Di berjalan ke arah jendela besar dan memandang ke luar. Tak bisa lagi ia menahan rasa. Terlalu sakit, terlalu rindu. Lalu ia membalikkan badan namun menunduk dan terduduk menyandar dinding. Kakinya terlipat ke atas.
Mo juga duduk di sebelahnya. Ia mengangkat tangannya ingin menyentuh pundak Di. Sesuatu menghentikannya. Rasa tak berani menghalanginya menyentuh Di. Tapi ia merasakan hal yang sama. Tak ada air mata memang di wajah kecuali di hatinya. Perlukah?
Keduanya hanya terdiam kini, terduduk menyender dinding dalam ruang cahaya temaram.
Spending my time, watching the days go by
Feeling so small, I stare at the wall
Hoping that you are missing me too
Di menutup matanya dan menghelas nafas, Spending My Time masih mengalun di otaknya.
I'm spending my time, watching the sun go down
I fall asleep to the sound of "tears of a clown"
A prayer gone blind
Dua jiwa yang tak bisa lagi menyatu. Seperti terbatasi oleh sebuah pintu luka yang tergembok, dengan kunci yang hilang entah kemana.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H