Mohon tunggu...
Rumah Kayu
Rumah Kayu Mohon Tunggu... Administrasi - Catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Ketika Daun Ilalang dan Suka Ngeblog berkolaborasi, inilah catatannya ~ catatan inspiratif tentang keluarga, persahabatan dan cinta...

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Mengapa Bersedia Menjadi Istri Kedua? (A True Story)

26 Oktober 2014   23:31 Diperbarui: 17 Juni 2015   19:39 1769
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
14143154011324757481

Bagiku, jika pertanyaan mendasarnya saja sudah dijawab dengan tidak jujur, tak perlu lagi ditanya, apakah suaminya bisa bersikap adil. Tak perlu juga dipikirkan lagi kenapa sang lelaki memilih istri semata karena kecantikan fisik, dan kenapa sang istri juga memilih suami semata karena materi.

Apalagi setelah kutahu siapa suaminya, aku tahu bahwa bukan cuma mobil yang dimiliki sang suami. Suami yang oleh istrinya selalu digambarkan sebagai 'ustad' itu pejabat dan memiliki banyak harta yang pasti lebih dari sekedar mobil.

Bagiku, apa yang kulihat, cukup untuk menjawab semua pertanyaan. Membuat hatiku lega, sebab itu bisa membantuku membuat kesimpulan tentang pertanyaan yang berputar- putar di kepala. Memperkuat dan membuat aku makin yakin bahwa pendapat dan prinsip tentang poligami yang selama ini kuanut ternyata benar.

Membuatku yang tadinya juga memang sudah mempertanyakan, makin terbebas dari pengaruh kampanye "istri yang saleh akan mengijinkan suami menikah lagi", dan juga meyakini bahwa ada yang direduksi dari konteks setutuhnya tentang pintu surga khusus bagi istri yang ikhlas suami menikah lagi.

Jika masih ada yang mengatakan bahwa pemikiranku tidak benar? Sederhana. Aku akan menjawab bahwa orang diminta berfikir. Ketika dia berpikir dan memutuskan, jikapun pikirannya salah, dia mendapat satu pahala. Jika benar, dua pahala.

Urusan pahala, memang urusan Yang di Atas. Tapi aku jelas sudah berpikir dan mengambil kesimpulan. Kesimpulanku tak berubah: kampanye itu mereduksi faham, dan mengerdilkan logika serta perasaan perempuan. Maka, janganlah mau percaya begitu saja...


p.s. Tulisan terkait : Jodoh dan Poligami


http://lifestyle.kompasiana.com/catatan/2014/10/25/jodoh-dan-poligami-687450.html

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun