islam yang masih setia dengan Ali disebut Syiah Ali.
Dalam sejarah, Ali ini mengalami perkembangan dan terbagi dalam golongan-golongan yang satu sama lain memiliki perbedaan dakam kemimpinan. Ada madzhab syiah yang masih dalam ajaran islam dan ada pula yang dianggap menyimpang. Syiah yang termasuk dalam agama islam, menurut allamah muhammah husein thabathabai, adalah Imamiyah (Itsna Asyariyah), zaidiyah, dan Ismailiyah. Sedangkan yang menyimpang adalah Rafidhah, Ghulat dan Alawi.
Konsepsi Politik Syiah
Menurut Jalaluddin Rakhmat, syiah dalam struktur politik didasarkan pada ayat Al Qur’an bahwa wilayah (kekuasaan) adalah hak Alloh, hak Rasulallah saw, dan hak orang-orang beriman. Hal ini tertuang dalam Al-Qur’an, “sesungguhnya penolong kamu hanyalah Allah, Rasul-Nya, dan orang-orang yang beriman, yang mendirikan shalat dan mendirikan shalat dan menunaikan zakat, seraya mereka tunduk(kepada Allah)” (Qs al Ma’idah ayat 5 : 55). Jadi, kemimpiman Allah, Rasul-Nya dan orang-orang yang beriman sebenarnya satu garis dan bersambung, yaitu mulai dari Allah sampai kepada Rasulallah saw kemudian orang-orang beriman dari keturunan Rasulallah saw (para imam dari Ahlulbait).
Kaum syiah meyakini konsepsi politik berasal bagian dari ushuluddin, khusunya rukun imamah. Para ulama’ syiah berdasarkan ajaran islam memahami bahwa allah selaku pemegang otoritas tertinggi dalam agama islam memilih utusan-Nya yang terpilih, nabi Muhammad saw, untuk membawa risalah islam dan menyebarkannya ke seluruh umat manusia. Seirinkg dengan wafatnya Rasulallah saw maka agama islam menjadi penutup hingga kiamat.meski pembawa ajaran agama islam tidak ada, tetapi risalah Ilahi berupa ajaran agama islam tidak berakhir karena penyebaran dan bimbingan dalam agama dilanjutkan para imam pilihan Rasulalloh saw dari Ahlulbait.
Para Imam diyakini sebagai orang suci (ma’shum) yang derajatnya di bawah Nabi. Imam menjadi penerus risalah Rasulullah SAW dalam menjelaskan agama kepada umat Islam karena berkedudukan sebagai washi. Para Imam Syiah diyakini telah ditentukan oleh Rasulullah saw berdasarkan nash, dari Ali bin Abi Thalib yang bersambung kepada Al-Mahdi Dengan merujuk pada surah Al-Baqarah ayat 124 bahwa para Imam Syiah merupakan seseorang yang berasal dari geneologi Nabi Ibrahim as melalui jalur Nabi Muhammad saw turun kepada keturunan Fathimah az-Zahra.
Imam kesebelas, Hasan Askari memiliki putra yang bernama Muhammad yang disebut Imam Mahdi Al-Muntazhar. Ketika imam al-mahdi wafat , Al-Mahdi yang menjadi imam zaman hingga menjelang Kiamat. Setelah penguburan imam al-mahdi disebutkan Al-Mahdi menghilang sementara (ghaib). Saat ghaib ini Imam Mahdi hanya bisa ditemui oleh empat orang wakilnya (Abu Amr Ustman, Abu Ja’far Muhammad, Abu al-Qasim al-Husain, dan Al-Hasan Ali) yang kemudian dijadikan rujukan oleh kaum Muslim Syiah.
Setelah empat wakilnya wafat, tidak ada yang dijadikan sandaran dalam urusan agama Islam. Sesuai dengan wasiat Imam Mahdi bahwa umat Islam (Syiah) dipersilakan untuk merujuk kepada orang berilmu yang mendalam dalam ilmu agama dan mengetahui masalah yang berkaitan dengan zaman. Dalam mazhab Syiah, orang yang mendalam dalam ilmu-ilmu Islam adalah ulama (mujtahid) yang disebut marja’ taqlid. Tidak semua orang bisa menduduki posisi ini. Hanya ulama yang termasuk mujtahid yang berhak dirujuk, diminta pendapat, dan dijadikan pembimbing oleh umat Islam. Bahkan harus melalui rangkaian pendidikan ulama yang berjenjang di Irak, Lebanon, Suriah, dan Iran.
Rukum iman dan rukun islam kaum sunni dan syiah
Kaum syiah menyebut rukun islam dengan istilah furu’ad-din dan rukun iman menurut kaum syiah menyebutnya dengan istilah ushul ad-din. Kaum Sunni menyebut rukun iman dengan arkanul iman dan arkanul Islam untuk rukun Islam. Antara Sunni dan Syiah, yang berbeda hanya istilah dengan makna yang sama.
