Mohon tunggu...
Wahyuni Susilowati
Wahyuni Susilowati Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Jurnalis Independen

pengembaraan raga, penjelajahan jiwa, perjuangan menggali makna melalui rangkaian kata .... https://www.youtube.com/c/WahyuniSusilowatiPro

Selanjutnya

Tutup

Kurma Pilihan

Sejuta Views Itu Membunuhku

10 Mei 2021   17:34 Diperbarui: 10 Mei 2021   17:39 1056
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Sampai teguran berulang istriku membuat pendengaranku on kembali untuk mendengar kisahnya tentang kedatangan Dazal bersama istrinya ke rumah kami selepas Magrib. Setahuku Dazal belum menikah. Mereka membawa kabar gembira bahwa aku mendapat proyek besar penulisan dan mereka berinisiatif untuk menyampaikannya secara langsung pada istriku sambil mentransfer sejumlah uang muka. Kisah macam apa itu. 

"Kok Mas Dazal begitu,ya? Tak bilang sama Akang mau ketemu Neng."

"Biar gak ganggu kerjaan Akang katanya, pokoknya uang semesteran Ranti bisa segera dibayar sebelum keburu tutup tanggalnya."

Dazal sudah melakukan risetnya tentang keluargaku dengan sangat baik. Dia bahkan sampai tahu persis jadwal daftar ulang kuliah putriku. Luar biasanya dia bersama 'istrinya' membawakan seloyang bika ambon yang merupakan kue favorit istriku sebagai oleh-oleh. Kata Neng, rasanya enak sekali. Lebih hebat lagi, dia mampu meyakinkan Neng untuk menerima transferannya secara on the spot. 

Mungkin kunjungan Dazal menjadi semacam berkah bagi perempuan solehah itu, yang tak pernah lalai dengan lima waktu dan wirid-wiridnya, yang ikhlas untuk menjalani hidup serba mepet dengan jurnalis kelas bubuk rangginang sepertiku, .

Rasanya aku ingin membuka sejelas-jelasnya tentang asal-usul transferan itu. Namun kebahagiaan dalam suaranya yang manis dan fakta bahwa penghasilan dari tulisanku bulan ini yang masih lumayan jauh dari cukup untuk kebutuhan kami, membuatku memilih untuk membiarkannya saja. Seperti biasa kami menutup percakapan dengan saling mendoakan.

Saatnya melabrak Dazal. Nyatanya begitu tersambung, dia langsung mendahului dengan menyebutkan nama sosok yang akan kubunuh dengan tulisanku. Bukan figur publik yang pernah kudengar. Dering tanda surel masuk menyela pencarian di memori otakku.

"Itu bahan mentahnya." Suara Dazal yang riang terdengar sedikit menekan.

"Aku belum tentu setuju."Selaku cepat.

"Optional kok, terserahmu saja,"sambutnya enteng saja,"Kau hanya harus mengembalikan uang muka yang sudah kutransfer ke Neng, selanjutnya bebas."

Dia menonjokku tepat di ulu hati. Jumlah yang ditransfernya ke Neng tak mungkin bisa kuganti cepat-cepat, apalagi sebagian sudah masuk ke kampus Ranti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kurma Selengkapnya
Lihat Kurma Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun