Mohon tunggu...
Saifoel Hakim
Saifoel Hakim Mohon Tunggu... Penulis - Freelancer

Orang biasa yang hidup biasa saja

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Malam Jumat

4 Agustus 2023   17:39 Diperbarui: 4 Agustus 2023   17:43 302
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Tapi..., tapi... sungguh! ini titipan dia kemarin malam Dik," kata saya sambil menyerahkan bungkusan bewarna coklat itu pada Dewi. Akal dan logika saya pun bertubrukan di kepala saya dan hancur berantakan.

Dewi membuka bungkusan itu pelan-pelan. Saya juga jadi penasaran apa isi bungkusan itu yang dititipkan oleh orang yang sudah meninggal. Ketika bungkusan terbuka, Tangis Dewi semakin menjadi-jadi sambil berkali-kali menyebut nama Alif. Saya tidak bisa melihat jelas apa isi bungkusan itu.

Sambil menunggu tangis Dewi mereda, saya terus berjuang untuk berpikir dan mencari jawaban apa yang sebenarnya saya alami. Saya coba untuk tetap rasional dan logis untuk menjawabnya, namun sia-sia saja.

"Mas Alif ternyata sangat menyayangi saya, walaupun dia tidak sempat memberikan langsung tapi lewat Mas Beni," kata Dewi setelah bisa mengatur emosinya. Dia menunjukan satu set perhiasan emas yang terdiri dari kalung, anting, dan gelang. Lalu Dewi melanjutkan, "Hari saat mas Alif kecelakaan itu, adalah hari ulang tahun saya. Sebelum pulang kerja, dia sempat WA agar saya jangan tidur dulu. Ada hadiah spesial katanya."

Saya hanya bisa berlaku seperti orang kebanyakan, mengatakan pada Dewi untuk sabar dan banyak mendoakan Alif. Saya juga sampaikan turut berduka cita dan bertanya di mana Alif dimakamkan. Setelah itu saya segera mohon diri karena sebetulnya kepala saya juga dijejali berbagai pertanyaan.

Alif, amanahmu sudah saya sampaikan pada Dewi

Keluar dari komplek perumahan tempat tinggal Alif, saya tidak jadi mengarah pulang. Saya kembali ke arah komplek pemakaman. Walupun melihat sikap Dewi tadi seperti nyata, logika saya masih ada sedikit curiga. Jangan-jangan Alif dan istrinya sedang bikin konten untuk 'ngeprank' saya.

Saya ingat menurunkan Alif di depan sebuah ruko di sebelah Apotek. Pelan-pelan saya melihat ke sisi kanan mencari Apotek yang semalem saya lihat. Akhirnya saya melihat plang besar apotek yang saya lihat semalem. Saya mengarah ke ruko sebelah apotek itu. Yak! Ini kejutan ke dua saya hari ini! Saya hanya melihat ruko di mana Alif turun ternyata sebuah ruko yang sudah rusak dan tak terawat. Bahkan sudah tidak ada lagi pintu depannya. Tembok di dalam ruko itu seperti bekas kebakaran.

"Pak mau ke apotek ya? Parkir sebelah sini pak...," tiba-tiba seorang tukang parkir menegur saya.

"Ah.., enggak, saya cuma mau lihat ko ruko ini dibiarkan hancur," kata saya.

"Oh..., itu sudah 6 tahun sejak kebakaran nggak diapa-apain sama yang punya. Padahal sebelah kanan kirinya sudah dibangun bagus lagi," kata tukang parkir itu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun