"Ini, titipan istriku dari kemarin ketinggalan mulu di kantor. Kamu kalo ada waktu mampir bentar, kasih dia. Gue ga sempet, besok harus berangkat."
"Ooh ok, mana?"
Alif memberikan bungkusan kecil berwarna coklat, "Makasih banget ya Bro!" katanya sambil berbalik menuju Ruko.
Saya masukkan titipan Alif ke dalam ransel kerja biar tidak terlupa juga kalo besok saya mampir pulang kantor. Saya tancap lagi motor ingin segera sampai ke rumah. Dalam hati saya agak geli dan teringat Jhon, pengin rasanya saya bilang sama dia, "Malam jumat ini ternyata saya ketemu Alif, bukan Kunti!"
Mengantar Titipan Alif
Sore hari sekitar pukul 4 saya sudah keluar dari kantor untuk pulang. Saya izin Bos karena semalem mengerjakan dokumen tender sampai jam 12 malam. Untungnya tender tadi dapat dimenangkan sehingga suasana hati Bos masih berbunga-bunga, dia mengizinkan saya untuk pulang lebih awal.
Saya bermaksud mampir ke rumah Alif untuk mengantar titipannya semalem, biar besok tidak harus mengantar. Weekend harus digunakan maksimal dengan keluarga pikir saya. Sebelumnya, saya sudah kirim WA ke istri Alif akan mampir sore ini. Kami sekeluarga memang saling mengenal, Saya dan Alif dulu sempat satu perusahaan. Kami berpisah ketika pandemi covid merontokkan hampir seluruh sendi perekonomian.
Sampai di depan rumah Alif sekitar pukul setengah 5, saya tidak ingin berlama-lama. Saya mengucap salam dan mengetuk pintu. Tidak berapa lama pintu di buka, "Om Beni masuk dulu, kata Mama tunggu sebentar, mama lagi telpon." kata anaknya yang tertua menyapa saat pintu terbuka.
"Om ndak lama, ini cuma mau ngasih titipan Papamu," kata saya sambil mencari-carai titipan Alif dalam Tas.
"Titipan Papa?" kata Anak Alif dengan nada agak heran.
"Iya! sebentar...," saat saya temukan titipan itu, istri Alif tampak berjalan menuju pintu depan.
"Eh..., Mas Beni, masuk dulu mas!" kata Istri Alif dari dalam.