Temanku punya ketakutan, andai modal dari hutang dan tidak bisa melunasi.
6.
Temanku, si pengangguran itu pernah bercerita kepadaku. Bahwa istrinya pernah hendak menengok seseorang yang beberapa hari lalu melahirkan. Bukan saudara, bukan pula tetangga dekat. Tempatnya agak jauh, bahkan jarang sekali bertemu muka. “Tapi kan nggak enak, Pak. Yang lain sudah ke sana ramai-ramai. Masa kita enggak!”
Kata temanku, ia meminta istrinya tenang saja. “Tidak masalah, kamu tidak perlu menengok orang melahirkan. Tidak perlu menengok bayi itu.”
Istrinya tidak membantah, walaupun tidak setuju. Ia mencoba taat kepada suami.
Setelah satu bulan berlalu, temanku bertanya kepada istrinya,”Apa ada orang yang bertanya, kenapa kamu tidak menengok mereka?”
Istrinya menggeleng.
“Jadi benar kan kataku, tidak apa-apa kan tidak ke sana. Perkara kamu nggak enak, itu cuma perasaanmu saja,” jelas temanku.
Tapi di balik itu, kata temanku kepadaku, ia hanya ingin istrinya hemat pengeluaran belanja. Itu saja.
7.
Walaupun seorang yang tengah menganggur, untuk merokok, ia tetap jalan. Kadang beli eceran, sekali waktu beli bungkusan. Entah dari mana uangnya. Istrinya sudah menasihati, ”Katanya mau berhenti merokok, kenapa belum juga berhenti?”