Rainhard mengerti, tak mungkin dia dan Rainbow seperti ini terus, setidaknya mereka bertemu satu sama lainnya, biar terasa lebih dekat. Bukannya pertemuan paling mengesankan berasal dari kedua pasang mata yang saling bertemu?
"Baiklah, kamu saja yang menentukan tempatnya. Aku mengikuti saja." Seperti tidak ada tujuan yang pasti, Rainhard berbicara seperti itu.
Rainbow kemudian menyetujuinya. Percakapan mereka beralih ke arah pekerjaan, dan menanyakan kabar keluarga.
Di dalam hati Rainhard masih ada sedikit keraguan, ketika dia harus membuka hatinya untuk sebuah cinta yang baru. Dia juga ragu bagaimana kalau ini semua tidak berjalan lancar. Rainhard sedikit tidak fokus dengan percakapan mereka di telepon saat ini.
"Bo..." Rainhard memanggil Rainbow di telepon yang sedang berbicara bercerita tentang dirinya. "Maaf, aku sudah memotong pembicaraan ini, aku lelah, aku mau istirahat. Besok kita sambung lagi ya, obrolan ini?" Rainhard memohon kepada Rainbow, agar dia mengerti.
"Oh, kamu kecapekan, lebih baik kamu istirahat cepat." Rainbow terdengar khawatir di seberang telepon.
"Aku tak apa, hanya butuh istirahat." Rainhard akhirnya bisa membujuk Rainbow.
"Baiklah, selamat malam, Rain." Suara Rainbow memastikan bahwa Rainhard akan baik-baik saja.
"Selamat malam, Bo." Rainhard menutup teleponnya, namun pandangannya menjadi kosong. Di dalam hatinya yang terdalam, dia bertanya-tanya Apakah aku siap dengan kisah yang baru, dan melupakan kisah yang lama?
*** Â
Hari itu datang juga.