Tanpa berfikir panjang, Aya memilih pergi meninggalkan pemandangan yang menyayat hatinya itu. Meninggalkan tempat yang sudah membuatnya bahagia sekaligus terluka. Aya memilih pulang.
Malam terlihat sepi, sendu. Hanya ada suara sesenggukan dan percikan tangis kekecewaan yang keluar dari mulut dan mata Aya.
Tiba-tiba, lamunannya dikagetkan oleh deringan ponsel yang berada tepat di meja belajar samping tempat tidur. Tapi, Aya tak menghiraukannya, dia memilih bergelut dengan rasa sakitnya. Walau hampir tujuh kali, ponselnya berdering, Aya tetap tak menghiraukannya.
***
"Tok tok tok..." suara pintu kamar Aya.
"Ayaaa, mamah masuk yaaa? Ah, anak mamah kok belum bangun, itu di bawah ada nak Niko sayang. Ayo cepat kamu mandi, mamah tunggu di bawah," ucap mamah dan berlalu.
Aya langsung bergegas membersihkan diri dan memberanikan diri untuk menemui Niko.
"Mau ngapain lagi lo kesini Ko?" tanya Aya dengan nada jutek.
"Lo kenapa, Ya? Gue salah apa dari semalem didiemin begini?" tanya balik Niko dengan nada lembut.
"Lo udah bikin gue jatuh untuk kedua kalinya, dan gue nggak mau ngeliat muka lo lagi, makasih untuk semuanya," Aya beranjak pergi meninggalkan Niko.
"Tolong jelasin apa yang sebenarnya terjadi, Ya" teriak Niko menghentikan langkah Aya.