Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sejuta Views Itu Membunuhku

10 Mei 2021   17:34 Diperbarui: 10 Mei 2021   17:39 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dazal tertawa, "Nothing personal, just business as usual ... aku tidak kenal dia secara pribadi, yang jelas dia harus dihentikan karena proyeknya mengganggu kepentingan klien."

Saat aku mencoba mencari detail 'proyek' yang dikatakannya, Dazal cuma bilang, "Nanti kuberikan bahan mentah penulisan begitu kita deal, pokoknya kau cukup bikin artikel pendek dan publish pakai akunmu seperti biasa."

"Setidaknya aku boleh tahu namanya, kan? "

" Begitu kau terima DP, kukasih tahu deh," katanya sambil menyiapkan hape, "Wapri no rekeningmu, biar langsung kutransfer."

What the.... ? Pasti bukan baik-baik, kalau pekerjaan macam kucing dalam karung begini. Maka dengan memajang wajah semanis mungkin akupun menegaskan penolakanku. Dazal tersenyum dengan wajah sabar, mengganti topik percakapan. Lalu setelah beberapa saat mengobrol, diapun berpamitan.

Akupun bisa kembali ke habitat hidupku seperti semula dengan melupakan sejuta views dan rekor bayaran menulis yang dijanjikan teman sepermainanku saat bocah yang kini tajir itu.

Sudah beranjak tengah malam, tapi aku masih belum menemukan rangkaian kata yang pas untuk posting besok pagi-pagi sekali. Mendadak hape melengking membuyar konsentrasi. Istriku. Dia bukan perempuan yang hobi mengusik lelakinya untuk sekedar merengek atau melepas cemburu tak jelas. Semoga bukan sesuatu yang sangat gawat.

Suara cerianya menepis kecemasanku,"Terima kasih, Kang, alhamdulillah uang kuliah Ranti semester ini sudah dilunasi dan sisanya kutransfer langsung ke dia untuk pegangan biaya sehari-hari di sana."

Uang? Bulan ini aku belum transfer karena masih menunggu agar jumlah nominalnya cukup untuk biaya harian istri dan putri kami. Maklum keluarga kecilku harus tercerai-berai karena tuntutan hidup. Aku di kota ini, putriku kuliah di provinsi tetangga, dan istriku jadi penjaga gawang rumah kecil kami yang terletak nun di dusun sana.

"Uang darimana, Neng? Kayaknya lumayan banget tuh."

Kudengar tawa manis istriku,"Kura-kuranya masih dalam perahu,ya?."Oloknya mengira aku cuma berpura-pura,"Mas Dazal ..." tetiba suara istriku menghilang dari pendengaran karena yang mampu kutangkap sesaat hanya nama itu. Dazal.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun