Mohon tunggu...
Rofinus D Kaleka
Rofinus D Kaleka Mohon Tunggu... Insinyur - Orang Sumba. Nusa Sandalwood. Salah 1 dari 33 Pulau Terindah di Dunia. Dinobatkan oleh Majalah Focus Jerman 2018

Orang Sumba, Pulau Terindah di Dunia

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Tari Mbuku Tersenyum dalam Dompet Rangga Mone

14 Mei 2019   19:59 Diperbarui: 14 Mei 2019   20:02 38
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

"Kita patut bersyukur teman,  pulang liburan ini kita sudah pakai bus. Ini pertanda daerah kita sudah mulai maju,"  kata Rangga Mone, saat sedang rekreasi.

"Sepakat teman, daerah kita sudah mulai beranjak maju. Lihat saja, kita baru enam bulan di sini, jalan raya sudah aspal. Oto penumpang sudah bus baru. Dulu kita datang, jalan raya masih perkerasan. Oto yang kita 'naik' masih truk atau bus tua yang besar dan modelnya roti balok. Namun demikian, saya khawatir esok bisa mabuk di jalan. Soalnya bus baru itu tertutup dan mini lagi. Saya sebetulnya lebih suka truk karena terbuka. Bisa menghirup udara secara bebas,"  begitu respon Julens Rehi Bula.

"Parah. Dasar orang kampung. Belum 'naik' bus juga, sudah pikir mabuk," lanjut Rangga Mone menyindir temannya dalam nada canda.

Julens Rehi Bula juga balas canda dengan nada yang lebih menohok lagi, "Kau macam orang kota saja. Padahal kau lebih kampung dari saya. Rumahmu masih di udik. Turun dari oto, harus capai jalan kaki dulu baru sampai.  Sendal harus dilepas lagi karena jalannya penuh lumpur. Tidak tahu diri lagi, suka naksir Tari Mbuku, yang orang tuanya guru dan rumahnya di pinggir jalan umum. Mudah-mudahan Tari Mbuku tidak suka terus sama kau. Supaya kau stress berat."

"Nah, ketahuan kau ya! jangan-jangan kau yang pengaruhi Tari Mbuku selama ini. Jujur saja, jangan sampai kau naksir dia juga. Dasar pagar makan tanaman," sela Rangga Mone, tanpa pretensi serius mencurigai temannya.

"Tunggu kau punya bagian sampai di kampung. Saya akan goda itu gadis pujaan hatimu. Kalau perlu saya akan bawa lari. Supaya kau dapat nol besar," timpal Julens Rehi Bula.

Mereka akhirnya tertawa terbahak-bahak. Tidak ada sedikitpun perasaan tersinggung diantara mereka, karena sudah  berteman karib sejak sekolah dasar. Kedua orang tua mereka juga sahabat akrab.

*****

Pagi itu, bus mini bernama "Bunga Padang" parkir di bawah empat pohon trembesi raksasa di pelataran depan gedung tempat tinggal dan sekaligus kantor Bapak Asrama. Trembesi itu sangat berjasa untuk komunitas asrama bukit ini. Sebab trembesi itu merupakan "pabrik" oksigen terbesar yang menciptakan iklim mikro kesejukan siang hari di area asrama.

Rangga Mone dan teman-temannya, bergegas naik bus keren itu, setelah mereka satu persatu menyalami Bapak Asrama. Bunga Padang mulai bergerak. Mereka melambaikan tangan untuk Bapak Asrama.

Hari masih pagi saat Bunga Padang mulai melewati bibir luar ring kota wilayah timur itu. Cuasa masih juga cerah, meskipun saat itu sedang musim hujan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun