Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sejuta Views Itu Membunuhku

10 Mei 2021   17:34 Diperbarui: 10 Mei 2021   17:39 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Beri aku waktu," aku mencoba mencari ruang untuk sekedar bernapas.

"Demi pertemanan kita, baiklah,"katanya dengan keramahan sempurna,"Satu minggu, aku juga dikejar untuk segera membereskan ini."

"Jangan harap sesuatu yang vulgar,"aku mulai merasa mau pingsan.

"Aku juga tidak mau, pakai style-mu yang biasa saja saja,"sahutnya,"Jujur dan bersahaja, aku suka itu."

Bedebah itu ingin aku menodai nama baik orang lain dengan jujur dan bersahaja. Bah!

Toh, seminggu hanya sekejap mata dan artikel sianida itu pun bertengger gagah di akun yang telah kutanam sejak sangat lama lalu. Kupupuk agar tumbuh dan berkembang dengan sangat hati-hati. Demi kesucian nafkah Neng dan Ranti, serta ketentramanku.

Satu juta views dalam sehari dan terus bertambah esok harinya.Dering telpon rekan-rekan yang pernah kurekomendasikan pada Dazal bertalu sambung-menyambung. Mereka menyalamiku karena sudah 'berani' memasuki alam nyata. Tempat makan pagi-malam-siang tak pernah digratiskan. Bisa bebas pilih menu seenak udel.

Nominal baru yang menggemuki rekeningku nyatanya tak bisa kupakai membeli tidur nyenyak yang selama ini menjadi oase kepenatanku setelah mengejar deadline yang bisa berulangkali setiap hari.

Aku kepikiran Neng yang selalu menjaga napas jiwanya. Juga Ranti yang dididik secara persisten oleh sang ibu agar bisa menjaga napas jiwanya juga dimana pun dia berada. Bagaimana jika sianida yang kutulis justru menyumbat saluran pernapasan mereka? Bisakah aku menerima itu dalam proses move on-ku? Cukupkah pertobatan sujud demi sujud jadi penangkal ?

Tapi sepertinya aku tak punya pilihan lain. Sosok yang kutulis dijebloskan ke penjara karena tulisanku ternyata hanya satu elemen saja dari sianida sistematis untuk mematikan kiprahnya melindungi hak-hak wong cilik yang diserobot para wong gede.  Yaa Rabb, apa yang sudah kulakukan?

Kuputuskan untuk jeda menulis beberapa hari dan menemuinya di penjara. Aku sudah menyiapkan diri untuk caci maki atau tamparan. Bahkan lebih dari itu, masuk bui juga karena telah mencemarkan nama baiknya. Tapi dia hanya menatap, menyimak, dan tersenyum.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun