"Tolong aku ingin ketemu ayahmu, Ran!" pinta Satya menghiba.
"Serius?"
"Iya!"
"Untuk apa menemui Ayah?"
"Nanti kamu akan tahu."
"Tunggu sebentar, ya!" Â - Rani masuk ke dalam mencari ayahnya.-
Riangnya anak-anak bermain di halaman depan rumah Rani tak seirama hati Satya. Memang diwaktu sore hari halaman rumah Rani sering menjadi arena bermain anak-anak dari tetangga kanan kiri. Halaman yang luas dan bersih menjadi daya tarik anak-anak. Dan keluarga Rani sangat welcome terhadap anak-anak tetangga. Hati Satya terasa berdebar. Hingga duduk di kursi sofa pun terasa ada duri dipantatnya.
Selangkah kemudian aroma khas parfum tercium berbarengan hadirnya Ayah Rani dari dalam ruang tengah. Bergegas Satya berdiri untuk memberi salam dan menjabat tangan kepada sosok yang mungkin kelak menjadi bapak mertuanya. Semilir angin dingin sempat terasa pada tengkuk Satya.
"Assalamualaikum, Bapak." sapa Satya
"Waalaikumsalam.., ada yang serius, Nak? Tumben sore-sore main, duduklah!"
"Ya, Pak. Kebetulan tadi lewat, sekalian mampir. Begini bapak.., " lanjut Satya dengan sedikit terbata. "saya mohon maaf atas kelancangan ini. Saya hanya bermaksud menyampaikan keinginan saya terkait pertemanan saya dengan Rani. Sekali lagi mohon maaf bilamana saya terlalu merisaukan bapak dan ibu. Saya tidak bermaksud merusak masa depan Rani. Demi kebahagiaan Rani bersama keluarga, maka hari ini saya menyatakan untuk mundur dari pertemanan dengan Rani, Bapak."