Ibu Pertiwi
Wahai Ibu Pertiwi, mengapa Kami dipandang seperti sampah?
Bukan kah Kami ini rakyat mu juga?
Rakyat tapi tak didengar suaranya, tak dihargai
Padahal Kami yang menghibur telinga kusut para pekerja budak Cina
Kami nyanyikan lagu-lagu kehidupan saat pikiran mereka berantakan
Balasannya hanya onggokan uang 500 perak, paling besar 2000 rupiah
Tiada kata terima kasih
Yang Kami butuh hanya apresiasi
Kami tau deru suara Kami tak sedap di gendang telinga
Nyaring sekali, mungkin lebih merdu knalpot motor racing
Beri Komentar
Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!