"Sejak kapan kamu mulai belajar omong kosong. Saya tahu, pasti si Julens Rehi Bula yang beri tahu kamu. Ayooo jujur. Sebentar lagi sudah Natal Lho!" timpal Rangga Mone.
Sebelum Rendi Mete lanjut menggodanya, Rangga Mone, cepat-cepat langsung menyambung, Â "Lain hari baru kita bahas tentang Tari Mbuku. Saya ke sini mau tanya kapan Mudika kerja bakti untuk buat kandang Natal?"
"Esok pagi sudah mulai. Pasti Tari Mbuku ada juga. Ikut yuk!" kata Rendi Mete mengajak sambil tersenyum. Karena ia paham Rangga Mone mau mengalihkan topik obrolan.
"Saya boleh ikut?' kata Rangga Mone seperti meminta persetujuan dari sahabatnya, sebagai salah satu Pengurus Mudika Paroki.
"Tentu boleh. Kalau saya larang, bisa kena marah dari Tari Mbuku dong!" Â seloroh Rendi Mete.
"Lebih baik, saya pamit pulang saja. Daripada saya digodain terus menerus," kata Rangga Mone, lalu berdiri dan hendak jalan.
"Sabar sedikit to. Selesaikan dulu minuman ini," pinta Rendi Mete. Rangga Mone pun menyelesaikan minumannya, sebelum pulang.
*****
Halaman gereja paroki pagi itu sudah sibuk dengan Mudika yang sedang kerja bakti, saat Rangga Mone tiba. Sebagian Mudika membersihkan sampah dan merapikan rumput, bunga dan pagar di halaman. Mudika lainnya, membersihkan gereja. Â Sementara yang lain, mempersiapkan pembuatan kandang Natal.
Rangga Mone langsung gabung membersihkan halaman gereja. Melihat Rangga Mone sudah hadir, Rendi Mete menghampiri sahabatnya dan memintanya untuk gabung dengan Mudika di dalam gereja yang sedang mendiskusikan model kandang Natal. Di situ Tari Mbuku juga sudah ada.
"Teman-teman, ini ada anak kota. Boleh tidak, kita libatkan dalam diskusi kita ini," kata Rendi Mete meminta konfirmasi teman-temannya.