"Kita demo bagaimana?"
"Jangan! Nanti kelihatan kalau kita dengki"
Berkali-kali suara azan mendaki, para pemain ping pong tetap, "Sikat, bro! Hancurkan! "
"Hayyalah sholah..... Hayyalah sholaah"
Ajakan untuk menunaikan sholat tak digubris. Orang-orang masih semangat melihat ping pong.Â
"Lihat, mendung tergambar. Sudah yuk? '
" Halah, muk mendung. Siapa takut? "
Rintik pun turun. Jatuhnya cairan langit membuat pemain dan penonton kian erat. Lindungan dari atap gavalum meyakinkan mereka kalau gempuran hujan bukan halangan. Petir menggelegar hanyalah musik pelengkap.Â
Clereettt.... Duaarrr! Sinar terang menusuk kebumi. Cabikan petir mengagetkan jantung. Hening. Tak ada sorak sorai dari bibir penonton. Menit berlalu. Suara teriakan minta tolong merobek diantara kucuran air hujan.Â
Apa yang terjadi?Â
Tubuh-tubuh terjengkang dengan ragam posisi. Meja ping pong terbelah menyisakan bau daging serta kayu terbakar. 16 orang disambar petir. Kampung geger. Suasana kuyub membaluti wajah-wajah kepanikan.Â