Tak berapa lama ponsel Rainhard bergetar, Whatsapp Johnny masuk, hasil screenshot dari profil Rainbow. Rainhard memicingkan matanya, lalu membesarkan matanya, berusaha mengingat-ingat wajah gadis itu. Dia sama sekali tidak bisa mengingat wajah orang dengan baik.
Iya, salam kenal, aku Rainhard.
Tak ada salahnya, Rainhard menambah teman, meskipun itu seorang gadis.
Pesan terkirim.
***
Sudah tiga bulan semenjak Rainhard mengenal Rainbow, mereka menjadi akrab, hari semakin hari. Rainhard terkadang meneleponnya, atau Rainbow yang berusaha menghubunginya, bukan ketika ada perlunya saja, tetapi hanya ingin saling menanyakan kabar.
"Bagaimana kalau kita bertemu." ucap Rainbow di telepon, suatu hari.
Rainhard terhenti, dia yang tadinya hendak menceritakan kegiatannya hari ini, kata-katanya seperti tertahan di tenggorokannya. Telapak tangannya menjadi berkeringat.
"Halo? Kamu masih di sana? Halo?" Suara lembut Rainbow menyadarkan Rainhard kembali ke dalam dunianya.
Rainhard gelagapan menyahuti ucapan Rainbow. "Ah, itu, baiklah, kapan kamu maunya?"
"Tapi, aku tidak suka berada di tempat seperti mall, aku ingin hanya kita berdua menikmati makan malam, dan berbincang-bincang. Aku tak suka kebisingan." Rainbow sepertinya memang berniat untuk menemui Rainhard. "Kita tak mungkin terus-menerus dekat di telepon aja, bukan? Kita satu kota, hmm, lebih baik kita bisa bertemu, agar kita lebih dekat."