"Tapi, Rain..." Cloudy memelas, di dalam hatinya ingin agar ada harapan dalam hubungan ini.
"Cloudy, kita sudah sama-sama dewasa, aku sudah tahu apa yang terjadi. Aku tak ingin jatuh pada kesalahan yang sama, aku tak ingin membuang waktuku percuma, mencintaimu tapi kamu tidak pernah membalas cintaku."Â
Rainhard mengeraskan rahangnya, "Lebih baik kita berhenti untuk melihat satu sama lain. Aku sudah lelah, Cloud." Rainhard menahan tangisannya. Berdiri, meninggalkan Cloudy seorang diri yang sedang menangis, entah itu tangisan dari hati atau tangisan yang dibuat-buatnya.
Rainhard berjalan menjauhi kafe itu sambil mengelap air matanya yang sedikit menetes menggunakan pinggung tangannya.Â
***
2 Bulan yang berlalu terasa cepat, tetapi tidak bagi Rainhard.
Hatinya masih bisa merasakan sakit yang tak kunjung sembuh, dia mencari sesuatu sebagai pengalihan rasa sedihnya. Tidak mudah menjalin hubungan bertahun-tahun dan dia harus melupakannya dalam sekejap mata.Â
"Kamu tidak salah jika memutuskan hubunganmu dengannya." Tambah Johnny, sahabat dekat Rainhard. "Apakah dia masih menghubungimu, Rain?"
Rainhard menggeleng, menyeruput kopinya yang telah mendingin. Matanya masih berair. Belakangan ini dia jarang sekali berbicara, dia hanya mengeluarkan suara seperlunya.
"Dia pasti menyesal, karena kamu mencintainya dengan sepenuh hati, sedangkan dia hanya mencintaimu dengan kata-kata."
"Sudahlah, kamu membuat situasi semakin buruk." Rain melirik Johnny tajam, dia menghabiskan sisa kopinya, lalu melenggang meninggalkan Johnny begitu saja.