Tetapi sepertinya harapanku tidak terkabul hari itu. Tidak saat hari itu saja aku telah berharap bahwa aku akan bertemu dengannya.
Lampu lalu lintas kembali menunjukkan warna hijau menyalanya, semua kendaraan yang tadinya berhenti di lampu merah kini berjalan, membelah jalan raya yang saat itu tidak sepi juga tidak ramai. Aku terduduk di salah satu trotoar panas, pantatku sudah terbiasa dengan rasa panas yang menjalar di permukaannya. Aku memandang bebatuan yang ada di bawahku.
“Claus… Claus…” tiba-tiba saja ada yang memanggilku. Aku mendongak, melihat siapa yang memanggilku, rupanya Jen, dia adalah pengamen di sekitar sini. AKu menyatukan alis ketika melihat wajahnya yang terlihat gusar.
“Ada apa?” tanyaku penasaran, aku bangkit berdiri, kini Jen berada di hadapanku.
“Ada mobil yang ditabrak truk di sana… di sana… lihat yuk… Aku baru dibilang teman-teman sih… “ Jen menyeretku tanpa menunggu keputusanku untuk melihatnya atau tidak. lampu kini sudah berubah merah. aku hendak melepaskan cengkeraman tangan Jen, tapi cengkeraman tangannya lebih kuat. Aku pun pasrah.
Aku berlari beriringan dengan Jen, tanganku masih dicengkeramnya, berlari di pinggir jalan lalu menyeberanginya. Aku menyipitkan mata, melihat sebuah mobil mewah yang belum hancur sepenuhnya, hanya bagian depannya saja sedang diderek ke atas mobil derek. Aku segera mengenali mobil itu… jantung serasa berhenti berdetak Santa.. Aku menghentikan langkahku ketika melihat seseorang digotong dan diletakkan di atas trotoar yang beralaskan daun. AKu melihat wajah Santa yang berlumuran darah, tangisku berhambur ketika aku melihat sosoknya. Aku berlari menghampirinya.
“Santa… Santa…” Aku mengguncang-guncangkan tubuhnya, sedetik kemudian aku memeriksa nadinya. Masih ada. “Seseorang panggil ambulans! Cepat!” aku berteriak kepada kerumunan orang yang hanya melihat kejadian itu tanpa ada yang memanggilnya.
“Polisi dan ambulans segera datang, kami sudah meneleponnya.” Ujar seorang ibu yang berada di kerumunan orang. Aku tidak membalas perkataan ibu itu, aku menangis, melihat wajah Santa dan tubuhnya yang berlumuran darah.
Tak berapa lama ambulans datang, dengan cepat petugasnya segera menggotong tubuh Santa memasuki ambulans, aku juga ikut masuk ke dalamnya.
Aku tidak ingin dia mati, aku tidak ingin kebahagiaanku terenggut lagi.
***
Sesampainya di rumah sakit para dokter dan suster segera berlarian menolong Santa, aku tidak diperbolehkan dokter untuk masuk ke ruang gawat darurat. Suster yang lainnya memberiku dompet milik Santa.