”Ibu meninggal gara-gara aku!” jerit Nayra pada suatu hari. Saat itu ia sedang dirawat di Rumah Sakit karena kondisi fisiknya yang makin melemah.
“Bukan, Rana. Bukan,” Arya berusaha menenangkan Nayra walau ia tahu upayanya akan sia-sia. Nayra sudah terlanjur mensugesti dirinya bahwa ialah yang menyebabkan kematian ibu kandungnya.
“Kalo aku nggak minta ke kota itu, nggak akan ada kecelakaan dan Ibu pasti masih hidup!” sesal Nayra lagi. Ia menangis.
Nayla yang sejak tadi hanya diam termangu kemudian maju dan memeluk Nayra.
“Rana, jangan menyalahkan dirimu sendiri. Itu sudah takdir.”
“Bukan takdir!” potong Nayra, “Aku penyebabnya!”
* * *
”Sejak saat itu kondisi Nayra terus menurun. Penyesalannya sudah teramat dalam. Dan setahun setelah kepergian Ibu, ia pun meninggalkan kami.”
Mereka bertiga berhenti di sebuah makam.
Pada nisannya tertulis :
“ Kenangan tentangmu akan selalu ada