" Yang Muda menghormati Yang Tua dan Yang Tua menghargai Yang Muda " begitulah nasehat mbah Pikulun kepada saya.
" Masih ingat itu, Cu ? " tanya mbah Pikulun.
" Ingat sekali, mbah " jawab saya singkat.
" Bagus, kalau begitu mau pamit dulu. "
" Mau kemana, mbah " tanya saya
" Mbah mau ke Istana Presiden "
" Istana Presiden ??? Hebat sekali Mbah. Emangnya mbah tahu jalan ke sana ? "
" Ya tahulah, wong mbah dijemput oleh protokol Istana Presiden. "
" Dijemput??? "
" Ya dijemput, khan mbah diundang oleh Presiden SBY "
" Diundang SBY ??? "
" Hush, sembarangan nyebut nama Presiden kita. Mbok yao sebut yang lengkap Presiden SBY. Beliau khan presiden kita, pemimpin kita dan "orang tua" kita juga. "
" OOOO gitu ya mbah "
" Ya iyalah itu namanya yang muda menghormati yang tua. Ngerti, Cu "
" Ngerti mbah "
Beberapa waktu kemudian datang mobil SUV berwarna serba hitam di depan rumah dan turunlah 2 orang bertubuh tegap lengkap dengan lambang garuda di kerah bajunya.
" Mbah sudah dijemput rupanya " ujar saya.
" Yo wes mbah jalan dulu. Jaga rumah ya "
" Ya mbah. " saya pun tidak menyangka kalau mbah Pikulun menjadi tamu kehormatan SBY eh Presiden SBY.
Satu jam berlalu, dua jam berlalu dan tanpa terasa hari sudah gelap. Menjelang Isya, saya mendengar pintu rumah ada yang buka. Rupanya Mbah Pikulun sudah pulang. Segeralah saya menyambut mbah Pikulun dan berharap beliau akan menceritakan pertemuannya dengan Presiden SBY.
" Cu, buatin kopi "
" Ya, mbah "
Beberapa menit kemudian saya membawa kopi kesukaan Mbah Pikulun. Tampak Mbah sedang duduk santai sambil meluruskan kakinya di atas sofa ruang tamu.
" Ini kopinya mbah. 3 sendok kopi dengan 1 sendok kecil gula. "
" Kamu emang cucu Mbah yang terbaik "
Setelah tiga tegukan seruputan kopi barulah saya memberanikan diri bertanya.
" Bagaimana pertemuannya dengan Presiden SBY hari ini ? "
Sebelum menjawab, Mbah Pikulun menyalakan sebatang rokok kretek Jinggo dan sesekali memperhatikan tingkah saya yang sudah tidak sabaran mendengar pengalaman Mbah Pikulun bertemu Presiden SBY di Istana Presiden.
" Begini Cu, ingat ga pesan mbah hari ini. Yang Muda menghormati Yang Tua ... "
" Yang Tua menghargai Yang Muda ... Saya ingat sekali mbah " timpal saya.
" Nah itulah topik pembicaraan mbah dengan Presiden SBY "
" Ooo .... " saya tertegun tanpa mengerti maksudnya.
" Setelah sampai Istana, Mbah diantar oleh protokol ke sebuah ruangan yang ternyata itu adalah ruang pribadi Presiden SBY "
" Terus mbah "
" Ya mbah langsung mengucapkan Assalamualaikum Bapak Presiden dan Presiden SBY membalas salam Mbah Walaikum salam Mbah Pikulun. Selanjutnya Presiden SBY mempersilakan mbah duduk dan menanyakan kabarnya. Ya mbah jawab baik Bapak Presiden " singkat Mbah Pikulun sambil menghisap dalam-dalam rokok Jinggonya.
