Bagaimana jika Munisai berhadapan dengan lawan yang memiliki genggaman tangan yang kuat sehingga pedang yang berada dalam genggamannya itu menjadi terlalu kokoh dan tidak mungkin digoyahkan – apalagi dialihkan ke arah yang sesuai keinginan Munisai?
Saat seperti itulah merupakan waktu yang tepat untuk menggunakan teknik khusus yang disebut tipu muslihat itu.
Saat jitte di tangan kananmu telah berhasil menjepit pedang lawan, gunakan jitte di tangan kirimu untuk mengacaukan perhatian lawan. Seranglah lawan – arahkan jitte-mu ke wajahnya. Lawan akan memilih untuk menghindari serangan jitte yang kedua itu dan menyebabkannya lengah – lupa mempertahankan kekuatan genggaman pada pedangnya. Genggamannya mengendur dan pedang pun akan terampas dari tangannya.
Bennosuke terus berlatih – menggenggam sepasang jitte di kedua tangannya dan menggerak-gerakkannya seperti menghadapi lawan yang menggunakan pedang.
Ah, gerakanku masih terlalu kaku.
Walaupun ia memahami prinsip-prinsip dasar bertarung menggunakan jitte – hasil pengamatannya terhadap pertarungan-pertarungan Munisai, ia belum cukup terlatih menggunakan senjata itu. Ia menyadari gerakannya masih kurang luwes dan kekuatan tangannya belum mencukupi. Hal itu akan menyebabkan lawan mudah mematahkan serangannya.
Ia lalu meletakkan jitte itu kembali pada tempatnya. Kedua lengannya terasa pegal dan keringat bercucuran di keningnya. Namun demikian ia merasa puas. Setidaknya ia sudah mencoba dan merasakan ‘menyerang’ lawan dengan jitte.
Jika pedang lawan berhasil kurebut atau kujatuhkan, habislah dia. Mereka yang terlalu mengandalkan pedang biasanya kemampuan menggunakan senjata lain, seperti tombak atau panah, tidak sebaik kemampuan mereka menggunakan pedang – alih-alih kemampuan bertarung dengan tangan kosong atau tanpa senjata.
Memang ada beberapa master pedang yang juga mampu menggunakan senjata lain sehebat kemampuan mereka menggunakan pedang, seperti Nobutsuna. Nobutsuna diketahui sangat ahli menggunakan tombak dan kemampuannya itu diakui sebagai yang terbaik di wilayah Kozuke – provinsi tempat Nobutsuna mengabdi sebagai seorang jenderal.
Munisai juga tidak terlalu mengandalkan pedang ketika bertarung. Selain itu ia sangat mahir bertarung dengan tangan kosong – tanpa senjata. Ia mampu dengan cepat menangkap tangan lawan yang bersenjata, membekapnya, untuk kemudian membantingnya.
Apalagi jika ia berhadapan dengan lawan yang tidak bersenjata sama sekali. Pertarungan akan menjadi mudah dan berlangsung singkat.