Fin mengangguk. “Terus di akhir kita bahas dampak negatif dari kepercayaan buta terhadap klaim yang nggak masuk akal gitu kali ya?”
“Nah, itu dia!” Keira menjentikkan jari. “Kita bikin orang sadar tanpa sok ceramah.”
Mereka terdiam sejenak, menyadari potensi ide ini.
“Guys,” kata Fin serius. “Ini bisa jadi konten yang bagus. Tapi kita harus hati-hati nyampeinnya, jangan sampai malah bikin orang tersinggung.”
“Nah itu dia!” ucap Keira. “Kita bakal nyindir abis-abisan tuh orang-orang yang pura-pura alim padahal aslinya mata duitan. Yang kita serang bukan ajaran agamanya, tapi para bedebah yang nyari untung pake topeng kesucian.”
Aldo mengangguk. “Yap, harus pinter-pinter main kata. Mungkin kita bisa pake disclaimer juga di awal video?”
Mereka bertiga saling memandang, lalu mengangguk bersamaan. Meskipun menyadari akan menimbulkan kegaduhan, mereka mulai menyusun konten yang paling kontroversial. Ide-ide gila bermunculan, mengkritik habis-habisan fenomena penjualan agama secara online dengan menggunakan humor yang sangat tajam.
“Jadi,” Fin memecah keheningan. “Siap terima resikonya?”
Setelah jeda sejenak, mereka mengangguk mantap. “Siap!”
“Sip, gue udah siapin skripnya,” kata Keira sambil nunjukin catetan di hapenya. “Kita mulai dengan gue pake jubah putih, terus bilang ‘Saudara-saudara, Air Suci Digital sudah hadir!’”
Fin ketawa terbahak-bahak. “Terus lo bilang apa? ‘Cukup transfer Rp 99.999 dan download berkahnya sekarang!’ hahaha”