Keimanan kepada Allah dalam mazhab 2 kaum , dalam mazhab Syiah disebut attauhid. Iman kepada nabi, rasul, kitab, dan malaikat disebut nubuwwah. Iman kepada hari akhir disebut al-maad. Sedangkan qadha dan qadar diyakini oleh Muslim Syiah sebagai keadilan Allah (‘adalah). Yang berbeda dalam rukun iman (ushuluddin) mazhab Syiah dengan mazhab Sunni adalah imamah, meyakini kepemimpinan dan wasiat dari Rasulullah saw kepada Ahlulbait.43 Keyakinan kaum Syiah ini didasarkan pada Al-Quran surah Al-Baqarah ayat 124 dan 180, hadis ghadir khum, hadis indzar, dan hadis tsaqalain. Sementara dalam rukun iman mazhab Sunni, tidak ada ketentuan untuk mengimani para khalifah serta tidak ada keharusan mengikuti sahabat dan istri Nabi.
Dalam hadis memang disebutkan agar mengikuti sunnah Rasulullah dan khulafa rasyidin, Dalam hadis memang disebutkan agar mengikuti sunnah Rasulullah dan khulafa rasyidin, tetapi hadisnya tidak termasuk dalam kategori yang kuat dan tidak masuk dalam rukun iman. Karena itu, kepemimpinan negara dan politik tidak masuk dari rukun iman.
Kaum Sunni dalam urusan kepemimpinan dan kenegaraan ditentukan atas dasar konsensus (ijma) yang dilakukan ulama maupun umat Islam. Memang pada abad pertengahan ada penjelasan dari ulama Sunni tentang pentingnya pemimpin, tetapi masing-masing ulama tidak memiliki kesamaan dalam kriteria sehingga terjadi perbedaan pendapat.
Sementara yang berkaitan dengan rukun Islam, yang berbeda antara Sunni dan Syiah hanya satu. Dalam Sunni terdapat syahadah dan dalam Syiah terdapat wilayah, yang berarti pengakuan akan otoritas setelah Rasulullah saw dan meneladani Ahlulbait dalam beragama.
Tidak semua Ahlulbait, tetapi orangorang yang telah ditunjuk oleh Rasulullah SAW yang tercantum dalam hadishadis, yang berjumlah 12 ditambah Rasulullah SAW dan Fathimah Az-Zahra ra, Rukun wilayah dalam mazhab Syiah memiliki keterkaitan dengan imamah (dalam rukun iman mazhab Syiah , dalam Sunni ada pernyataan syahadatain yang diucapkan secara lahiriah.
Orang yang mengucapkannya akan dianggap sudah beragama Islam meski belum sempurna dalam pelaksanaan rukun Islam lainnya (shalat, puasa, zakat, dan haji). Sedangkan dalam mazhab Syiah, pernyataan syahadatain tidak masuk dalam rukun, tetapi dianggap awal dari seseorang yang hendak memeluk Islam dan masuk dalam fiqih shalat (tasyahud). Ikrar syahadah tetap dilakukan oleh orang yang akan memeluk Islam yang disebut sebagai pintu awal memasuki agama Islam.
Baru setelah itu, seorang Muslim/Muslimah berkewajiban untuk menuaikan rukun Islam yang terdiri dari shalat, zakat, puasa, haji, dan wilayah. Dalam mazhab Syiah, keislaman dan keimanan yang hakiki tidak ditentukan dengan ucapan lahiriah, tetapi pada amaliah Islam dan akhlak mulia yang dijalankan orang tersebut.
Dalam sejarah banyak orang Makkah dan Madinah yang menyatakan memeluk Islam secara lahiriah kemudian setelah Rasulullah saw tiada berperilaku di luar aturan Islam.
Orang Islam demikian tidak menjadi ukuran dari keimanan dan keislaman. Bisa saja seseorang menyatakan beragama Islam, tetapi kelakuan keluar dari Islam. Inilah orang-orang yang ditentang oleh kaum Syiah sepeninggal Rasulullah saw, terutama terhadap mereka yang menindas dan melakukan pembunuhan kepada Al-Husein beserta keluarganya dalam tragedi Karbala, Irak.
Shalat Dan Wudhu
Dalam ibadah shalat, kaum Sunni dan Syiah menghadap kiblat dan gerakannya tidak beda dengan fiqih Sunni Imam Malik. Tangannya tidak sedekap ketika qiyam. Orang Islam yang bermazhab Syiah dalam shalat membaca qunut dan dipraktekan dalam fiqih Sunni Imam Syafii, yang di Indonesia oleh warga NU (Nahdlatul Ulama). Waktu shalat wajib yang dijalankan kaum Syiah adalah setelah tergelincir matahari hingga tenggelam matahari untuk waktu zuhur dan ashar.
