"Beri aku waktu," aku mencoba mencari ruang untuk sekedar bernapas.
"Demi pertemanan kita, baiklah,"katanya dengan keramahan sempurna,"Satu minggu, aku juga dikejar untuk segera membereskan ini."
"Jangan harap sesuatu yang vulgar,"aku mulai merasa mau pingsan.
"Aku juga tidak mau, pakai style-mu yang biasa saja saja,"sahutnya,"Jujur dan bersahaja, aku suka itu."
Bedebah itu ingin aku menodai nama baik orang lain dengan jujur dan bersahaja. Bah!
Toh, seminggu hanya sekejap mata dan artikel sianida itu pun bertengger gagah di akun yang telah kutanam sejak sangat lama lalu. Kupupuk agar tumbuh dan berkembang dengan sangat hati-hati. Demi kesucian nafkah Neng dan Ranti, serta ketentramanku.
Satu juta views dalam sehari dan terus bertambah esok harinya.Dering telpon rekan-rekan yang pernah kurekomendasikan pada Dazal bertalu sambung-menyambung. Mereka menyalamiku karena sudah 'berani' memasuki alam nyata. Tempat makan pagi-malam-siang tak pernah digratiskan. Bisa bebas pilih menu seenak udel.
Nominal baru yang menggemuki rekeningku nyatanya tak bisa kupakai membeli tidur nyenyak yang selama ini menjadi oase kepenatanku setelah mengejar deadline yang bisa berulangkali setiap hari.
Aku kepikiran Neng yang selalu menjaga napas jiwanya. Juga Ranti yang dididik secara persisten oleh sang ibu agar bisa menjaga napas jiwanya juga dimana pun dia berada. Bagaimana jika sianida yang kutulis justru menyumbat saluran pernapasan mereka? Bisakah aku menerima itu dalam proses move on-ku? Cukupkah pertobatan sujud demi sujud jadi penangkal ?
Tapi sepertinya aku tak punya pilihan lain. Sosok yang kutulis dijebloskan ke penjara karena tulisanku ternyata hanya satu elemen saja dari sianida sistematis untuk mematikan kiprahnya melindungi hak-hak wong cilik yang diserobot para wong gede. Â Yaa Rabb, apa yang sudah kulakukan?
Kuputuskan untuk jeda menulis beberapa hari dan menemuinya di penjara. Aku sudah menyiapkan diri untuk caci maki atau tamparan. Bahkan lebih dari itu, masuk bui juga karena telah mencemarkan nama baiknya. Tapi dia hanya menatap, menyimak, dan tersenyum.