“Lha… sama aja kenapa sih? Toh waktu kita juga masih banyak.”
“Halah sebentar aja kok, kamunya juga paling masih lama di sini. Gampanglah aku nyari kamu nanti.”
Aku melihatnya sebentar, tak setuju.
“Hmm ya udahlah. Kalo kamu gak ada lima belas menit lagi, aku tinggal.”
“Lontong! Tinggal sana sendiri.” katanya, lalu ia pergi.
Aku melanjutkan pencarianku, kali ini bagian makanan ringan!Pilihanku jatuh antara keripik kentang dan kacang, keripik kentang dan kacang, keripik kentang dan ka… Ada sesuatu yang tidak mengenakkan, seperti sesuatu yang menguntit. Dari sebelah kiri.
Di memalingkan wajahnya ke arah kiri, dan…
‘Hallo Di.’
Berdirilah ia di sana, tampang yang tak akan pernah kulupakan.
Tak ada yang bisa Di lakukan, ia tercekat. Kaki-kakinya seperti tertanam dalam lantai tak tergerakkan. Darahnya turun ke arah kaki dan mengumpul di sana. Semua diam, semua hening. Waktu berhenti. Hanya dua yang bergerak kini, Mo dan detak jantung Di.
Karena aku bisa mendengarnya berbunyi. Bahkan seluruh lantai ini bisa mendengar detak jantungku.