Saat dia masih kelas 4 SD, oleh sekolahnya dia diminta bergabung untuk mengikuti pelatihan olimpiade Ilmu Pengetahuan Alam bersama murid- murid kelas 5 SD, para kakak kelasnya. Anakku ini bahkan maju sampai tahap yang cukup jauh. Ketika para kakak kelasnya sudah banyak berguguran, anakku masih maju sampai beberapa tahap berikutnya.
Namun justru setelah itu dia malah mengatakan pada kami, aku dan ayahnya, "Kalau aku nggak mau ikut olimpiade- olimpiadean lagi, boleh kan ? "
" Boleh aja, " jawab kami, " Kalau nggak mau, nggak apa- apa. "
Dia teguh pendirian mengenai hal itu. Prestasi akademiknya terus cemerlang saat dia duduk di bangku SMP dan SMA, tapi tak pernah mau ikut lomba atau olimpiade.
Kami biarkan saja dia begitu.
Begitulah.
Sampai ketika dia kelas 3 SMA, dia diminta sekolahnya untuk mengikuti lomba karya tulis mewakili sekolah untuk suatu kompetisi antar murid SMA se-Jabodetabek yang diselenggarakan oleh salah satu kementrian.
" Terus, mau ikut? " tanyaku.
" Iya deh bu, " katanya, " Mau. "
Ya sudah.
Dia lalu menyertakan karya tulisnya dalam lomba itu, dan.. vini vidi vici. Dia meraih juara ketiga dalam kompetisi menulis itu. Dia diantar oleh para guru dan teman- teman sekolahnya untuk menghadiri penyerahan penghargaan oleh Ibu Menteri ketika itu.