Mohon tunggu...
Sarwo Prasojo
Sarwo Prasojo Mohon Tunggu... Angin-anginan -

Suka motret, tulas-tulis dan ini itu. Dan yang pasti suka Raisa

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Artikel Utama

Cerpen: Perihal Temanku saat Menganggur

10 Maret 2016   18:07 Diperbarui: 12 Maret 2016   11:06 1217
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

“Jika setiap hari makan ikan ini, itu sebuah kemewahan. Padahal kita ini keluarga sederhana. Bahkan cenderung sedang miskin.”

Mendengar kata kemewahan, anak-anak lantas lahap menyantap tanpa sendok menu makan malam itu. Sebutir nasi pun tak tersisa di piring. Bahkan, karena ingin mensyukuri nikmatnya makan uceng, anak-anak itu menjilati jari-jari kanannya. Temanku terkesima dibuatnya.

“Nah, pada jari-jari itu ada keberkahan dari yang kamu makan malam ini,” lanjut temanku yang sepertinya tengah teringat sebuah hadits Nabi.

9.

Suatu ketika menjelang maghrib ia melintas di tengah kota dengan motor vespa PX-nya. Mendekati perempatan yang ramai, ia merasakan laju kendaraannya tak enak. Mmm, ban depan kempes. Temanku yakin, itu pasti bocor. Dituntunlah motor gaek itu menuju tukang tambal ban. Beruntung, tak sampai 50 meter, ia menemukan kios tambal ban yang masih buka. Agaknya, tukang tambal ban kurang berkenan menyambutnya. Maklum, menangani motor vespa cukup lama. Apalagi jelang maghrib, enaknya istirahat.

Tapi mungkin karena kasihan, lelaki itu mau menerima pekerjaan itu. “Kalau yang bocor roda belakang, aku pasti menolak,”kata tukang itu.

Memang lama, membongkar dan memasangnya. “Berapa ongkosnya?” tanya temanku.

“Dua belas ribu saja.”

Temanku menyerahkan lembaran 20.000 perak. “Silakan ambil semua. Terima kasih sudah menolong.” Baginya ia sedang mujur. Andai kios itu tutup atau orang itu tidak mau, dirinya bakalan tidak sampai rumah malam itu. Padahal perjalanan masih jauh, dua puluh kilo lagi.

“Semoga bensinnya cukup sampai ke rumah,” gumamnya.

10.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun