Mohon tunggu...
S. R. Wijaya
S. R. Wijaya Mohon Tunggu... Editor - Halah

poetically challenged

Selanjutnya

Tutup

Humor

Balada Kunti

19 Desember 2010   08:44 Diperbarui: 26 Juni 2015   10:36 493
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

.

Penderitaan Coonty belum lagi usai. Totok kini mencengkeram gaun Coonty, menarik wajah Coonty ke dekat wajahnya. Kebetulan raketnya ini punya fitur lampu senter di dasarnya. Dinyalakan, dan Totok menyorotkannya langsung ke leher Coonty karena ingin tahu macam apa rupa asli pengganggunya ini. Percayalah, bagi hantu, segala macam sinar juga berefek menyakitkan.

“Siapa elu? Tinggal di mana? Sebetulnya situ mau apa?!”

“Ampun, Oom, jangan apa-apain saya...,” jawab Coonty dengan jeri.

“Jawab pertanyaannya!”

“Saya Coonty, Oom. Tinggal di pohon nangka itu. Saya enggak mau apa-apa, Oom.”

“Oke! Sekarang dengar! Daerah sini masuk otoritas gue. Termasuk pohon nangka ini, paham?! Dasar tukang sabot. Pokoknya jangan jualan obat di sini. Nah, sekarang gue tanya, elu bersedia kalau gue suruh pindah wilayah, kan?”

“T-tapi....”

“Kagak ada alasan. Dari roman-roman muka elu, sepertinya elu bukan orang yang bisa dipercaya. Hm, sekarang gini saja. Angkat sumpah.”

“M-m-m-maksudnya, Oom?”

“Ulangi kata-kata ini: Demi Tuhan, saya rela masuk neraka kalau tidak pindah dari sini. Cepat!”

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humor Selengkapnya
Lihat Humor Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun