" Sri " ucapnya pelan
   " Ya bu "
   " Begini ya, ibu mau cerita. Dulu senbelum kamu ada, ibu memang pernah mengandung. Tapi sayang, anak itu lahir belum masanya dan jiwanya tak tertolong "
   " Oh, siapa namanya bu ?"
   " Tentu saja dia belum sempat diberi nama, karena lahir sudah meninggal, belum waktunya lahir.'
   " Hm .... pantesan dia kebingungan waktu ditanya namanya siapa dan nampak sedih sekali. Kasihan ya bu, dia ingin juga diakui sebagai kakaku. Dia mungkin kesepian juga ya bu, dimana kuburnya bu ?"
   Karena dia dulu masih calon cabang bayi, dia tidak dikubur di pemakaman, tapi di kebun dibelakang rumah ?"
   " Dimana tepatnya bu ?! " tanya Sri serasa tak sabar.
   " Bekasnya mungkin sudah hilang, tapi di dekat pohon nangka dekat jalan kecil."
   " Bu, walaupun bekasnya sudah hilang, tapi tempat itu akan aku jadikan makam kakaku, akan aku beri batu nisan. Aku akan sering menziarahinya agar dia tak kesepian. Dan aku akan selalu berdo'a untuknya agar senang dialam sana. Dan juga akan ku beri nama, agar dia tahu nama dirinya. Selain itu juga akan ku tanami bunga diatas kuburnya, sebab kami berjumpa ketika sama -- sama sedang mencari bunga. Boleh kan bu ?"
   Ibunya mengangguk haru. Dan saat itu juga Sri segera pergi ke pekarangan dibelakang rumah untuk melaksanakan semua niatnya . Ada rasa pilu dalam hatinya (*)