Mohon tunggu...
Sahirah Irawan
Sahirah Irawan Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Sahirah interested in business, politics, law, human rights, education and arts.

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi Preman Jalanan

15 Juli 2024   21:42 Diperbarui: 15 Juli 2024   22:00 35
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Ibu Pertiwi

Wahai Ibu Pertiwi, mengapa Kami dipandang seperti sampah?

Bukan kah Kami ini rakyat mu juga?

Rakyat tapi tak didengar suaranya, tak dihargai

Padahal Kami yang menghibur telinga kusut para pekerja budak Cina

Kami nyanyikan lagu-lagu kehidupan saat pikiran mereka berantakan

Balasannya hanya onggokan uang 500 perak, paling besar 2000 rupiah

Tiada kata terima kasih

Yang Kami butuh hanya apresiasi

Kami tau deru suara Kami tak sedap di gendang telinga

Nyaring sekali, mungkin lebih merdu knalpot motor racing

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun