Si sulung kami bawakan rice cooker di dalam kopernya. Tapi tak ada beras. Dan dia pastilah belum sempat berbelanja.
Hmmm.. Aku agak kehilangan kata- kata.
“ Duuhh, lupa pula nggak dipesan setelah mendarat beli makanan dulu di airport ya, “ komentarku.
“ Oh, saya sudah bilang, sih, “ jawab suamiku, “  Tapi nggak tau, dia sempat nggak beli… “
Aku agak lega mendengar sang ayah rupanya sudah berpesan padanya.
Semoga dia menuruti pesan itu,pikirku.
Dan..
Baru saja beberapa menit setelah aku dan suamiku mempercakapkan soal makanan si sulung itu, ibuku, nenek si sulung mengirimkan pesan pendek ke telepon genggamku, menanyakan apakah sudah ada kabar lagi dari si sulung, serta.. apakah dia sudah dapat makanan di asrama.
Ha ha.
Cah ayu putriku itu, selulus SMA selama kuliah S1-nya di tanah air memang tinggal dengan neneknya, ibuku, sebab dia kuliah di kota yang berbeda dengan tempat kami orang tuanya tinggal, tapi di kota yang sama dengan letak rumah orang tuaku.
Maka, tak heran jika ibuku juga ikut sibuk memikirkan urusan makan putriku. Ibuku bahkan memberikan suaranya saat putriku hendak mencari tempat tinggal.