" Kayaknya seru ya mbah pembicaraannya "
" Biasa saja, Cu "
" Kalau biasa, mengapa Presiden SBY sampai mengundang Mbah. Pasti ada hal yang luar biasa "
" Hehehe cucu ingin tahu ya ... "
" Iyalah sampai deg-degan tungguin mbah seharian ini "
" Intinya begini cu, Presiden SBY awalnya meminta mbah panggil SBY saja karena mbah lebih tua dan sangat dihormati. Tetapi mbah tetap memanggil Presiden SBY "
" Kok begitu mbah ? Khan beliau sendiri yang meminta untuk dipanggil SBY saja "
" Nah itulah tidak ketemunya nilai penghormatan dan penghargaan antara Yang Tua dan Yang Muda. Jadi wajar kalau Presiden SBY resah mengapa selama hampir 10 tahun menjabat Presiden sepertinya beberapa orang tidak menganggapnya sebagai Presiden sekaligus Pemimpin negara "
" Bukan hanya itu aja mbah, beliau dikesankan banyak orang sebagai Presiden yang lambat bertindak dan terlalu banyak pencitraan "
" Stop... stop... mbah ndak mau bicarakan itu. Hampir 10 tahun beliau menjabat sebagai Presiden saja sudah merupakan neraka bagi diri dan keluarganya. Jado Presiden itu ga boleh salah pokoknya harus benar. Mbah sih menganggap wajar tanggapan tersebut. Presiden itu khan pemimpin negara, nah kalau yang namanya pemimpin maka harus bisa berperan sebagai "orang tua" yang baik bagi anak-anaknya dalam hal ini rakyat Indonesia. "
" Justru itulah mbah ... "
" Sudahlah... mbah terusin ya "
" Ya mbah "
" Mbah bilang itulah mengapa mbah tetap memanggil Presiden SBY walaupun umur beliau lebih muda dari mbah. Nah sopan santun penyebutan nama sudah dilupakan oleh bangsa Indonesia. Mereka menyebut orang yang lebih tua seenak udelnya saja. Mereka harusnya tahu bagaimana cara menyebut orang yang lebih tua. Mereka pasti marah kalau ada orang yang menyebut orang tua kandung mereka dengan nama. Nah Presiden SBY secara tidak langsung mengarahkan masyarakat dan orang terdekatnya untuk bersikap tidak santun. Terlepas untuk kepentingan kampanye dulu dan supaya terlihat akrab. Itu tidak benar maka tidak mengherankan orang-orang dekatnya dengan tidak santunnya menyebut SBY saja. Lah beliau khan Presiden sudah seharusnya memberikan contoh. Beliau bisa memerintahkan lembaga-lembaga negara terutama yang berkaitan dengan media untuk mengkampanyekan penyebutan nama-nama mantan Presiden RI dengan tetap menyebut Presiden. Contohnya Presiden Sukarno, Presiden Suharto, Presiden Habibie, Presiden Abdurahman Wahid, dan Presiden Megawati dalam berbagai kesempatan. Kita ini orang Timur mempunyai budaya sopan santun dan penghormatan kepada yang lebih tua. Masak sebagai bangsa yang katanya mempunyai budaya budi pekerti yang luhur sebut mantan presiden dengan namanya saja. Sungguh keterlaluan. Bagaimanapun juga mereka pernah berjasa kepada bangsa dan negara ini terlepas bahwa mereka mempunyai kekurangan. "
" Ohhhh gitu ya mbah. Segitu pentingkah penyebutan nama "
" Kamu ini gimana sih. Bagaimana kamu mau dihormati orang kalau kamu tidak mau menghormati orang lain. Contoh Amerika Serikat yang dikatakan liberal dan tempat segala kebebasan tetapi rakyatnya mengerti apa itu penghormatan terhadap mantan-mantan presiden. Walaupun sudah tidak menjabat lagi sebagai presiden tetapi rakyat Amerika Serikat tetap memanggil Jimmy Carter dengan sebutan Presiden Carter, George W Bush dengan Presiden Bush, Bill Clinton dengan Presiden Clinton dan seterusnya dalam berbagai kesempatan. Itulah yang namanya nilai penghormatan dan penghargaan warga negara terhadap pemimpinnya. Bahkan mbah pernah mendengar sendiri seorang diplomat asing tetap meyebut Ambassador kepada mantan Duta Besar Republik Indonesia untuk negara sahabat. Lah menyebut mantan presiden hanya disebut namanya saja. Oh alah jadi benar kalau ada negara tetangga yang suka melecehkan negara kita. Wong kita sendiri aja ga bisa menghormati presiden dan mantan presiden sendiri yang notabene mereka adalah representasi "orang tua" rakyat Indonesia "
" Ya ya mbah, cucu baru sadar dan sekarang paham makna menghormati dan menghargai "
" Itulah mengapa mbah tetap ngotot menyebut SBY dengan Presiden SBY sebagai bentuk penghormatan kepada beliau yang merupakan pemimpin dan "Orang Tua" bagi bangsa Indonesia. Kalau bukan kita yang menghormati maka siapa lagi hehehe "
" Wao luar biasa sekali mbah Pikulun. Tapi omong-omong kopi mbah udah habis, mau cucu buatin kopi lagi ? "
" Boleh, Cu "
Segeralah saya ke dapur dan 10 menit kemudian kembali ke ruang tamu. Ternyata mbah Pikulun sudah tertidur kaku. Ketika saya memanggil, tidak ada tanda-tanda mbah mendengar panggilan. Segeralah saya mendekat dan memanggil pelan-pelan sambil menggerakkan tubuhnya tetapi mbah tetap tidak bergeming dan bergerak. Ketika saya pegang dadanya... Innalillahi wa innalillahi rojiun Mbah Pikulun telah meninggal dunia. Saya berteriak untuk agar orang di rumah segera datang ke ruang tamu. Saya pun hanya bisa menangis tersedu-sedu dan mendekap erat tubuh mbah. Tiba-tiba ada yang memegang bahu saya...
" Mun... mun... bangun... mengapa kamu tadi teriak-teriak??? Mimpi ya " teriak Sarman di telinga saya
Saya langsung tersadar. Rupanya saya tadi bermimpi ketemu mbah Pikulun.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H