Ketika langit sudah terlihat gelap hingga tengah malam untuk waktu shalat maghrib dan isya.Ini juga dilakukan oleh warga Nahdlatul Ulama di Jawa Timur yang dibenarkan dalam kitab Bidayatul Mujtahid karya Ibnu Rusyd, yang menganut fiqih Imam Malik.apabila orang menganut kaum syiah dan bershalat mermakmaum degan orang berqaum sunni maka diperbolehkan shalatnya mengikuti cara shalat orang sunni,lafada yang dibaca sama seperti bismillah,suraat pendek,dan untuk orang syiah tersendiri Ketika jeda antara bismillah dan surat pendek tidak mengucapkan amin,karena menurut mereka mengucapkan amin bukan termasuk rukun shalat,untuk pembacaan qunut juga sama antara qaum sunni dan qaum syia,untuk qaum syiah tersendiri pembacaan qunut dibaca Ketika sebelum rukuk rakaat kedua, sedangkan untuk qaum sunni qunut dibaca setelah rakaat kedua disaat qaum sunni melaksanakan shalat shubuh ,kemudian yang dijadikan tempat sujud adalah tanah yang dipadatkan,tetapi jika tidak ada tanah yang padat diharapkan memakai kertas putih atau bahan bahan yang berasal dari bahan tumbuhan alam yang tidak dikonsumsi dan dijadikan pakaian. Dalam wudhu, Muslimin Syiah mengikuti Al-Quran surah Al-Maidah ayat 6: basuh muka dan kedua tangan hingga sikut, usap rambut kepala dan kedua punggung kaki. Wudhu model ini dilakukan juga dalam fiqih Hanafi dan fiqih Maliki. Dalam mazhab Sunni, selain yang rukun (yang dipraktekan fiqih Syiah) juga mengerjakan yang sunah seperti cuci tangan, kumur-kumur, menghirup air dalam hidung, dan mengusap telinga.
Tradisi Yang Ada Diindonesia
Dalam tradisi, kaum Muslimin Syiah hampir sama dengan pengikut Sunni dari Nahdlatul Ulama. Selalu membaca shalawat, yasinan, tahlilan, baca doa-doa panjang (jausan kabir, kumail, iftitah, dan doa-doa yang terdapat pada kitab shahifah sajjadiyyah, dan lainnya), menjalankan puasa nisfu sya’ban, rebo kasan, shalat lailatul qadar, ziarah kubur, haul, asyura, dan peringatan maulid nabi. Sudah menjadi tradisi bahwa kaum Syiah memuliakan Ahlulbait dengan merayakan hari kelahiran dan hari wafat Rasulullah SAW beserta Ahlulbait yang diisi dengan doa ziarah dan tawasul. Sebagian kaum Sunni juga melakukan tradisi maulid dan haul serta melantunkan shalawat dan membaca doa tawasul.
Di perkampungan Tatar Sunda ada kebiasaan melantukan shalawat al-kisa: li khamsatun utfi bihaa, haral wabail khatimah, al-musthafa wal murtadha, wabnahuma wal fathimah. Shalawat ini dalam tradisi Syiah sebagai bentuk permohonan kepada Allah agar terhindar dari segala musibah dengan menyertakan namanama orang suci dari keluarga Rasulullah saw. Lantunan al-kisa ini sering dibacakan ketika tiba rabu terakhir bulan shafar, yang disebut rebo kasan. Di Kota Gede, Yogyakarta, terdapat tradisi pembuatan jenang sura sebagai bentuk menolak bahaya setiap bulan Muharram.
Sebelum berbicara mengenai wacana ‘ancaman Syiah’, penting kita memahami terlebih dahulu keberadaan Syiah di Indonesia. Keberadaan Syiah di Indonesia dapat ditelusuri asal-usulnya hingga sejarah awal perkembangan Islam di tanah Nusantara. Beberapa literatur sejarah menyebutkan Islam Syiah di Nusantara sudah ada sejak abad ke-9 masehi.20 Menurut Profesor A. Hasjmy dalam bukunya yang berjudul Syiah dan Ahlussunnah: Saling Rebut Pengaruh dan Kekuasaan Sejak Awal Sejarah Islam di Kepulauan Nusantara, Islam Syiah awalnya dibawakan oleh para migran dari Arab, Persia, Gujarat (India). Berawal dari hubungan dagang dan asimilasi dengan warga lokal ini, kerajaan Islam Perlak, kerajaan Islam pertama di Nusantara, kemudian berdiri.
Beberapa tradisi ritual Syiah masih dapat ditemukan dalam beberapa upacara adat di Sumatera, Jawa, dan Sulawesi. Terlepas dari kenyataan sejarah ini, Syiah di Indonesia masih dianggap asing oleh masyarakat Muslim di Indonesia yang mayoritas Sunni, dan bermazhab Syafi’i. Namun perbedaan antara Sunni dan Syiah di Indonesia tidak pernah terlalu dipermasalahkan kecuali dalam beberapa waktu yang melahirkan beberapa insiden. insiden ini pun lebih diwarnai motif kepentingan ekonomi dibandingkan persoalan teologis. Di era 1980an dan 1990an, bahkan para aktivis Islam di Indonesia menggunakan referensi bacaan yang ditulis oleh tokoh-tokoh Syiah seperti Ali Syari’ati dan Murtadha Muthahhari.
KESIMPULAN .
Perpecahan mazhab dalam agama Islam bermula dari persoalan yang berhak memimpin umat Islam pascawafat Nabi Muhammad SAW. Namun, pengaruhnya terasa sampai sekarang dengan munculnya gerakan dan provokasi dalam bentuk media yang menyudutkan Syiah dengan gelaran sesat dan bukan Islam.
Dilihat dari sumber keduanya masih berdasarkan pada Al-Quran dan AlHadis. Dalam pemahaman atas dua sumber tersebut terjadi perbedaan karena dipengaruhi tingkat intelektualitas dan situasi zaman. Karena itu, sesama umat Islam yang lahir dari persoalan politik tidak perlu memperkeruh suasana dengan provokasi. Selayaknya kedua umat Islam dari mazhab ini membangun peradaban Islam dengan menyumbangkan karya intelektual dan menolong orang-orang Islam yang menderita karena kemiskinan.
Umat Islam sekarang ini tidak perlu mengorek perbedaan. Biarlah perbedaan mazhab dan benar tidaknya menjadi khazanah yang dikaji dalam lingkungan akademis dengan tinjauan ilmiah.Yang perlu dilakukan adalah mewujudkan ukhuwah Islamiyah di antara sesama umat Islam dengan kegiatan bersama antara pemeluk Sunni dan Syiah dalam acara-acara yang berkaitan dengan bantuan sosial dan meningkatkan taraf hidup umat Islam yang berkekurangan dalam ekonomi.
Selanjutnya banyak melakukan dialog keagamaan dengan dasar silaturahim dan kajian-kajian ilmiah yang bersifat mengukuhkan persaudaraan. Kemudian upayakan untuk melek situasi politik dan ekonomi global bagi umat Islam Indonesia sebagai agenda program pencerahan masa depan. Hal ini penting karena jika tidak paham dengan fenomena global dan masalah kekinian maka umat Islam tidak akan menyadari kalau dirinya sedang dalam bahaya.
Perbedaan islam sunni dan syiah
1.Hubungan: islam sunni sebagai penganut agama islam pertama dinegara Indonesia dan memiliki penganut terbanyak,prnganut islam sunni percaya bahwasannya islam syiah menyimpang dari apa yang diajarkan oleh Nabi Muhammad SAW,dan sebaliknya penganut islam syiah mengganggap bahwasannya merekalah yang benar dak sunni salah.
2.perbedaan otoritas agama dan kepemimpinan :dalam hal ini penganut islam sunni meyakini bahwasannya penerus Nabi Muhammad SAW adalah sahabat terdekat nabi yaitu Abu Bakar AS-Siddiq,sedangkan islam syiah sendiri meyakini bahwasannya penerus Nabi Muhammad SAW adalah sepupu dan menantu nabi yaitu Khalifah Ali bin Abi Thalib,penganut syiah sendiri tidak mengakui adanya Abu Bakar,Umar,Utsman sebagai Khalifah Nabi.
3.islam sunni teladan Nabi sedangkan syiah garis keturunan Nabi,dalam hal ini islam sunni focus pada teladan dan tradisi Nabi Muhammad,sedangkan islam syiah berfokus pada keturunan Nabi Muhammad SAW melalui serangkai an imam.
4.madhzab : islam sunni terdiri dari 4 madhazb yaitu Imam Syafi’I,Imam Hanbali,Imam Maliki,Imam Hanafi , sedangkan islam syiah terdiri dari 3 madhab yaitu Ismail Isma,Jafri , dan juga saydiyah.
5. negara Basis
6. peberian status :islam syiah memberi status tinggi kepada seseorang ang hanya diberikan kepada nabi dan orang syiah ini mengganggap bahwasannya ulama’ adalah orang suci,sedangkan orang sunni tidak
7 . penekanan islam sunni menekankan kekuasaan allah dalam ranah publik dan politik serta bagaimana seseorang dapat menjalankan kehidupan saat ini, sedangkan islam syiah menghargai kesyahidan peengorbanan menuju dunia akhirat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H